Oleh: Isah Azizah
Bulan Ramdhan tinggal menunggu hari. Seluruh kaum muslimin lainnya, sejak bulan Rajab sudah serasa dekat sekali dengan Ramadhan. Sebanding do'a terpanjat agar bisa bertemu bulan mulia tersebut.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.”
Indonesia, sebagai negara dengan jumlah pemeluk agama Islam yang mayoritas, Menjadikan moment hari-hari mendekati Bulan Ramdhan diisi dengan menyambut bersama-sama. Berbagai kota dan daerah melaksanakan penyambutan ini dengan bentuk acara yang berbeda.
Agenda Tarhib Ramadhan dijadikan agenda tahunan, tidak terkecuali di kota Adminstratif Banjar Jawa Barat.
Suasana cerah ceria dan bahagia tergambar dari dresscode yang berwarna putih-putih.Tema yang diusung pun mewakili hati seluruh kaum muslimin, yaitu :
" “Bersama Umat, Sambut Ramadhan dengan Takwa dan Penuh Suka Cita.”
Bertempat di Alun-alun Kota Banjar, kemarin (Minggu, 23 Februari 2025) acara ini digelar dengan penuh suka cita.
Para Ulama Kota Banjar berbaris duduk rapi dengan penuh karisma di atas panggung. Saling bertegur sapa bersalaman bersiap memberikan tausiyah kepada hampir 2 ribu lebih masyarakat yang telah duduk di lapangan Alun-alun.
Lantunan Hadroh shalawat Nabi dan nasyid menyambut datangnya peserta yang berangsur-angsur memenuhi lapangan.
Ayat suci Al-Qur'an yang merdu dibacakan oleh Ust Dadan Ramdani dilanjutkan dengan sholawat menambah khidmat di awal acara ini.
Tuasiyah perdana disampaikan oleh Ustadz Ibnu Aziz Fathoni, S.Si. M.Pdi.
Ada yang berbeda dari penampilannya. Kali ini ada tongkat yang dipegang tangan kiri. Beliau menyampaikan ajakan bagi kaum muslimin untuk dengan semangat dan suka cita menyambut kedatangan tamu istimewa yaitu Bulan Ramadhan ini dengan cara yang istimewa juga. Karna tamu ini tak meminta dijamu, melainkan datang dengan "kedermawanannya" melalui pahala yang berlipat ganda atas ibadah yang dilakukan sepanjang bulan. Tak lupa, filosofi tongkat yang dipegang sebagai pengingat diri dan pemandu jalan berupa syariat Islam yang kaum muslim wajib berpegang teguh kepadanya. Karena kondisi saat ini, kaum muslim sedang berada dalam masa Ruwaibidah yaitu orang-orang bodoh yang menjadi penguasa, sedang dalam kondisi tahun-tahun penuh dusta, yang benar dianggap salah, yang salah dianggap benar, yang amanah dianggap pengkhianat dan pengkhianat dianggap orang yang amanah. Maka tongkat yang disimbolkan syariat Islam ini, wajib dipegang teguh agar kaum muslim tidak terpeleset ke jalan yang salah.
Tampil menjadi pemberi tausiyah kedua, Drs. KH. Undang Munawar, M.Pd, yang sudah masyhur dengan kalimat-kalimat bak pujangga, menyampaikan puisi yang menggugah kalbu membuat masyarakat yang hadir ikut larut meresapi puisi. Beliau menyampaikan seandainya kaum muslim mengetahui bahwa Ramadhan yang akan datang ini adalah Ramadhan terakhir yang Allah SWT anugerahkan, tentu kaum muslim tidak akan mau menyia-nyiakan kesempatan terakhir ini. Tentu kita tidak akan melewatkan setiap kesempatan untuk beribadah meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
KH. Natsir Ghazali, kiayi sepuh yang selalu berpenampilan sederhana, tetapi tausiyahnya mengingatkan pada kita tentang kepentingan mutlak meluruskan akidah dan ketaatan yang teguh pada apapun yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Ustadz Endang Ruhiyat, S.Ag., menyusul tampil dengan menyampaikan tausiyah berupa pentingnya persatuan umat Islam, karena apabila umat Islam terpecah belah maka akan kalah oleh kebathilan.
“Kesalahan yang terorganisir akan mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisir,” ungkapnya.
Kemenangan akan diraih oleh orang yanh beriman. Begitulah inti dari tausiyah Ustadz. Aan Alamsyah, S.T., M.Pd., memberikan motivasi yang penuh semangat. Walau dalam kondisi berpuasa, kaum muslimin tidak boleh menghabiskannya dengan hanya tidur dan bermalas-malasan. Beliau mengingatkan bahwa peperangan yang pernah terjadi di masa Rasulullah SAW dan para sahabat terdahulu terjadi di bulan Ramadhan.
“Perang Badar, salah satu peperangan besar antara kaum muslimin dengan kaum kafir, terjadi pada bulan Ramadhan, dan Allah memberikan kemenangan bagi kaum muslimin."
Spirit Ramadhan adalah spirit keimanan kepada Allah sebagai dasar keyakinan akan kemenangan kita.
Sementara itu KH. Ujer Jamaludin menegaskan tentang kepentingan sanksi bagi orang-orang yang tidak taat beragama. Indonesia masih belum mewajibkan berpuasa bagi rakyatnya, sehingga tak ada sanksi bagi yang tidak berpuasa. Maka dari itu, penting sekali peran negara untuk menjaga ketaatan umatnya melalui sanksi yang diterapkan. Karena saat ini masyarakat kaum muslim kondisinya mau berpuasa silakan, tidak berpuasa juga silakan. Kaum muslimin mau melaksanakan tidak ada peran negara yang betul-betul mewajibkan dan memberikan sanksi tegas bagi masyarakat yang tidak melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Jadi kekuasaanlah yang akan menegakan dan mewajibkan pelaksanaan kewajiban tersebut sehingga seluruh kaum muslim dapat melaksanakannya dengan maksimal.
Tausyiah terakhir disampaikan oleh Drs. H. Dadang Hendra Utama. Beliau mengingatkan jika Ramadhan adalah momentum meningkatkan kualitas iman dan takwa kepada Allah SWT melalui ibadah. Selain itu beliau mengingatkan jangan sampai kaum muslim hanya terlibat dalam euphoria kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di bulan Ramadhan. Atau disibukkan dengan menyiapkan kue lebaran dan baju lebaran. Bukan dilarang, tetapi jangan sampai euforia itu melalaikan berbagai syariat yang wajib berupa puasa, sholat wajib dan disempurnakan dengan sholat taraweh.
Acara ditutup dengan pembacaan doa dipimpin oleh Ustadz Husen S. PDi. Dengan khusyu memohon kepada Allah SWT, agar bulan Ramadhan kali ini dapat diisi dengan ibadah yang semakin membawa kita kepada derajat keimanan dan ketakwaan dengan sebenar-benar takwa.
Masya Allah acara berjalan lancar tanpa meninggalkan jejak sampah. Bersih seperti pada saat sebelum hadir peserta.
Momentum Ramadhan, marilah kita isi dengan berbagai amal yang mengantarkan kita pada tujuan Allah menentukan puasa sebagai kewajiban bagi kita.
{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
[Surat Al-Baqarah: 183].
Wallahu a’lam bhisshawab.[]