Oleh Ruby Alamanda
Kasus kematian Aulia Risma Lestari, mahasiswa PPDS Anestesi Undip yang bunuh diri karena diduga tak kuat atas perilaku bullying yang dialaminya, kian menambah daftar panjang kasus bunuh diri di Semarang, Jawa Tengah. Sebelum kasus bunuh diri dokter muda asal Tegal itu, telah terjadi beberapa kasus serupa yang terjadi di beberapa kampus di Semarang.
Seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) meninggal bunuh diri di kamar indekosnya di Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman. (Jawapos.com 12/8).
Terjadi lagi kengerian di dunia pendidikan, terlepas dari apa motif nya. Entah motif Bullying yang lagi marak, entah motif ekonomi, entah motif cinta lawan jenis, tuntutan nilai bagus dari orang tua, ketidakstabilan pikiran, dll.
Remaja Memang Labil
Kita bisa melihat bahwa memang kehidupan ini berat, semua orang hidup dengan masalahnya.. akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mengupayakan keindahannya. Bersemangat dalam menjalaninya. Bahkan menjadi penyemangat bagi orang lain.
Banyak remaja masih dalam keadaan labil, apalagi jika terjadi benturan dalam kehidupan nya, mudah lepas kontrol bahkan sampai bunuh diri.
Disamping remaja yang labil banyak juga remaja yang hebat, yang bisa menghadapi masalahnya dengan baik. Tidak mudah goyah dalam menghadapi berbagai persoalan hidupnya.
Namun dalam sistem sekuler sekarang ini, hal demikian mudah terjadi. Kerapuhan sistem membuat manusia yang hidup didalamnya juga mudah rapuh. Seolah sistem ini bagus untuk manusia, nyatanya zonk. Sistem ini rusak dari awal, sehingga menyebabkan banyak sekali keburukan-keburukan yang terjadi jika menggunakan sistem ini. Persaingan antar teman, pacaran, Bullying, korban KDRT, tuntutan orang tua akan nilai tinggi, menjadi penyebab utama remaja mudah goyah. Kita bisa melihat bagaimana budaya flexing menghantui bagi jiwa miskin kita (miskin karena sistem), dari segi penulis flexing juga hebat benar dalam mempengaruhi otak manusia. Jiwa meronta, tak cukup untuk berdamai dengan keadaan, maka muncul niatan bunuh diri tersebut.
Iman dan Taqwa Obatnya
Benar kata Bang Haji Rhoma Irama, Stres obatnya adalah iman dan taqwa. Allah telah menjadikan manusia itu unik dan sempurna. Allah melengkapi manusia dengan seperangkat akal sehat dan jiwa yang kuat. Allah menjadikan manusia pilihan Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik. Segala solusi manusia sudah di sampaikan di dalam al Quran dan as Sunnah. Agar manusia bisa menjadikan keduanya tempat untuk mencari solusi dari berbagai masalah.
Iman taqwa hendaknya di upayakan oleh pribadi individu sendiri, masyarakat yang ada, dan negara sebagai kunci utama dalam mengevaluasi setiap kehidupan manusia setiap harinya. Lewat RT misalnya, level RW, lurah, dan Bupati sebagai pejabat yang wajib mengontrol kehidupan rakyatnya.
Dalam lingkup kecil, ayah ibu wajib menanamkan Aqidah Islam kepada anak-anak nya sedari kecil bahkan dari buaian ibu. Sehingga kelak jika mereka remaja, bahkan dewasa awal sudah kantap jiwanya, dan tidak mudah goyah dalam menghadapi persoalan kehidupan. Penting sekali agar memilih teman yang baik dalam pendidikan nya. Baik dirumah maupun di sekolah/kampus tempat mereka menuntut ilmu. Insyaallah jika semua di upayakan maka kehidupan ini akan menjadi tentram, jiwa raga tenang. Menuntut ilmu juga tenang.