Endah Sulistiowati (Dir. Muslimah Voice)
"Lihaten mbak itu, dari datang mukanya udah ditekuk, masam, dan jutek, apa salah sirkel ya?"
Begitu salah satu komentar seorang teman yang melihat teman yang lain datang dengan menampakkan wajah tidak bersahabat. Sepanjang acara pun terkesan menyendiri dan tidak mau bergabung dengan yang lain.
Hmmm.
Penulis teringat sebuah artikel yang ditulis oleh Ramdan Nahdi, beliau adalah penulis cerita horor, aktif menulis diberbagai platform. Judul tulisannya adalah "Birds of a Feather Flock Together". Maknanya burung yang sama akan cenderung terbang berkelompok dan bersama-sama.
Kenapa bisa begitu?
Pertama, karena memiliki karakter yang sama. Mulai dari warna bulunya, gaya hidup, dsb.
Kedua, karena memiliki tujuan yang sama dan cara pandang yang sama dalam menyikapi masalah.
Ketiga, merasa sefrekuensi. Sehingga menimbulkan rasa nyaman ketika bersama.
Birds of a Feather Flock Together ternyata selain kita temui di media sosial juga bisa kita jumpai di kehidupan nyata. Kelompok sosial misalnya. Sehingga banyak diantara mereka berkumpul sesuai dengan tingkat ekonomi, tingkat sosial, bahkan tingkat pendidikan.
Sehingga ketika ada yang nyeletuk, "apa dia ini salah sirkel ya? Kok kayaknya nggak nyaman berada ditengah-tengah kita?"
Bisa jadi!
Jika "Birds of a Feather Flock Together" kita terapkan dalam jamaah dakwah, harusnya dimanapun kita berada maka inilah sirkel kita. Bukankah kita punya karakter, tujuan, frekuensi yang sama? Kalau tidak, perlu dipertanyakan tujuan yang bersangkutan apa, ketika memutuskan masuk dalam jamaah?
So, bukan sirkelnya yang salah jika kasusnya demikian. Tapi yang salah adalah mengapa seseorang itu merasa ini bukan sirkelnya. Begitu!