Angka Kelahiran Menurun, Akibat Salah Urus




Oleh : Septa Yunis (Analis Muslimah Voice)

Angka kelahiran Indonesia menurun drastis. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Hasto Wardoyo menyebut angka kelahiran atau fertility rate di Indonesia menurun, Penurunan tersebut progresif dan mencapai angka ideal 2,18 pada satu dekade terakhir. Kendati demikian, dia menargetkan agar setiap pasangan suami istri melahirkan paling tidak satu anak perempuan. Dengan demikian, regenerasi akan terus berjalan pada masa mendatang. (Kompas.com 29/06/2024)


Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) Indonesia terus menurun dalam 50 tahun terakhir. TFR adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh seorang perempuan selama masa reproduksinya. Pada 1971 angka kelahiran total atau TFR nasional masih 5,61. 

Ada banyak faktor yang mempengaruhi menurunnya angka TFR tersebut. Aturan pembatasan jumlah anak menjadi salah satu faktor yang disinyalir mempengaruhi angka kelahiran tersebut. Program BKKBN dua anak cukup yang dimasifkan agar angka kelahiran tidak membludak, namun justru menjadi bumerang bagi bangsa ini.

Selain faktor di atas, kapitalisme yang berlandaskan sekularisme menjadi faktor utama dalam penurunan angka kelahiran. Kebebasan berperilaku dijadikan senjata untuk berbuat sesukanya. Dari sini, melahirkan perilaku-perilaku yang menyimpang. Misal, childfree atau tidak bersedia mempunyai anak. Pasangan yang menganut child free akan mengupayakan diri mereka terbebas dari anak. Alasan mereka, mempunyai anak membuat mereka sibuk dan tidak bebas. 

Karena kapitalisme pula pasangan pasutri enggan memiliki anak dikarenakan kondisi ekonomi yang tidak stabil. Apalagi kondisi perekonomian saat ini sedang tidak baik-baik saja, bahkan buruk. Karena negara tidak menjamin kehidupan rakyatnya. Oleh karena itu, di dalam pikiran mereka lebih baik tidak mempunyai anak daripada melahirkan anak berujung menderita. Keluarga kurang mampu akan sangat perhitungan, sebab bertambahnya anak, bertambah juga pengeluaran. Apalagi biaya pendidikan, biaya kesehatan, sandang, pangan, dan papan dalam sistem kapitalisme ini sangat mahal. Alhasil, banyak yang memilih tidak punya anak, atau bahkan memilih untuk tidak menikah. Sungguh jahat kapitalisme, menghilangkan fitrah manusia. Peradaban terancam punah akibat minimnya angka kelahiran. 

Berbeda dengan cara pandang Islam. Islam memuliakan manusia. Bahkan seluruh alam semesta ini diciptakan hanya untuk manusia. Mengembalikan kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia, yaitu saat manusia dimuliakan, wajib dengan mengembalikan kepemimpinan Islam atas dunia.

Di dalam Islam pula, kehidupan manusia akan dijamin. Saat ini pengaturan masalah ekonomi sangat buruk, sehingga ekonomi terseok-seok, maka perlu aturan yang benar. Aturan yang benar hanya ada dalam Islam. Selain itu, Islam melarang pemahaman kufur sekuler kapitalisme beserta turunannya berkembang dan merusak cara pandang masyarakat Islam. Pemahaman childfree, seks menyimpang, maupun liberalisme, tidak akan menemukan tempat di pikiran kaum muslim. Semua pemahaman itu tidak sesuai dengan Islam. Islam menganjurkan kaum mudanya untuk bersegera menikah dan memiliki banyak keturunan.

Demikian aturan Islam mengatur kehidupan manusia sampai detail. Maka dari itu, sebagai umat Islam sudah seharusnya menggunakan aturan Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Bukan membuat aturannya sendiri. Sungguh sombong orang-orang yang membuat aturan hidupnya sendiri.

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم