Rupiah Anjlok, Beban Utang Luar Negeri Semakin Ngeri

 



Oleh : Septa Yunis (Analis Muslimah Voice)


Dalam beberapa bulan terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) mengalami pelemahan yang signifikan. Dikutip dari CNNIndonesia.com (26/06/2024), Nilai tukar rupiah bertengger di Rp16.436 per dolar AS pada Rabu (26/6) pagi. Mata uang Garuda melemah 61 poin atau minus 0,37 persen dari posisi sebelumnya. Mayoritas mata uang di kawasan Asia juga bergerak di zona merah. Won Korea Selatan melemah 0,19 persen, ringgit Malaysia minus 0,03 persen, dolar Hong Kong minus 0,01 persen, dan baht Thailand minus 0,11 persen.


Fenomena ini telah menjadi perhatian utama bagi pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat Indonesia. Pelemahan rupiah saat ini memicu kekhawatiran banyak pihak. Apalagi Indonesia memiliki trauma besar dalam jebloknya mata uang saat Krisis Moneter 1997/1998 ataupun pada awal pandemi Covid019 2020. 


Penyebab Melemahnya Rupiah


Melemahnya rupiah sekaligus membuktikan jika perekonomian Indonesia dalam genggaman imperialis Amerika Serikat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya:


Pertama, salah satu faktor utama yang mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah ketidakstabilan ekonomi global. Ketegangan perdagangan antara negara-negara besar, seperti Amerika Serikat dan China, sering kali menyebabkan ketidakpastian di pasar keuangan global. Ketika investor merasa tidak yakin dengan situasi global, mereka cenderung mengalihkan investasinya ke aset yang dianggap lebih aman, seperti dolar AS. 


Kedua, Kebijakan Moneter Amerika Serikat.Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan bahwa tekanan ini terutama disebabkan oleh faktor global, termasuk kekuatan ekonomi AS dan kebijakan moneter yang ketat dari bank sentral AS (The Fed). Kebijakan moneter yang diambil oleh Federal Reserve (The Fed) memiliki dampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Ketika The Fed menaikkan suku bunga, investor global cenderung menarik dananya dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, dan mengalihkannya ke aset-aset berbasis dolar yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.


Ketiga, defisit neraca perdagangan Indonesia juga berkontribusi pada pelemahan rupiah. Ketika impor lebih besar dari ekspor, permintaan terhadap dolar untuk membayar impor meningkat, sementara suplai dolar dari hasil ekspor tidak cukup untuk menutupi permintaan tersebut. Hal ini menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah.


Keempat, tingkat inflasi yang tinggi di dalam negeri dapat menurunkan daya beli masyarakat dan mengurangi kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. Inflasi yang tidak terkendali dapat membuat rupiah semakin tertekan.


Dari faktor-faktor tersebut, yang paling berpengaruh adalah penggunaan mata uang dolar AS sebagai mata uang internasional yang mengawasi nilai tukar mata uang negara lainnya. Saat ini, dolar AS mendominasi transaksi global. Kekuatan dolar AS memiliki dampak ekonomi, yaitu menjadikan AS mampu memberi sanksi secara ekonomi dan finansial kepada negara yang disasar.


Dampak Pelemahan Rupiah


Melemahnya rupiah terhadap dolar AS sangat memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Pelemahan rupiah menyebabkan harga barang-barang impor naik. Hal ini berdampak langsung pada masyarakat karena harga barang-barang kebutuhan pokok yang diimpor, seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, menjadi lebih mahal. Kenaikan harga barang impor dapat memicu inflasi domestik. Inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli masyarakat dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.


Dampak selanjutnya, pelemahan rupiah meningkatkan beban utang luar negeri yang harus dibayar oleh pemerintah dan perusahaan dalam mata uang dolar. Pembayaran utang dalam dolar menjadi lebih mahal dalam rupiah, yang dapat membebani keuangan negara dan korporasi.


Semua itu tidak lepas dari diterapkannya kapitalisme. Sistem kapitalis yang menyebabkan krisis ekonomi Indonesia, karena mata uang yang bertumpu pada uang kertas, hutang piutang yang ditopang oleh riba yang mengakibatkan bunga pinjaman akan terus menggelembung seiring berjalannya waktu. Dengan demikian, utang luar negeri semakin menggunung. 


Ketika utang semakin menggunung, aset negara menjadi jaminannya. Untuk menutupi utang luar negeri tersebut bukan tidak mungkin pemerintah akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang akan menyengsarakan rakyat, rakyat diperas habis-habisan di sektor pajak. Selain itu aset negara tak luput dari incaran pemerintah untuk menutupi utang luar negeri. Sampai saat ini sudah banyak aset negara yang dikuasai oleh asing dan aseng. Dengan demikian, maka tidak lama lagi Indonesia hanya tinggal nama dalam kenangan. Pemerintah yang seharusnya mengayomi rakyatnya justru memanfaatkan rakyat, dimana tanggung jawab pemerintah? Sudah saatnya kita melek dengan keadaan, jebloknya rupiah sangat berdampak bagi kelangsungan Indonesia, namun pemerintah seakan tutup mata dengan kondisi saat ini. Inilah ciri pemerintahan yang abai dengan amanahnya. Masihkah dipertahankan pemerintahan dengan sistem yang diterapkan seperti saat ini?

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم