Seruan untuk Dunia : Genosida Melanda Gaza, Segera Akhiri dengan Solusi Hakiki

 


Oleh: Annisa A. Mutmainnah (Aktivis Muslimah)


Genosida di Gaza yang telah berlangsung semenjak 1948 hingga hari ini. Seharusnya mampu membuka mata dunia bahwa kejahatan yang dilakukan oleh Zionis Israel ialah kebiadaban yang sudah sepantasnya diakhiri sekarang juga. 


Seperti yang terjadi baru-baru ini sebagaimana dikutip dari bbcnews.com (31/05/24), yaitu serangan udara Israel dan kebakaran yang terjadi di kamp pengungsi Palestina di Kota Rafah, Gaza selatan secara brutal. Sedikitnya 45 orang syahid dan ratusan lainnya terluka dalam insiden tersebut ujar Kementrian Kesehatan yang dikelola Hamas. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebutnya sebagai “kecelakaan tragis”. Serangan tersebut menargetkan dua komandan Hamas sehingga kebakaran mungkin disebabkan oleh ledakan sekunder. Media sosial kembali digemparkan dengan gambar yang sangat memilukan yaitu gambar seorang laki-laki Palestina menggendong mayat seorang bayi tanpa kepala saat kebakaran sedang terjadi. Serangan ini mendapatkan kecaman internasional yang sangat luas (Sumber: Instagram).


Peristiwa mematikan ini lantas menyebabkan orang-orang mengulang-ulang kalimat Richard Peeperkorn, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia di wilayah Palestina yang diduduki Israel yang mengatakan bahwa “semua mata tertuju pada Rafah” atau All Eyes on Rafah. Frasa ini menjadi slogan yang semakin tersebar luas di media sosial dari gambar AI. Menurut hitungan Instagram, lebih dari 47 juta warganet baik dari kalangan aktivis bahkan sampai selebritas telah ikut membagikan gambar itu pada Kamis (30/05/24) sore (Sumber: Instagram).


Tidak hanya di dunia maya, melainkan pergerakan solidaritas terhadap warga Palestina yang sebelumnya juga sudah berjalan yaitu dari para akademisi yang melakukan aksi dengan turun ke jalan. Hal ini menyebabkan terjadinya gelombang demo besar-besaran.


Dikutip dari CNN International (11/05/2024), aksi ini diikuti oleh mahasiswa pro-Palestina di 35 kampus di Amerika Serikat, 7 kampus di Australia, Universitas Newcastle di Inggris yang bahkan para mahasiswanya mendirikan perkemahan, begitu juga di Prancis, Kanada dan Asia. 


Pada Jumat (31/5/2024) dikutip dari Kompas.com, koalisi anak muda melakukan unjuk rasa di seberang Kedutaan Besar Amerika Serikat sambil membawa isi tuntutan mereka yang ditulis tangan. Misalnya, “LPDP boycott Ivy League”, “The United States Govt is complicit responsible for genocide”, “stop bombing civilian you moron!”. 


Seluruh mahasiswa unjuk rasa menuntut pemerintah dunia segera mengambil tindakan tegas dan menyuarakan agar perguruan tinggi melakukan divestasi dari Perusahaan yang mendukung Israel. Namun, apakah sikap tersebut mampu menghentikan sikap politik Zionis? atau mampu menggerakan nurani para penguasa negeri muslim dan negeri Arab lain yang hanya diam menonton pembantaian untuk segera mengirimkan pasukannya?


Insiden penyerangan tersebut memanggil seluruh umat di berbagai penjuru dunia agar memusatkan perhatiannya menuju Rafah. Kita sebagai umat muslim tidak hanya bergerak atas nilai kemanusiaan,  melainkan karena aqidah. Sebagaimana hadits yang disampaikan oleh Rasulullah SAW :


“Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (H.R Bukhari dan Muslim).


Kita memiliki tugas besar dan mendesak yaitu menyuarakan dan memperjuangkan nasib warga Palestina. Tentu dibutuhkan keseriusan dan mengedepankan akar masalah serta solusi hakiki, bukanlah win-win solution atau two state solution. Adakah manusia yang mau hidup bertetangga dengan para pembunuh? Tentu saja tidak ada. Solusi hakiki palestina adalah dengan solusi yang sudah terbukti mampu mewujudkan pembebasan yaitu metode jihad kaum muslimin dengan mengirimkan pasukan. Jihad hanya akan terwujud dengan tegaknya institusi khilafah.


Hal ini telah dibuktikan secara historis oleh Umar bin Khattab dan Salahuddin Al-Ayyubi karena mengikuti metode Rasulullah SAW. Selagi jalan yang ditempuh berbeda dengan apa yang Rasulullah contohkan, maka pembebasan tidak akan pernah tercapai dengan sempurna. 


Hari ini dapat kita lihat kekuatan militer yang dimiliki oleh dunia Islam khususnya negara-negara Arab menjadi tidak bermakna karena tidak dibersamai dengan spirit jihad. 


Kita sebagai umat muslim wajib membangun kesadaran berupa pembebasan pemikiran terlebih dahulu. Upaya penyadaran umat harus terus berjalan dan dilakukan secara terstruktur, sistematis dan massif. umat harus memiliki pemahaman yang shahih agar dapat terus bergerak dan berdakwah bersama-sama dengan tujuan yang sama. Sayangnya persatuan ini masih sulit apabila masih ada umat yang terpenjara oleh pemikiran nasionalisme atau sekat-sekat bangsa. Pemikiran ini berbahaya karena umat akan menganggap bahwa genosida yang menggilas ribuan nyawa berharga di Palestina bukanlah bagian dari tanggung jawab bersama. Umat akhirnya bersikap pasif atau apatis. Padahal umat muslim dilarang untuk berdiam diri ketika melihat kemungkaran dan kedzaliman. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW :


“Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman” (H.R Muslim). 


Maka tidak cukup hanya dengan ketidakridhoan hati kita dalam menyikapinya. Perlu aksi nyata mengirimkan pasukan seperti yang telah disebutkan pada hadits di atas. Bagi yang mempunyai kemampuan (para penguasa di negeri-negeri muslim) untuk mengupayakan hingga Zionis terusir dari wilayah Palestina. Kita sebagai umat yang tidak memiliki kekuasaan harus menyampaikan kebenaran serta mendesak para penguasa mengirimkan pasukannya dan menyuarakan solusi hakiki baik melalui lisan maupun tulisan. 


Solusi hakiki akan terwujud ketika khilafah menjadi opini umum di tengah dunia. Hanya khilafah yang akan membela Palestina secara nyata sehingga umat wajib berjuang untuk mewujudkannya. Kita harus menyatukan kekuatan mengingat jumlah umat muslim di dunia sebanyak 2 milyar dan ada sekitar 50 negeri-negeri muslim dengan kekuatan militer yang perkasa. Solusi hakiki sudah ada pada genggaman kita, sekarang maukah kita menyuarakannya? Atau masih mau percaya dengan resolusi bias yang di tawarkan PBB dan lembaga-lembaga Internasional lainnya? Sedang pertumpahan darah dan penyiksaan di wilayah Gaza tidak kunjung berhenti bahkan pada ‘zona aman’ di kamp pengungsi yang Israel sebutkan sekalipun. Wallahu’alam.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم