Solusi Semu Ala Kapitalisme Dalam Menangani Banjir




Oleh: Sri Handayani

Aktifitas: Aktivis Dakwah


Hujan bisa menjadi rezeki, kadang malah memunculkan kekhawatiran bagi warga tertentu. Di Medan khususnya yang sering terdampak banjir saat musimnya tiba. Warga yang tinggal di kawasan Jalan Doktor Mansyur, Jalan Gatot Subroto, Jalan Zainul Arifin, Jalan Wahid Hasyim dan Jalan Brigjen Katamso (Kampung Aur) patut merasa khawatir karena daerahnya adalah daerah rawan genangan banjir. Sekalipun hujan hanya turun beberapa jam saja menyusul Jalan Imam Bonjol Tanjung Sari dan Nibung Medan akhirnya banjir juga. Banjir bahkan terpantau oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) hingga Selasa (detikcom, 27/8/2024).


Sebenarnya jika diperhatikan air hujan hanya menggenangi bagian- bagian tertentu di kota Medan. Namun menjadi masalah ketika daya serap wilayah tersebut yg minim atau karena pemerintah kurang memperhatikan aspek-aspek lahan yg terdampak banjir. 


Disisi lain masyarakat juga mengeluhkan untuk pindah ke tempat yg lebih aman. Namun bukan perkara yang mudah dan cepat. Untuk itu mereka menyampaikan keluhannya kepada pihak pemerintah setempat. Mirisnya solusinya belum ke arah tindakan yang solutif melainkan agar masyarakat harus bersabar.


Kapitalisme-liberalisme Sumber Masalah


Pembangunan yg tidak memperhatikan persolan dasar warga tentu selamanya akan menjadi masalah. Pembangunan yg terjadi di tengah sistem kapitalisme sekuler bertujuan untuk merealisasikan kepentingan segelintir orang. Untuk mendapat simpati publik dibuat alasan yg seolah-olah pembangunan dibuat demi keuntungan publik. Namun pembangunan dalam sistem kapitalisme sungguh menimbulkan masalah baru.


Salah satu faktornya adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kehidupan, terutama dari aspek ruhiyah, yaitu kesadaran manusia terhadap keterikatan dengan Sang Pencipta. Ini menjadikan manusia itu jauh dari aturan Sang Khalik atau sekuler. Kondisi ini diperparah dengan penerapan sistem aturan kehidupan, yaitu sistem liberalisme-kapitalisme.


Sistem kapitalisme melahirkan paham kebebasan atau liberalisme, sehingga memberikan kebebasan kepada para pengusaha (pemilik modal) untuk memiliki dan membuka lahan baru yang dialihfungsikan menjadi lahan industri, perumahan, dan pariwisata. Namun, mereka tidak memperhatikan bagaimana kondisi ketika musim penghujan tiba.


Inilah asas kapitalisme-sekularisme, yaitu menjadikan keuntungan yang sebesar besarnya sebagai asas dengan modal sedikit, sehingga tidak mempedulikan dampak buruk yang akan terjadi pada manusia dan lingkungan sekitar.


Ini menunjukkan bahwa bencana banjir yang terjadi bukan karena faktor alam semata. Namun, ada faktor lain, yaitu kelalaian manusia itu sendiri, serta adanya kebijakan pemimpin yang salah kaprah. 


Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an surat Ar Rum (30) ayat 41, yang artinya: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat dari perbuatan tangan manusia. Allah Swt. menghendaki yang demikian agar manusia merasakan akibat dari perbuatan tangan mereka supaya mereka kembali ke jalan yang benar."


Begitu jelas dalam ayat tersebut bahwa setiap bencana yang terjadi disebabkan oleh berbagai kemaksiatan yang dilakukan oleh tangan-tangan manusia yang mencampakkan hukum Allah Swt. dalam kehidupan. Padahal  dalam Al-Qur'an, syariat Islam mengatur semua aspek kehidupan di dunia.


Semua peraturan dalam Islam akan selalu memperhatikan setiap permasalahan yang terjadi pada umat secara mendetail dan akan memberikan solusi dengan tepat untuk permasalahan banjir, di antaranya:


Pertama, banjir yang terjadi karena keterbatasan daya tampung tanah terhadap curahan air tersebab tingginya curah hujan, maka negara mengusahakan pembangunan dam-dam yg cukup dalam menampung curahan air baik karena luapan air sungai yg debet airnya tinggi, hujan yg lebat, dan lain-lain. Hal itu sebagaimana sejarah di masa kejayaan islam yg membangun bendungan-bendungan berbagai macam yang dibangun untuk mencegah luapan banjir maupun untuk kepentingan pengairan lahan pertanian.


Selanjutnya, negara juga memetakan daerah-daerah dataran rendah yang rawan terkena genangan air(akibat rob, serapan tanah yang minim dan lain-lain).


Kemudian negara membangun kanal, sungai irigasi, saluran drainase, untuk mengurangi dan memecah penumpukan volume air, atau untuk mengalihkan aliran air ke daerah lain yang lebih aman.


Terakhir, negara juga bisa membangun sumur-sumur resapan di kawasan tertentu.  Selain untuk resapan, sumur-sumur tersebut juga digunakan untuk penyimpan air yang bisa sewaktu-waktu  digunakan, terutama jika musim kemarau atau kekurangan air.


Dari sisi yang lain terutama dalam aspek undang-undang dan kebijakan, negara perlu untuk membuat rencana beberapa hal penting seperti kebijakan tentang master plan, pengeluaran syarat-syarat tentang izin pendirian bangunan. Juga membentuk badan tanggap bencana banjir atau bencana secara umum  yang  khusus menangani bencana-bencana alam. Tentunya dilengkapi peralatan-peralatan evakuasi, pengobatan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk menanggulangi bencana banjir.


Khatimah


Solusi semuanya itu hanya bisa di terapkan dalam sistem Islam yang pernah menjadi adidaya dunia meliputi 2/3 dunia. Sudah saatnya kaum muslimin meninggalkan sistem yang tidak islami yang hanya menyebabkan kesengsaraan bagi manusia juga kehidupan. Karena hanya sistem Islam saja yang memiliki solusi tuntas untuk mengatasi banjir dan juga genangan air.


Wallahu'alam bishshawab. []

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم