Oleh: Fatimah Abdul (Pemerhati Sosial dan Generasi)
Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat, siapa pun pasti membutuhkannya baik yang kaya atau yang miskin. Namun, apa jadinya bila harga beras yang ada saat ini harganya terus melambung tinggi. Bahkan pemerintah rupa-rupanya telah resmi menaikkan harga eceran tertinggi (HET) pada komoditas beras. Penetapan HET ini bertujuan untuk penyelarasan harga dari hulu ke hilir.
Kenaikan harga beras yang konsisten merupakan imbas dari permainan para mafia pangan. Saat pemerintahan menetapkan HET maka akan muncul black market yang menguasai pasar beras. Sebenarnya masih ada jalan lain yang bisa ditempuh oleh pemerintah selain menetapkan HET yaitu dengan mengadakan operasi pasar dan pasar murah. Menjual beras Bulog dengan harga murah di berbagai daerah. Namun, karena kebijakan pemerintah bersifat kapitalistik dan tidak mau merugi maka pemerintah hanya memposisikan dirinya sebagai regulator dan menyerahkan urusan teknis kepada para korporasi yang notabene hanya mencari keuntungan.
Penyebab Mahalnya Harga Beras
Adanya masalah distribusi menyebabkan harga beras menjadi tidak stabil. Selain itu masalah stock yang terbatas, fenomena bencana alam, produktivitas padi yang menurun, harga pupuk yang sangat mahal serta adanya impor besar secara besar-besaran oleh penguasa.
Beberapa dari masalah tersebut diatas sebenarnya mampu diatasi oleh pemerintah. Akan tetapi karena meriayah umat bukan tujuan pokoknya maka penguasa berlepas tangan atas masalah ini. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang seakan tidak pro rakyat semakin membuat para petani semakin terpojok. Dilansir dari cnbc.indonesia.com, tercatat Indonesia mengimpor beras sebanyak 567,22 ribu ton pada bulan Maret 2024 saja. Lantas, bagaimana dengan bulan-bulan yang lain?
Kemudian adanya disparitas harga juga menjadi salah satu penyebab naiknya harga beras. Adanya level-level pelaku usaha dalam proses distribusi, sehingga setiap level pengusaha mengambil keuntungan. Semakin panjang proses pendistribusian beras akan semakin mahal harga yang akan dibandrol. Selain itu adanya distorsi harga juga menjadi salah satu faktor penyebab naiknya harga beras di pasaran.
Faktor-faktor tersebut diatas merupakan bentuk praktik dari sistem politik kapitalisme yang memang menjadikan negara hanya sebagai regulator saja. Negara tidak menjadikan dirinya sebagai pelayan rakyat yang seharusnya mengurusi semua proses produksi hingga distribusi ke setiap individu rakyat. Sistem yang mengandalkan korporasi untuk mengurusi kebutuhan masyarakat, jelas saja yang ada pemalakan karena orientasi mereka adalah mencari keuntungan.
Kebutuhan Pangan dalam Islam
Islam memandang bahwa kebutuhan pangan merupakan kebutuhan pokok rakyat yang harus disediakan oleh negara. Maka, negara wajib memastikan kebutuhan tersebut sampai kepada setiap individu dari rakyatnya.
Untuk mengatasi masalah harga pangan yang tinggi, negara Islam akan memperlakukan para petani dengan sangat baik. Mempermudah setiap langkah para petani dalam memulai usahanya. Mulai dari permodalan, penyediaan bibit tanaman, pupuk, serta pestisida. Membangun sistem irigasi yang baik sehingga mereka tidak kesulitan dalam hal pengairan. Mempermudah sistem distribusi dari produsen hingga konsumen sehingga tidak ada permainan pelaku usaha yang mengambil keuntungan besar. Negara tidak mematok harga melainkan membiarkan harga terbentuk secara alami dalam pasar, negara hanya memberikan kemudahan-kemudahan kepada pelaku usaha dan mengupayakan kestabilan harga dengan memasok kebutuhan dari daerah lain. Dengan demikian harga kebutuhan masyarakat tidak mengalami fluktuasi yang signifikan. Hanya dengan penerapan sistem islam kaffah umat akan terbebas dari keterpurukan karena sistem islam datang dari Allah SWT, dzat yang menciptakan manusia dan alam semesta. Wallahu'alam bishshawab. []