Live is Never Flat

 


Endah Sulistiowati 


Baca judulnya ini auto teringat iklan makanan ringan yang ada di TV. Live is never flat. Nggak bosen ya, hidup hanya flat-flat aja. Flat itu yang gimana? Flat atau datar-datar saja, maknanya hidup kita itu kemana-mana tetap pada zona yang sama, misalkan sekolah/kuliah, pulang, istirahat, main, belajar, tidur, sekolah lagi, demikian seterusnya, apalagi yang  jelang atau baru lulus SMA/SMK, kerjaan belum dapat mau lanjut kuliah nggak ada biaya, rasanya hidup kayak tidak bergerak. Jujur deh, pernah boring nggak sih. Sepertinya hidup kok gitu-gitu aja, atau gitu-gitu aja tapi kok hidup. 


Live is never flat, kalo dicerna memang mengena banget jargon iklan tersebut. Hingga cocok dipakai untuk judul tulisan. Benar sekali hidup itu memang tidak selamanya datar-datar saja kan,yang bener hidup kayak naik roller coaster, kadang di atas, kadang juga di bawah, bahkan kadang harus berputar. 


Mau dong ya memiliki kehidupan yang seru, ceria, dan  hangat. Membuat hidup yang begitu kan butuh modal, ya? Karena kita harus rekreasi, jalan-jalan ke tempat yang belum pernah kita kunjungi, hang out bersama teman-teman biar hari-hari penuh makna. Eh, nggak juga kali!


Hidup kita itu sebenarnya tergantung bagaimana kita memandangnya. Dari sudut pandang mana? Kemudian kita menggunakan kaca mata apa? Komunis, Kapitalis, atau Islam? Walah-walah apalagi itu. Mainan baru, guys!


Readers tahu kan apasih tujuan kita ini diciptakan sama Allah. Kalau merujuk di dalam Al-Qur’an sih ada di surat Al Adiyat, Allah berfirman:


“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (TQS. Al Adiyat  56)


Jadi sudah sangat jelaskan bahwa Allah menciptakan kita di muka bumi ini, adalah untuk beribadah kepada Allah. Nah, di sini kita tidak saklek (kaku) bahwa ibadah  itu hanya ibadah mahdoh seperti salat, puasa, zakat, dan haji.


Ibadah menurut KBBI definisinya ada dua, yaitu itu menurut bahasa adalah merendahkan diri, ketundukan, dan kepatuhan akan aturan-aturan agama. Sedangkan menurut istilah syar’i, ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir).  


So, dari pengertian ibadah yang dijelaskan KBBI ini pasti readers paham banget kan, bahwa ibadah tidak sesempit yang kita bayangkan. Ketika kita menuntut ilmu baik itu ilmu agama, ilmu umum, berbakti kepada orang, mengingatkan teman saat mereka salah, ataupun aktivitas-aktivitas lain yang ada tuntunannya dalam Islam. 


Jadi, jika kita sekolah kemudian kita niatkan menuntut ilmu karena Allah, maka itu menjadi ibadah untuk kita, pun ketika kita membantu orang tua di rumah (nyapu, nyuci, masak, mengasuh adik, membersihkan kamar mandi, dll) maka akan menjadi nilai ibadah juga jika kita niatkan karena Allah. 


 Namun, banyak juga lho orang yang sepertinya amalya banyak tapi ternyata kosong dan tidak menghasilkan apa-apa. Waduh (emot tutup muka deh)! Kok bisa ya? Yah ibaratnya seperti orang bekerja, namun tidak memberikan manfaat baginya, kecuali hanya lelah saja. Emmm, mungkin kayak pas kita puasa, seharian hanya tidur saja, jadi nggak dapat apa-apa kecuali haus dan lapar saja. 


Dalam buku “Agar Amal Anda Diterima Menanamkan Keikhlasan dalam Setiap Aktivitas Ibadah” oleh Husain bin Udah, ada dua syarat yang harus dipenuhi agar amal atau ibadah kita diterima oleh Allah. 


Pertama, niat ikhlas karena Allah. Artinya melakukan perbuatan semata-mata karena ingin mendapatkan ridha Allah SWT.


Kedua, melakukan amal perbuatan yang sesuai dengan syariat yang Allah tetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. 


So, jika salah satu syarat tidak dipenuhi, maka suatu amalan tidak bisa dinilai ibadah dan tidak bisa diterima Allah pula. Hal ini diterangkan dalam surat Al Kahfi ayat 110 yang artinya:


“Barang siapa mengharap perjuangan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (TQS. Al Kahfi 110). 


Contohnya gini, misalkan kita sudah niat ikhlas karena Allah melaksanakan salat Subuh. Saking ikhlasnya kita salat sampai 4 rakaat, kan nggak benar tuh caranya. Sehingga amalnya tidak diterima karena tidak sesuai dengan syarat diterimanya amal. Atau kita rajin banget salat fardu berjamaah ke masjid, tapi naga-naganya mau ndeketin anak pak ustadz yang imut bin manis. So, aktivitas tersebut bisa dipastikan nggak diterima sama Allah, guys!   

Terus gimana nih caranya agar amalan kita tidak sia-sia? Takutnya sudah merasa amalannya banyak tiba-tiba wuuussss, kosong kayak ketiup angin, sayang kan! 


Jawabnya, kita harus ngaji! Walah, dah ngewes kok baca Al-Qur’an. Lho lho lho, ngaji itu tidak hanya baca tulis Al-Quran saja, tapi juga harus bisa memahami kandungan dari Al-Qur’an, termasuk apa saja perintah Allah dan laranganNya. Dengan ngaji kita juga semakin memahami sunnah Rasul, karena Rasulullah SAW adalah contoh yang nyata dalam mengaplikasikan Al-Qur’an dalam kehidupan. Keren kan! 


Ngaji itu adalah bagian dari kewajiban menuntut ilmu. Menuntut ilmu itu wajib, terutama ilmu agama. Karena dengan menguasai ilmu, Allah akan mengangkat kedudukan kita dunia akhirat. Rasulullah SAW bersabda: 


“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)


Dalam hadist yang lain Rasulullah SAW bersabda:


“Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu.” (HR. Ahmad)


Readers, yakin deh, ngaji atau mengkaji Islam itu benar-benar bisa mengubah hidup kita agar tidak flat-flat saja. Tentu hidup akan banyak warna. Kenapa? Karena dengan mengaji kita mampu melihat kehidupan dari sisi lain, yang seringkali luput dari perhatian manusia. Gimana readers, siap kan untuk ngaji (lagi)? 





*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم