Rupiah Melemah: Bukti Penjajahan Lewat Dolar

 


Oleh: Bunda Emma


Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah menuju level Rp16.211 pada Jumat (26/4/2024). Mengutip data Bloomberg, rupiah melemah 23,50 poin atau 0,15% menuju level Rp16.211 per dolar AS. Kondisi ini masih menjadi perhatian publik, mengingat belum ada tanda-tanda akan adanya perbaikan kondisi. 


Sementara dampak pelemahan rupiah akan dirasakan berbagai pihak dan makin menyulitkan kondisi ekonomi rakyat dalam berbagai aspek, baik positif maupun negatif. Meski memiliki dampak positif, tetap saja dampak negatif lebih mendominasi. Sebagai contoh, bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menyebabkan pendapatan dari ekspor naik. Namun, beban pembayaran utang luar negeri justru membengkak. Apalagi subsidi energi justru bertambah dan belanja dalam dolar AS juga naik. Bidang usaha pun terkena imbas dari melemahnya Rupiah ini, yakni harga bahan impor yang naik. Perusahaan yang menggunakan bahan baku impor dan penjual produk dalam Rupiah akan mengalami tekanan. Akhirnya, karena penjualan terlalu mahal, sedang daya beli menurun, maka perusahaan akan melakukan PHK agar tetap bisa hidup. Harga jual elektronika, automotif, dan produk berbahan baku impor pun semakin mahal. Terbebani rugi selisih kurs dan mendapat beban pembayaran utang valas membengkak. Risiko gagal bayar meningkat.


Penyebab Melemahnya Rupiah 


Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di akhir akhir bulan April melemah salah satu penyebabnya imbas dari rilis angka penjualan ritel AS yang di klaim  lebih baik dari perkiraan. Data makro ekonomi AS melaporkan penjualan ritel secara bulanan tumbuh kuat sebesar 0,7 persen dari ekspektasi 0,3 persen. Pada Februari, data penjualan ritel naik 0,9 persen, direvisi naik dari 0,6 persen.


Data penjualan ritel AS yang lebih kuat itu memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (Fed) dapat mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lama. Hal ini disebabkan bahwa Data penjualan ritel merupakan salah satu indikator utama belanja konsumen, yang mencakup lebih dari dua pertiga perekonomian AS. Belanja rumah tangga yang lebih tinggi menunjukkan prospek inflasi yang sulit.


Angka-angka tersebut menunjukkan prospek perekonomian AS yang kuat dan mendukung pandangan bahwa The Fed harus mempertahankan suku bunga pada tingkat tinggi untuk waktu yang lebih lama. Hal ini mendasari kenaikan mata uang dolar AS.


"Pelemahan rupiah kali ini tertekan oleh penguatan yang terjadi pada kinerja indeks dolar AS, imbas dari rilis angka penjualan ritel Amerika Serikat yang lebih baik dari perkiraan," kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva kepada ANTARA di Jakarta, Selasa. Dari sisi geopolitik, Iran yang menyerang Israel menjadikan pedagang mengalihkan pandangan terhadap aset safe haven mata uang yaitu dolar AS.


Dominasi AS lewat Mata Uang Dolar 


Tujuh ratus tahun sebelum Adam Smith menulis bukuThe Wealth of Nation, seorang Islam bernama al-Ghazali (w.1111 M), telah membahas fungsi  uang dalam perekonomian.


Secara panjang lebar, ia membahas fungsi uang dalam bab “syukur” pada kitab Ihya Ulumuddin. Dalam Bab itu ia mengatakan, “Di antara ni’mat Allah ialah berlakunya dinar dan dirham. Dengan dinar dan dirham itu, kehidupan dunia bisa diatur, padahal keduanya tak lebih dari logam, yakni barang yang pada asalnya tidak berguna apa-apa. Tetapi semua orang tertarik pada kedua mata uang itu, sebab setiap orang membutuhkan bermacam-macam barang untuk makan, pakaian dan kebutuhan-kebutuhan lainnya”.


Pemikiran Al-Ghazali yang juga cukup menakjubkan tentang fungsi uang  adalah teorinya yang menyatakan bahwa uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai warna, tetapi dapat merefleksikan semua warna. (Ihya, 4 : 91-93). 


Maksudnya, uang tidak memiliki harga (intrinsik) tetapi dapat dapat merefleksikan semua harga. Atau dalam istilah ekonomi klasik dikatakan, uang tidak memberi kegunaan langsung (direct utility function). Hanya bila uang itu digunakan untuk membeli barang, barulah barang itu memiliki kegunaan. Begitulah gambaran kepentingan mata uang dalam kehidupan manusia secara alami, yang seharusnya bisa diberlakukan secara adil dalam semua keadaan. 


