Oleh: Dhevi Firdausi, ST.
Indonesia, bangsa yang terkenal dengan kekayaan alam yang sangat luar biasa, sedang mengalami deflasi. Apakah yang dimaksud dengan deflasi? Seperti dikutip dari laman BBC news Indonesia (01/10/2024), menyatakan bahwa deflasi adalah istilah dalam ekonomi ketika terjadi penurunan harga-harga barang dan jasa secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Sekilas deflasi tampak menguntungkan bagi orang karena harga-harga barang dan jasa jadi lebih terjangkau oleh konsumen. Tapi, deflasi yang terjadi sekarang, menurut ekonom dari Bright Institute, Muhammad Andri Perdana, bisa jauh lebih berbahaya. Sebab deflasi beruntun ini menjadi indikator bahwa "pendapatan atau uang di masyarakat sudah semakin langka didapatkan". Sederhananya, masyarakat yang memiliki uang semakin sedikit. "Jadi uang semakin sedikit itu bukan karena masyarakat tidak ingin berbelanja, tapi karena memang pendapatannya sudah turun. Itu indikasi yang sangat jelas dari kondisi deflasi saat ini," jelas Andri kepada BBC News Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi 0,12% pada September 2024. Ini adalah deflasi kelima berturut-turut selama 2024 dan menjadi yang terparah dalam lima tahun terakhir pemerintahan Presidan Joko Widodo, menurut Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti. "Secara historis, deflasi September 2024 merupakan deflasi terdalam dibandingkan bulan yang sama dalam lima tahun terakhir, dengan tingkat deflasi sebesar 0,12% (month to month)," jelas Amalia dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa (01/10). "Deflasi pada September 2024 ini terlihat lebih dalam dibandingkan Agustus 2024 dan ini merupakan deflasi kelima pada 2024 secara bulanan," sambungnya. Deflasi berturut-tutut selama 2024 pertama kali terjadi pada Mei lalu, sebesar 0,03% month to month. Lalu semakin dalam di Juni yang menyentuh 0,08% dan tak lebih baik pada Juli dengan 0,18%. BPS kemudian mencatat deflasi mulai membaik pada Agustus yakni kembali ke level 0,03% secara bulanan. Tapi tingkat deflasi di Indonesia kini kembali terpuruk. "Deflasi yang terjadi dalam lima bulan terakhir terlihat secara umum disumbang oleh penurunan harga komoditas bergejolak."
Deflasi yang terus terjadi selama lima bulan berturut-turut merupakan indikasi pemerintah tidak mampu mengatasi penurunan daya beli masyarakat sehingga berdampak pada penurunan harga barang dan jasa. Dalam jangka panjang akan mengakibatkan pengurangan produksi, yang akhirnya akan berujung pada PHK massal. Selama ini kinerja perekonomian Indonesia sebagian besar ditopang oleh konsumsi rumah tangga.
Deflasi mengindikasikan bahwa konsumsi rumah tangga mengalami penurunan daya beli secara signifikan, diakibatkan oleh pendapatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan belanja barang dan jasa, sehingga rumah tangga menahan daya belinya. Jika daya beli sektor rumah tangga terus menurun, maka dampak secara langsung adalah pada kesejahteraan anggota keluarga, termasuk ibu dan anak, mengingat sebagian besar anggaran rumah tangga saat ini diketahui dikeluarkan untuk biaya pendidikan dan kesehatan. Diketahui deflasi pada harga bahan pangan strategis seperti cabai, telur, daging, ayam, dan tomat. Jika untuk biaya sembako saja rumah tangga harus mengurangi konsumsinya, apalagi untuk biaya pendidikan dan kesehatan yang jauh lebih mahal. Alih-alih terpenuhi, sangat mungkin akan dikorbankan, mengingat lemahnya daya beli rumah tangga berbanding terbalik dengan tingginya biaya pendidikan dan kesehatan. Akibatnya, bukan tidak mungkin generasi akan mengalami penurunan kualitas kesehatan dan kualitas pendidikan, mengingat lemahnya kemampuan daya beli rumah tangga.
Lalu, bagaimana kita menyikapi kondisi ini? Sebagai seorang muslim, tentu kita akan menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai pedoman kehidupan sehari-hari. Karena datang dari Allah SWT, Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta, syari'at Islam sangat lengkap dan sempurna. Aturannya bukan hanya wajib ditaati, tapi juga bisa menjadi solusi solutif bagi setiap permasalahan manusia. Tidak hanya mengatur ibadah ritual semata, tapi Al-Qur'an dan Sunnah juga mengatur hubungan sosial masyarakat. Rasulullah Saw dan para sahabatnya telah memberikan contoh nyata. Selama daulah Islam tegak, diterapkan sistem Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Sejarah mencatat dengan tinta emas bahwa terdapat sistem ekonomi Islam, sistem politik Islam, sistem pendidikan Islam, dll.
Dalam bidang ekonomi, Islam memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Semua rumah tangga akan mampu mengakses, baik secara langsung maupun tidak langsung. Aneka macam kebutuhan pokok mulai dari sandang, pangan, dan papan rumah tangga terpenuhi. Dalam Islam, negara yang punya kewajiban memenuhinya. Dana untuk pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan tersebut didapatkan dari berbagai macam SDAE yang dikelola sendiri oleh pemerintah. Diketahui bahwa sumber daya alam dan energi di negara kita sangat berlimpah ruah. Mulai dari hasil pertanian, hasil laut, sampai pertambangan bisa diandalkan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Syaratnya hanya satu, yaitu negara mengelola sendiri kekayaan alam tersebut, bukan diserahkan pada perusahaan swasta bahkan perusahaan asing.
Dalam Islam, pelayanan pendidikan dan kesehatan dijamin negara untuk setiap individu. Penetapan sistem Islam secara kaffah akan memungkinkan terwujudnya kesejahteraan rakyat secara merata, individu per individu. Pengelolaan SDAE oleh negara meniscayakan terwujudnya pendidikan gratis dalam Islam, sehingga fasilitas pendidikan bisa dinikmati oleh seluruh anggota masyarakat. Kualitas pendidikan juga terjamin. Daulah Islamiyah terkenal berhasil mencetak ribuan ilmuwan muslim, mulai dari ahli kedokteran, arsitektur, ahli astronomi, dll. Kesehatan juga gratis, karena kesehatan rakyat menjadi tanggung jawab negara. Rakyat tidak diperbolehkan untuk membiayai fasilitas kesehatan sendiri. Hasil pertambangan yang ada di negara kita, lebih dari cukup, jika digunakan untuk memenuhi biaya kesehatan masyarakat.
Sistem ekonomi Islam menetapkan sumber-sumber pemasukan negara sehingga negara akan mampu memenuhi kebutuhan pokok rakyat, tanpa bergantung pada hutang dan pajak. Sangat jauh berbeda dengan kehidupan yang menerapkan sistem kapitalisme sekarang ini. Demikianlah, jika Islam diterapkan secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan, dapat menjadi solusi solutif bagi seluruh permasalahan hidup manusia. Aturan Allah SWT, yang rahmatan lil'alamiin, akan mampu menjawab masalah ekonomi, termasuk deflasi yang mengancam negeri ini.