Oleh: Dhevi Firdausi, ST.
Moderasi Beragama, sebuah istilah yang saat sering kita dengar. Tidak hanya di masyarakat umum, dalam dunia pendidikan pun mulai digalakkan materi tentang moderasi beragama. Namun, kita sebagai seorang muslim perlu mencermati, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan moderasi beragama? Apa tujuan yang ingin dicapai dibalik penerapannya?
Dilansir dari InfoPublik.com (17/9/2024), menyatakan bahwa Taman Moderasi Umat Beragama di Kabupaten Batang telah menjadi panggung bagi kreativitas pelajar dalam lomba film pendek yang digelar Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Batang. Sukses digelar, lomba menampilkan karya-karya luar biasa dari siswa-siswa di berbagai sekolah. Penjabat (Pj) Bupati Batang Lani Dwi Rejeki mengatakan, setiap film yang dihasilkan anak-anak mengandung makna mendalam dan pesan moral yang kuat. “Sebagai remaja dan pelajar, kita harus mengisi waktu dengan kegiatan positif yang memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain,” katanya usai memberikan apresiasi kepada para juara lomba di Pendapa Kabupaten Batang, Selasa (17/9/2024). Sementara itu, Ketua FKUB Batang Subkhi turut memberikan dukungan dan berharap lomba film pendek ini bisa menjadi platform untuk menyebarluaskan prinsip moderasi beragama di kalangan pelajar. “Kami ingin agar kegiatan ini terus berlanjut dan diikuti oleh lebih banyak pelajar di masa mendatang. Moderasi beragama dan toleransi harus menjadi bagian dari pendidikan untuk menjaga keamanan dan ketentraman masyarakat,” terangnya. Dalam perlombaan ini, film pendek berjudul "Membuka Jalan" karya SMAN 1 Wonotunggal berhasil meraih Juara I dengan nilai 1.010. Sementara itu, "Lentera Pelangi" karya SMAN 2 Batang mendapat Juara II dengan nilai 1.001, dan "Perbedaan Bukan Penghalang" oleh SMK Bardan Wasalaman mendapatkan Juara III dengan nilai 995. MTs Daarul Ishlah Bandar, melalui karyanya "Mapel Sejarah", menjadi juara harapan I memperoleh nilai 990.
Fakta problem remaja, termasuk pelajar adalah berupa dekadensi moral remaja yang makin parah (perundungan, pergaulan bebas, aborsi, narkoba, kriminalitas, dll) tapi pemerintah memberikan solusi dengan pengarusan moderasi beragama yang tidak berhubungan dengan akar persoalan generasi.
Moderasi Beragama di institusi pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menangkal radikalisme di kalangan pelajar yang dipandang sebagai musuh bagi ideologi kapitalisme, agar generasi memiliki profil moderat dalam beragama, yang justru menjauhkan profil kepribadian Islam.
Nampak bahwa yang menjadi kekhawatiran negara itu bukan kerusakan moral remaja, tapi ancaman kebangkitan Islam. Penguasa sedang menjalankan peran sebagai penjaga sistem sesuai arahan barat. Moderasi Beragama adalah proyek barat yang dimaknai menerima pemikiran liberal seperti HAM, pluralisme, dll.
Pelajar seharusnya menjadi duta Islam yang mengambil Islam secara murni, tidak tercampur dengan pemikiran Barat. Profil generasi muslim yang produktif, tangguh, pembangun peradaban mulai hanya mampu dicetak oleh negara Islam, khilafah. Negara akan menjaga dan meningkatkan kualitas remaja dengan ideologi Islam melalui sistem pendidikan, menghidupkan tradisi dakwah sehingga terwujud generasi harisan aminan lil Islam dan daulah. Rasulullah Saw dan para sahabatnya telah memberikan contoh nyata, gambaran generasi muslim yang berkualitas. Mereka tidak hanya ahli surga, tapi juga menguasai ilmu dunia. Dengan Islam, bangsa Arab yang sebelumnya hanya dipandang sebelah mata, berubah menjadi negara adidaya. Kunci hanya satu, yaitu menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai pedoman kehidupan, yang tentunya jauh dari paham moderasi beragama.