Oleh : vieDihardjo (Alumni HI)
Seorang Former Intelligence Officer, selama 17 tahun, Josephine Guilbeau menyatakan bahwa Israel dan pasukan menggunakan dan diketahui oleh negara sekutunya memiliki dan menggunakan teknologi persenjataan yang bisa mengetahui persis berapa jumlah manusia yang terdapat di dalam sebuah gedung atau lokasi. Sehingga ketika mereka mentargetkan dan mengebom sebuah gedung mereka sudah tahu persis berapa jumlah manusia yang terdapat di dalamnya, berapa perempuan dan anak-anak di tempat tersebut.
Josephine mengatakan bahwa yang terjadi di Palestina bukan aktivitas mempertahankan diri tetapi penduduk Palestina sedang dalam situasi catastropic (terancam sempurna). Pasukan Israel (IDF) memang sengaja mentargetkan rumah yang berisi perempuan dan anak-anak.
Tentara intelejen Israel mengatakan “Kami tidak tertarik untuk membunuh anggota Hamas pada saat mereka berada di gedung-gedung militer atau terlibat pada aktivitas militer karena jauh lebih mudah untuk mengebom sebuah keluarga.Sistem ini dibangun untuk mencari mereka dalam situasi ini (serambinews.com5/4/2024)
Penggunaan Lavender memberi penjelasan yang masuk akal jumlah korban dan kehancuran fisik yang terus meningkat di Paestina, Gaza dan wilayah sekitarnya sejak badai Al Aqsa yang dimulai pada 7 Oktober 2023. Pada Kamis 30 Mei 2024 genosida Palestina memasuki hari ke-237, menurut laporan Palestinian Central Bureau of Statistic (PCBS) jumlah korban tewas Palestina mencapai 36 ribu lebih dan 86 ribu lainnya luka-luka.
Yang terjadi di Palestina adalah genosida. Sebuah aktivitas kekerasan yang bertujuan untuk memusnahkan atau menghilangkan kelompok tertentu untuk kepentingan tertentu. Salah satu fakta yang dapat menjelaskan telah terjadi genosida di Israel adalah penggunaan persenjataan yang kuat dengan dampak yang tidak pndangbulu, mengakibatkan jumlah korban jiwa yang sangat besar dan kehancuran infrastruktur yang menopang kehidupan (dikutip dari Anadolu Agency).
Sementara menurut Raz Segal, Direktur Program Studi Genosida di Stockholm University seperti dikutip TIME menyatakan “Pasukan militer Israel sedang sedang melakukan tiga tindakan genosida, yaitu, membunuh, menyebabkan cedera serius dan tindakan penghancuran kelompok. Hal ini tercermin pada kehancuran infrastruktur yang parah dan pengepungan total terhadap kebutuhan dasar masyarakat seperti air, makanan, bahan bakar serta pelayanan medis” (cnnindonesia.com 22/11/2024).
Dibandingkan dengan genosida yang terjadi di Sebrenica, dimana pasukan Serbia membunuh warga sipil Bosnia sebanyak 8000 maka genosida di Gaza telah jauh melampaui itu. Pernyataan serupa disampaikan oleh Ben Kiernan, Direktur Program Genosida Kamboja di Universitas Yale “Pemboman balasan yang dilakukan Israel terhadap Gaza, betapapun tidak pandangbulunya, dan serangan darat yang dilakukan saat ini meskipun banyak korban sipil yang ditimbulkannya dikalangan penduduk Palestina di Gaza, belum memenuhi ambang batas tertinggi yang diperlukan namun tujuan tersebut telah memenuhi definisi genosida (cnnindonesia.com22/22/2024)
Penggunaan Lavender dalam genosida Palestina didorong dan “direstui” oleh ideologi kapitalisme. Logika kapitalisme yang beorientasi pada keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperdulikan cara selama tujuan tersebut tercapai.Seperti dinyatakan oleh menteri luar negeri Palestina, Riyad Al Maliki pada jum’at (1/3/2024) “PM Israel, Benjamin Netanyahu ingin sepenuhnya mengusir orang-orang dari Gaza. Israel mempunyai kepentingan jangka panjang tidak hanya untuk tetap berada di Tepi Barat, tetapi juga untuk mengusir orang-orang dari Tepi Barat ke Yordania dan juga untuk mencaplok wilayah Palestina(republika.co.id 2/3/2024)
Hal serupa disampaikan oleh Duta Besar Iran Untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi di Jakarta pada 31 Oktober 2023. Jerdi menyatakan “Tujuan utama rezim Zionis adalah genosida, mereka melakukan pembunuhan masal di sana (Gaza), membersihkan bangsa Palestina dari daerah sana, dan menyatukan wilayah pendudukan mereka”(iNews.id 31/10/2023)
Genosida dengan menggunakan peralatan militer semacam lavender sebagai cara bagi Israel untuk menguasai Tepi Barat dan wilayah sekitarnya tentu “sah” dalam kacamata kapitalisme selama tujuan yang direncanakan tercapai. Maka alangkah terancamnya dunia ketika ideologi kapitalisme dipakai untuk mengatur dunia.
Berbeda dalam sistem Islam. Industri pertahanan dibangun dan dikembangkan sesuai dengan visi Islam yaitu mengemban dakwah keseluruh dunia. Kekutan militer dalam islam adalah ujung tombak politik dan alat melakukan manuver-manuver politik dalam hubungan luar negeri. Kuatnya kekuatan militer diorientasikan pada jihad untuk menyebarkan islam ke seluruh dunia. Loyalitas (wala’) kekuatan milter baik personil maupun alutsista hanya diarahkan pada ketaatan kepada Allah SWT.
Dengan ideologi Islam yang mewarnai sistem pertahanan keamanan akan mendorong terwujudnya islam sebagai rahmatan lil’alamiin bukan merusak apalagi menghancurkan demi tujuan yang ingin diraih. Sistem pertahanan keamanan tersebut hanya bisa diadopsi dan diwujudkan dalam sistem pemerintahan yang menerapkan syariat islam secara menyeluruh (kaffah) dalam Khilafah’ala minhajin nubuwwah.
Khilafah akan memaksimalkan industri pertahanan di bawah komando amirul jihad yang akan menggentarkan musuh (show of force) dan Psy war dengan menampilkan inovasi-inovasi teknologi terbaru yang akan meningkatkan bargainning power khilafah terhadap negara-negara musuhnya.
Dengan demikian kekuatan militer khilafah diarahkan dan dimanfaatkan untuk menyebarkan islam dengan jihad bukan untuk merusak atau memusnahkan sebuah bangsa demi satu tujuan seperti yang dilakukan zionis Israel terhadap Palestina.
Wallahu’alam bisshowab