Gen Z Buta Politik?



Oleh: Dhevi Firdausi, ST

Ada fenomena menarik pada gen Z akhir-akhir ini. Dikutip dari bedug.net (13/9/2024), menyatakan bahwa Gen Z merupakan kelompok usia mayoritas yang terpapar gimik politik pada Pilpres 2024 kemarin. Litbang Kompas (14 Februari 2024), menampilkan data setidaknya sebesar 65,9% kelompok Gen Z memilih Prabowo-Gibran. Sebastian, Peneliti Litbang Kompas, berpendapat bahwa Gibran berhasil menyuguhkan tawaran yang reprsentatif kepada Gen Z meskipun itu hanya gimik semata. Namun menurut Sebastian, justru sebaliknya Gibran sulit diterima oleh kalangan anak-anak muda yang lebih rasional dalam menentukan pilihan. Fenomena ”gemoy” juga ikut menjadi alasan mayoritas Gen Z melabuhkan pilihan pada pasangan Prabowo-Gibran. Perilaku  gimik politik tersebut, tidak dapat dimungkiri, telah berhasil membentuk sikap politik Gen Z yang dirasa cukup awut-awutan.

Dengan melihat kondisi ini, ada pandangan bahwa di Indonesia terjadi fenomena kemunduran demokrasi (democratic backsliding). Oleh karena itu, muncul harapan agar kaum muda khususnya mahasiswa bisa menjadi agen perubahan demokrasi. Hal ini dapat terwujud dengan adanya reformasi di tubuh partai politik melalui adanya perubahan pola rekrutmen, kaderisasi, dan distribusi kader. 

Namun, kalau kita amati lebih teliti, ada kesalahan dalam pandangan ini. Pandangan ini menyesatkan karena realitanya politik demokrasi tidak berkorelasi dengan perbaikan kehidupan masyarakat. Realitas ini yang membentuk para pemuda malas berpolitik dalam bingkai demokrasi, meskipun mereka tidak memahami kesalahan demokrasi secara konseptual. Pragmatisme berpikir jugalah yang membentuk generasi muda menjauh dari politik demokrasi. Ketika politik demokrasi itu menampakkan berbagai kerusakan yang diindera pemuda, sejatinya itu bukanlah kemunduran demokrasi. Lebih tepatnya disebut demokrasi sebagai sebuah sistem yang merusak, sehingga demokrasi memang layak ditinggalkan oleh pemuda.

Para pemuda harus berpartisipasi dalam perubahan politik Indonesia. Oleh karena itu, pemuda membutuhkan peran partai politik untuk membimbing mereka memahami politik yang benar, dan melakukan perubahan politik. Ada satu syaratnya, yaitu dengan memahami politik Islam dan perubahan politik menuju sistem Islam. Jadi, bukan mempertahankan demokrasi yang terbukti problematik.

Sebagai muslim sejati, para pemuda harus bergabung dengan parpol shohih untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dan negara. Mewujudkan tata dunia baru, yang berbeda dengan model politik demokrasi yang secara nyata telah gagal sejak lama. Kriteria parpol shohih harus dipahami pemuda, yaitu memiliki ideologi yang shohih sekaligus menjadi ikatan yang menghimpun para anggotanya, memiliki konseptual politik yang dipilih untuk menjalankan perubahan, memiliki metode langkah perubahan yang relevan dengan problem sistem, memiliki para anggota yang mempunyai kesadaran benar.

Ketika mempelajari Sirah Nabawiyah, kita mengetahui bahwa sebagian besar para sahabat Rasul Saw adalah para pemuda. Mulai dari Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dll. Pemuda memiliki potensi yang luar biasa, kekuatan diantara dua kelemahan, yaitu lemahnya usia anak-anak dan lemahnya usia senja. Rasulullah Saw berhasil melejitkan potensi para sahabatnya dengan menanamkan ideologi Islam ke dalam benak mereka. Dengan Islam, mereka berhasil menjadi agen perubahan masyarakat. Negara Arab yang sebelumnya terkenal jahiliyah dan hanya dipandang sebelah mata oleh dunia, berubah menjadi negara adidaya dengan kecermelangan peradabannya.

Hikmah yang bisa kita ambil, diantaranya adalah sangat penting membangun narasi kepada generasi muda, untuk menghentikan kepercayaan kepada partai-partai sekuler, apapun basis massa yang dimiliki. Partai sekuler biasanya mengusung ide pemisahan agama dari kehidupan, sehingga manusia bebas membuat sendiri aturan di masyarakat. Tanggung jawab mengadakan pendidikan politik seperti ini adalah tanggung jawab negara. 

Dalam Islam, umat disatukan oleh sebuah kepemimpinan umum untuk seluruh manusia, menerapkan Al-Qur'an dan Sunnah dalam kehidupan masyarakat, serta melakukan dakwah ke seluruh dunia. Kepemimpinan umum tersebut dinamakan khilafah. Daulah khilafah akan melakukan pendidikan politik Islam kepada gen z, karena politik dalam Islam adalah satu kebutuhan, dan umat Islam termasuk gen z wajib berpolitik sesuai dengan tuntunan Islam.

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم