Gugur di Pembaringan

 


 

Alfina Burhan


Siapa yang tidak mengenal Khalid bin Walid. Sahabat Rasulullah, panglima perang kaum muslimin. Gagah perkasa, membuat takut para musuhnya. Mengutip buku Para Panglima Perang Islam susunan Rizem Aizid, kehebatan Khalid bin Walid ini dibuktikan dengan tidak adanya kekalahan dalam perang yang ia pimpin. Khalid bahkan dijuluki sebagai Pedang Allah yang Terhunus.


Khalid bin Walid lahir pada 592 M. Ia adalah anak dari pasangan Walid bin Mughirah dan Lababah ash-Shaghri binti al-Harits bin Harb. Sang ayah berasal dari Bani Makhzhum, marga terkemuka di kalangan suku Quraisy. Khalid baru masuk Islam usai perang Uhud, dialah yang mengalahkan pasukan Rasulullah pada waktu itu. Tapi setelah masuk Islam, Khalid hanyalah mengabdikan hidupnya untuk Islam. 


Tapi tahukah pembaca bahwa Khalid bin Walid wafat karena sakit bukan syahid di medan perang? 


Siapa yang tidak merindukan mati syahid? Apalagi Allah dan Rasulullah begitu gamblang menjelaskan keistimewaan - keistimewaan syahid gugur di medan perang. 


Rasulullah SAW dalam haditsnya menegaskan ada enam keistimewaan bagi muslim yang mati syahid di medan perang. Rasulullah bersabda: 


"Bagi orang yang mati syahid ada enam keistimewaan, yaitu diampuni dosanya sejak mulai pertama darahnya mengucur, melihat tempatnya di dalam surga, dilindungi dari azab kubur dan terjamin keamanannya dari malapetaka besar, merasakan kemanisan iman, dikawinkan dengan bidadari, dan diperkenankan memberikan syafaat bagi tujuh puluh orang kerabatnya." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)


Masya Allah! Pun di dalam Al Qur'an Surat Ali Imran ayat 169 - 172 Allah SWT berfirman: 


Artinya: "Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya. Mereka bergembira dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya dan bergirang hati atas (keadaan) orang-orang yang berada di belakang yang belum menyusul mereka, yaitu bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah dan bahwa sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang mukmin."


Khalid bin Walid wafat di Hims pada 21 Hijriah. Diriwayatkan dari Abu az-Zinad, ketika ajal hendak menjemputnya ia menangis sambil berkata,


"Aku telah mengikuti perang ini dan itu dengan gagah berani, hingga tidak ada sejengkal bagian pun di tubuhku, kecuali ada bekas sabetan pedang atau tusukan anak panah. Namun, mengapa aku mati di atas kasurku, tanpa bisa berbuat apa-apa, seperti halnya seekor keledai? Mata para pengecut tidak bisa terpejam,"


Khalid bin Walid, sahabat Rasulullah dan panglima perang yang hebat saja Allah wafatkan di tempat tidur. Lalu kita, para manusia yang hidup di akhir zaman, dimana aturan Islam tidak diterapkan, kemaksiatan meraja lela, bahkan debu - debu dosa berterbangan siap hinggap di mana saja, apa yang akan kita hujahkan kepada Allah kelak? Amal apa yang bisa kita jadikan tumpuan menghadap Allah?


Apakah kita akan pasrah saja meninggal di pembaringan tanpa berusaha lebih giat lagi untuk beramal? Merasa bekalnya sudah cukup? Karena sudah melaksanakan ibadah wajib, ibadah nafilah, rajin tahajud, rajin sedekah, dsb - dsb. Padahal mahkota kewajiban yaitu berdakwah tidak kita lakukan, atau malah terindikasi mempersulit dakwah. Astaghfirullah.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم