Naiknya Tarif PPN: Angan - Angan Kesejahteraan ataukah Ancaman Bagi Rakyat Kecil?



Oleh: Retno Kurniawati


Per 1 Januari 2025, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) akan naik menjadi 12%. Saat ini, PPN berlaku 11% sejak 1 April 2022. Kenaikan PPN itu ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).


Jumat, 13 Sep 2024 CNN Indonesia melansir, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) membangun rumah sendiri atau tanpa kontraktor bakal naik dari saat ini sebesar 2,2 persen menjadi 2,4 persen mulai tahun depan. 


Pajak Pertambahan Nilai (PPN) membangun rumah sendiri atau tanpa kontraktor bakal naik dari saat ini sebesar 2,2 persen menjadi 2,4 persen mulai tahun depan.


Kenaikan PPN membangun rumah sendiri ini sejalan dengan rencana kenaikan PPN secara umum dari 11 persen menjadi 12 persen mulai 2025 sejalan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). ( https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20240913095102-532-1144053/ bangun-rumah-sendiri-kena-pajak-24-persen-mulai-2025). 


Apa yang hendak di capai dari kenaikan pajak? 

Menurut Pemerintah, menaikkan tarif PPN untuk menambal beban keuangan negara serta memperkuat pondasi perpajakan karena pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar saat ini. Karena Indonesia menganut ideologi kapitalisme. 


Di negara-negara yang menganut ideologi kapitalisme, sumber pendapatan ada 2: yaitu pajak dan hutang. Maka tidak perlu kaget solusi dari kapitalisme untuk menutupi defisitya dengan dua jalan itu. Kalau bukan pajak ya utang.  


Jika tidak mau nambah pajak ya solusinya nambah hutang atau sebaliknya. Bahkan jika defisit nya parah akut banget bisa dua - duanya, pajaknya naik, hutangnya juga naik. 


Hutang negara Indonesia Per Juli 2024, utang pemerintah kini tembus Rp 8.502,69 triliun. Dan itu berarti setiap warga negara Indonesia termasuk bayi baru lahir otomatis harus menanggung utang negara sebesar Rp32 juta. 


Hal diatas, siapapun presiden nya jika tetap kapitalisme yang dipakai, pasti tetap juga akan menaikkan pajak untuk bayar hutang sekaligus menutupi defisit APBN.


Inilah nasib Indonesia, terkhusus bagi para perempuan yang orang bilang adalah mentri keuangan rumah tangga betapa pusing mengatur rumah tangganya. Karena kenaikan pajak pasti akan di ikuti kenaikan harga pokok. Mungkin Bagi sebagian orang kenaikan sandang, pangan, tidak berdampak apa- apa bagi kelangsungan hidup.


Mengutip dari kalimat yang berseliweran, " Berapapun harga beras pasti kita beli asal ada barangnya". Mungkin hal tersebut masih aman bagi orang-orang yang punya pendapatan harian tetap bahkan masih punya tabungan. Tapi bagaimana dengan mereka yang punya pendapatan Senin - Kamis. Inilah ancaman bagi rakyat kecil. Betapa kebijakan Presiden sangat berpengaruh terhadap banyak hal, termasuk nasib kesejahteraan. 



Inilah nasib bangsa Indonesia yang kaya sumber daya alam tapi sayangnya  dikelola dengan ideologis kapitalisme.  Akhirnya harus hidup dengan banyak hutang dan sibuk bayar pajak. 


Akhirnya yang mendapatkan efek adalah masyarakat Indonesia tanpa memandang bulu, agama maupun ras, semuanya dapat kezaliman penguasa. 


Di bulan maulid ini semoga ada celah, tersadarkan. Semoga kita semua dapat mengambil teladan dan hikmah dari kehidupan beliau, serta memperkuat iman dan ketaqwaan kita. 


Menjadi taqwa tidak sekedar dalam ranah individu,  tapi juga butuhkan institusi negara yang mengambil keputusan dan melindungi. 


Kita butuh negara yang bertaqwa, bukan negara yang mengatur menggunakan ideologis kapitalisme. Kita butuh negara yang dapat mengatur dengan kesiapan secara ialam yang sempurna. Yang secara lengkap dan tepat bukan hanya mengatur ibadah saja tetapi masalah ekonomi juga tertata dengan rapi dan sempurna. 


Karena dalam islam pajak dan utang bukan sebagai penopang ekonomi yang utama. Islam memiliki mekanisme terkait pemasukan dan pengeluaran negara. 


Semoga dibulan Maulid nabi ini mari kita meninggikan ajaran nabi Muhammad dengan meninggalkan ideologis kapitalisme dengan kembali ke jaran islam yang kaffah.

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم