Endah Sulistiowati (Dir. Muslimah Voice)
Banyak kata mutiara tentang pendidikan, seperti dari Tan Malaka, “Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan”.
Dari Presiden Pertama RI, Ir. Sukarno, mengatakan, "Belajar tanpa berpikir itu tidaklah berguna, tapi berpikir tanpa belajar itu sangatlah berbahaya!”
Namun yang paling menyedihkan apa yang dikatakan oleh Menteri Pendidikan Indonesia sekarang terlepas dari pro kontra dia sebagai menteri, Nadiem Makarim, ia mengatakan, "Kita memasuki era dimana gelar tidak menjamin kompetensi, lulusan tidak menjamin kesiapan berkarya dan bekerja, akreditasi tidak menjamu mutu, masuk kelas tidak menjamin belajar."
Sangat jelas memang, out put pendidikan saat ini, sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nadiem Makarim. Ibarat untuk mendapatkan gelar semudah membalikkan telapak tangan. Sehingga tidak ada jaminan mutu.
Data dari Kementerian terkait, peringkat pendidikan kita berada dalam kondisi yang memprihatinkan dan menyedihkan? Mengapa peringkat rata-rata IQ Indonesia hanya menempati peringkat 130 dari 199 negara di dunia? Bukankah kita sedih ketika melihat fakta bahwa peringkat sistem pendidikan kita hanya menempati peringkat 54 dari total 77 negara di dunia?
Upaya untuk Mengembalikan Output Pendidikan
Selama ini sistem pendidikan nasional sudah beberapa kali berganti kurikulum, berpindah metode, hingga dikomandoi bermacam menteri, toh problem pendidikan masih saja terus saja ada dan tidak pernah tuntas terselesaikan. Karena penyelesaiannya hanya berkutat pada masalah-masalah cabang saja. Sehingga perlu dikaji ulang dan diselesaikan hingga akarnya, agar output pendidikan rendah tidak lagi terjadi di Indonesia.
Pertama, menaikkan kualitas guru. Guru harus memiliki kepribadian dan akhlak yang baik, menjadi uswah bagi para siswa. Bukan sekadar penyampai ilmu, tetapi ia juga pembimbing yang baik. Para guru wajib melakukan tugasnya dengan baik dan profesional, mereka diberi fasilitas pelatihan untuk meningkatkan kompetensi, sarana dan prasarana yang menunjang metode dan strategi belajar, serta jaminan kesejahteraan sebagai tenaga profesional, yakni gaji yang memadai. Guru tidak dibebani berbagai masalah admistrasi seperti saat ini yang akhirnya melalaikan kewajibannya.
Kedua, memberikan fasilitas pendidikan yang memadai bagi siswa. Semua fasilitas sekolah penyediaannya adalah tanggung jawab negara. Semua dibuat sama, sehingga dimanapun tempat tinggal siswa mereka akan mendapatkan kualitas pendidikan yang sama.
Ketiga, menyelaraskan antara IPTEK dan IMTAQ. Sehingga out put yang dihasilkan menjadi pribadi yang tangguh, beriman, namun tidak gagap teknologi.
Semua itu tidak bisa dilakukan tanpa peran negara sebagai penyelenggara utama pendidikan. Negara berkewajiban mengatur segala aspek terkait pendidikan, mulai dari kurikulum hingga hak mendapat pendidikan yang layak bagi setiap warga negara. Sarana dan prasarana sekolah hingga kesejahteraan guru pun dijamin oleh negara. Hal-hal pokok seperti ini tidak akan pernah kita jumpai di negara yang mengadopsi sistem sekuler kapitalisme sebagai ideologinya.
Sebagai agama sekaligus ideologi, Islam menjadi satu-satunya yang telah menjejakkan kakinya dengan out put penduduk yang gilang gemilang di dunia pendidikan sepanjang sejarahnya. Islam memprioritaskan pendidikan sebagai modal awal membangun sebuah peradaban. Pendidikan dalam Islam adalah upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan sistematis dalam rangka membentuk manusia yang (1) berkepribadian Islam, (2) menguasai pemikiran Islam dengan andal, (3) menguasai ilmu-ilmu terapan (pengetahuan, ilmu, dan teknologi), (4) memiliki keterampilan yang tepat dan berdaya guna.
Adapun mengenai kurikulumnya, pendidikan Islam dibangun berdasarkan akidah Islam. Sehingga benar-benar akan mencetak out put unggul baik pendidik maupun siswa-siswinya. Siapa yang tidak mengenal Al Khawarizmi, Ibnu Jabar, Al Farabi, dan yang lainnya. Para ilmuwan yang tidak lekang oleh zaman. Siapa yang tidak mengenal Al Fatih dan bala tentaranya penakluk Konstantinopel yang fenomenal. Mereka semua adalah produk-produk hasil dari sistem pendidikan Islam.
Sehingga tidak ada satu pun sistem pendidikan di dunia ini yang mampu mengantarkan pada peradaban cemerlang sebagaimana Islam. Sehingga jika mau membenahi sistem pendidikan nasional maka haruslah secara revolusioner, dengan sistem pendidikan Islam tentunya dalam bingkai Khilafah.[]