Berbeda dengan fakta Dolar AS. Dolar AS menjadi mata uang yang begitu perkasa karena dibantu Bretton Woods system atau sistem Bretton Woods. Sistem yang dibentuk pada tahun 1944 merupakan langkah AS dalam menciptakan tatanan sistem moneter baru di mana emas tidak lagi bisa menjadi nilai tukar tunggal. AS juga menggunakan dan menetapkan dolar sebagai nilai tukar pengganti emas. Standar emas dan nilai mata uang lainnya akan ditautkan ke nilai dolar AS.


Sistem tersebut ditandatangani oleh 44 negara pada 1944. Sistem tersebut runtuh pada 1971 karena banyak pihak yang meyakini cadangan emas bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) tidak cukup untuk menjamin transaksi dolar. Kendati sistem Bretton Woods runtuh, dolar AS tetap menjadi mata uang cadangan yang digunakan oleh negara-negara lain meskipun tidak lagi menjadi mata uang standar yang dipatok terhadap emas.


Sejak itulah dolar AS telah menjadi mata uang global yang dominan selama beberapa dekade. Penguasaan AS dan ketergantungan negara dunia  terhadap mata uang dunia ini menjadikan dominasi AS terhadap negara-negara dunia semakin besar. Dolar menjadi alat penjajahan modern yang sangat efektif. 


Emas Perak Mata Uang Alternatif Dunia


Rasulullah Saw telah menetapkan emas dan perak sebagai uang. Beliau menjadikan hanya emas dan perak saja sebagai standar uang. Standar nilai barang dan jasa dikembalikan kepada standar uang dinar dan dirham ini. Dengan uang emas dan perak inilah semua bentuk transaksi dilangsungkan. Beliau telah membuat standar uang ini dalam bentuk uqiyah, dirham, mitsqal dan dinar. Semua ini sudah dikenal dan sangat masyhur pada masa Nabi saw, di mana masyarakat Arab telah mempergunakannya sebagai alat tukar dan ukuran nilai dalam transaksi.


Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa, di masa awal Islam, mata uang yang digunakan adalah dinar dan dirham. Fakta sejarah telah membuktikan hal ini. Di salah satu museum di Paris, dijumpai koleksi empat mata uang peninggalan Khilafah Islam. Salah satu diantaranya sampai saat ini, dianggap satu-satunya di dunia sebagai peninggalan sejarah mata uang. Mata uang itu dicetak pada masa pemerintahan Ali Ra. Sementara tiga lainnya adalah mata uang perak yang dicetak di Damaskus dan Merv sekitar tahun 60-70 Hijriyah.


Di masa khalifah Umar dan Usman,mata uang telah pula dicetak dengan mengikuti gaya dirham Persia, dengan perubahan pada tulisan yang tercantum di mata uang tersebut dengan tulisan Arab. Memang, di awal pemerintahan Umar pernah timbul pemikiran untuk  mencetak uang dari kulit, namun dibatalkan, karena tidak disetujui para sahabat yang lain, dengan alasan tidak terlalu awet dan intrinsiknya tidak bisa menyamai emas dan perak. Mata uang khilafah Islam yang mempunyai ciri khusus, baru dicetak pada masa pemerintahan Imam Ali r.a. 


Nilai tukar dinar-dirham relatif stabil pada jangka waktu yang paling panjang dengan kurs dirham 1:10. artinya 1 dinar sama dengan 10 dirham. Satu dinar terdiri dari 22 karat, sedangkan satu dirham terdiri dari 14 karat. Pada masa Umar nilai dirham menguat, apabila di masa Nabi 1 dirham senilai dengan 10 dirham, maka di masa Umar bin Khattab, 10 dinar senilai dengan 7 dirham.


Berbeda dengan sistem moneter modern telah menimbulkan krisis di banyak negara dan inflasi yang menggila. Kerusakan sistem moneter itu terletak pada penggunaan uang kertas yang melampaui batas. Uang kertas dicetak sebanyak-banyaknya tanpa memiliki batasan atau standar cadangan emas yang dimiliki. Karena itu, semenjak standar emas dihapuskan tahun 1971 oleh Richard Nixon, berbagai negara berulang kali mengalami krisis, termasuk Indonesia.


Sudah saatnya umat islam menyadari bahwa dalam sistem ekonomi kapitalis hari ini, mata uang dolar hanya dijadikan sebagai alat untuk menguasai negara-negara lain. Disisi lain, tingginya peluang inflasi juga menimbulkan ketidakadilan, kesenjangan ekonomi dan juga berbagai kedzoliman lainnya. Hanya sistem ekonomi Islam dengan mata uang dinar dirham yang akan mampu menjawab kebutuhan dunia dan mensejahterakan jika diterapkan dalam kehidupan Islam dibawah naungan Daulah Khilafah Rasyidah, InsyaAllah.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم