Oleh: Septa Yunis (Analis Muslimah Voice)
Jalan merupakan infrastruktur vital yang mendukung kelancaran transportasi, perekonomian, serta mobilitas masyarakat. Namun, masalah jalan rusak seringkali menjadi keluhan utama di berbagai daerah. Jalan yang rusak dapat mengganggu kenyamanan, bahkan membahayakan keselamatan pengendara. Salah satunya di Aceh. Armida Wati, seorang ibu asal Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, mengalami pengalaman pahit ketika harus melahirkan di tengah perjalanan akibat buruknya kondisi jalan. Informasi yang diperoleh Serambinews.com pada Rabu (6/11/2024) dari Kepala Dusun Blanggading, Sulaiman, menyebutkan bahwa Armida awalnya hendak dibawa ke Puskesmas Ranto Peureulak yang berjarak sekitar 20 kilometer dari desanya. Namun, perjalanan terganggu karena jalan yang rusak parah, dipenuhi lubang, dan berbatu, membuat proses evakuasi menjadi lambat hingga Armida harus melahirkan di perjalanan.
Jalan yang rusak, terutama yang terdapat lubang besar atau permukaan yang tidak rata, meningkatkan risiko kecelakaan. Pengendara bisa kehilangan kontrol atau terjatuh saat melintasi jalan yang tidak mulus. Jalan rusak juga menghambat distribusi barang dan jasa, sehingga berdampak negatif pada perekonomian. Kendaraan yang sering mengalami kerusakan akibat jalan yang buruk juga menyebabkan biaya tambahan untuk perbaikan dan pemeliharaan.
Selanjutnya, kerusakan pada jalan menyebabkan kemacetan dan memperlambat waktu tempuh kendaraan. Hal ini mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat, seperti perjalanan ke tempat kerja, sekolah, atau urusan bisnis. Penggunaan bahan bakar yang lebih banyak akibat kendaraan yang harus melaju lebih lambat atau berhenti terus-menerus akan meningkatkan emisi gas rumah kaca dan polusi udara.
Jalan memang menjadi salah satu sarana prasarana yang sangat penting. Hal itu lantaran jalan sebagai wahana penghubung antar wilayah, dan jalan dapat mendukung perputaran ekonomi suatu wilayah.
Sehingga jika jalan mengalami kerusakan tentulah hal itu akan mengancam keselamatan pengguna jalan dan bahkan dapat mengakibatkan kecelakaan.
Saat ini usaha perbaikan jalan terasa begitu lambat, padahal kerusakan jalan hanya terjadi pada satu wilayah saja. Tidak menjadi hal yg aneh pada sistem kapitalis ini. Sistem ini memaknai pelayanan pada rakyat menjadi sesuatu yang harus ada keuntungannya, yaitu asas manfaat ataupun nilai materi. Sulit sekali mendapat jalan yang memadai pada negeri ini. Jikalau diperbaiki, kualitas jalannya tidak sesuai harapan.
Begitulah sistem ekonomi kapitalisme bekerja yang menghasilkan materialisme. Jalan yang seharusnya difungsikan untuk rakyat, dijadikan sebagai lahan bisnis untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Pemimpin tidak bertanggung jawab penuh dalam mengurus kebutuhan rakyatnya. Jalan dikomersialkan kepada pihak swasta, akhirnya seperti 'jual beli' dengan rakyat dalam kebutuhan.
Hal ini berbeda jauh dengan sistem Islam. Dalam Islam, khalifah atau pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menyediakan akses jalan yang baik dan nyaman bagi rakyatnya. Dalam era kejayaan Bani Umayyah, pembangunan dan perbaikan jalan raya menjadi prioritas.
Negara memosisikan diri sebagai pengurus rakyat, bertanggung jawab penuh atas kebutuhan rakyatnya. Pembangunan jalan yang memadai adalah tanggung jawab negara sebagai periayah umat. Dalam Islam, negara tidak boleh berbisnis dengan rakyat dalam hal jalan. Sebab, jalan merupakan marafiq al-jama'ah (fasilitas umum) yang wajib dipenuhi oleh negara.
Jika ada jalan yang rusak, negara dengan sigap memperbaikinya. Hal ini semata-mata karena amanah yang dipikul pemimpin begitu berat di hadapan Allah Swt. Pemimpin yang dipilih dalam sistem Islam adalah pemimpin yang menyadari bahwa amanah kepemimpinan kelak akan dipertanggungjawabkan. Sehingga, dalam membuat kebijakan harus berlandaskan perintah Allah Swt. yakni melalui penerapan sistem ekonomi Islam. Dengan menerapkan mekanisme ekonomi Islam, kehidupan rakyat akan sejahtera.
Sosok pemimpin dalam Islam tidak akan memikirkan diri sendiri dan keuntungan pribadi atau kelompok saja. Namun akan berpikir bagaimana caranya agar rakyat terlayani dengan baik, baik rakyat muslim atau non muslim, semua mendapatkan perlakuan yang sama. Kita lihat kehidupan saat ini sangat jauh dari nilai dan aturan Islam. Karena penguasa saat ini beranggapan kekuasaan itu adalah kesempatan untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dan kesempatan yang tak boleh disia-siakan.
Oleh karena itu, penting bagi kita sadar, bahwa solusi yang tepat bagi persoalan-persoalan negeri ini adalah Islam. Islam tidak hanya mengatur ibadah, namun Islam juga menjadi mabda' yang artinya Islam mengatur seluruh kehidupan kita tanpa terkecuali. Saatnya kita kembali kepada aturan Islam yang pasti akan membawa kemaslahatan bagi umat. Agar dapat mewujudkan sosok pemimpin pengurus rakyat, bukan pemimpin penguras rakyat.