Muda Didamba, Harapan Ada Di tangan Mereka



Oleh: Adzkia Firdaus


Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Selatan, M Lutfi Saifuddin menyoroti perayaan perpisahan murid kelas 12 yang digelar SMK Negeri 1 Banjarmasin yang berlangsung layaknya kemeriahan di dunia gemerlap (dugem). Dalam video yang beredar di media sosial, kemeriahan pesta kelulusan itu dipandu oleh disk jokey (DJ). Tampak para peserta di ruangan tersebut berjingkrak melompat-lompat hingga ikut menyanyikan alunan musik keras. (Banjarmasin.tribunnews.com/20/5/24).


Di lain waktu SMAN 7 Banjarmasin juga tak kalah heboh dengan video viral yang beredar di media sosial. Dalam video singkat itu terlihat pertunjukan musik disc jockey (DJ) dengan gemerlap lampu dan diiringi para siswa yang asyik berjoget di acara HUT ke 49 tahun SMAN 7 Banjarmasin.(terasbanua.my.id/22/5/24)


Masih belum hilang dari ingatan kita, banyaknya kasus study tour yang berujung pada hilangnya nyawa para pemuda mulai dari kalangan siswa SD, SMP hingga SMA di wilayah nusantara secara umumnya. Sekarang kita harus disuguhi dengan adanya fakta acara perpisahan ataupun acara HUT diiringi dengan nuansa party alias dugem. 


Sungguh sangat miris, karena dua fakta ini justru terjadi di dunia pendidikan dan di lingkungan sekolah yang sejatinya menjadi tempat bagi para pemuda untuk menuntut ilmu, dididik dengan adab dan akhlak yang baik, diingatkan dengan akhirat, di pacu untuk terus berkarya hingga menjadi orang hebat di masa yang akan datang.


Namun alih-alih demikian, yang terjadi justru mereka ikut terbawa arus globalisasi modernisasi yang jauh dari tuntutan agama. Inilah gambaran jika hidup pemuda di lingkup sistem sekuler yakni memisahkam agama dari kehidupan. Standar halal haram tak lagi digubris, kebahagian hanya diraih dengan materialistis semata.


Ditambah pula dengan adanya industri kapitalisme yang mengarahkan pada kehidupan konsumerisme dan hedonisme telah memalingkan pemuda muslim dari identitas Islam. Industri gaya hidup, hiburan, dan digital yang mengeksploitasi kesenangan seperti film, dugem, konser musik, sosmed, fashion dan perayaan seperti hari valentine dan halloween telah membuat pemuda Islam tidak lagi berpikir mendalam dalam aktivitas kehidupannya. Eksploitasi ini menghantarkan pada proses hegemoni akal dan pikiran. Keberadaan akal seharusnya digunakan untuk menemukan jalan keimanan dan mengukuhkannya. 


Namun, akal saat ini malah terkooptasi; memikirkan kesenangan kehidupan duniawi semata. Akibatnya, pemuda muslim makin lemah keimanannya kepada Allah Swt.. Tentu saja lemahnya iman berakibat tidak mau terikat dengan syariat. Mereka bahkan menganggap syariat adalah beban atau menghalangi kesenangan yang mereka inginkan. Mereka insecure dengan syariat dan identitas dirinya sebagai muslim.


Muda yang didamba, harapan ada di tangan mereka. Kalimat itu tampaknya sulit mewujud tatkala generasi muda masih terjebak dengan prinsip dan gaya hidup liberal. Paham liberalisme telah mendekap para pemuda, khususnya pelajar. Walhasil, kondisi pemuda hari ini tidak ubahnya masa jahiliah, yaitu dekadensi moral yang bisa membinasakan eksistensi mereka sebagai penerus bangsa. Inilah harga yang harus kita bayar akibat penerapan liberalisme di kalangan pemuda. Hidup mereka terombang-ambing oleh gempuran budaya dan gaya hidup serba bebas. Mereka jadi generasi miskin visi-misi hidup. Kehidupan mereka penuh dengan kesenangan materi dan kepuasan nafsu semata. Bahkan, tidak jarang mereka memilih hidup tanpa agama karena menganggap agama mengekang kebebasannya.


Fenomena tidak butuhnya pemuda pada syariat juga berdampak terhadap kurangnya perhatian untuk mengkaji/menuntut ilmu agama. Kebebasan berekspresi yang diaruskan kapitalis demokrasi juga berdampak pada makin jauhnya adab pemuda muslim dari kepribadian Islam. Selain menjauhkan pemuda muslim dari identitas dan nilai Islam, Barat juga berupaya memadamkan kebangkitan pemuda muslim. Proyek Countering Violent Extremism (CVE) yang diaruskan Amerika secara global dan The UN Global Counter-Terrorism Strategy-nya PBB telah menjadikan pemuda Islam terkooptasi dengan narasi radikalisme dan terorisme yang dilekatkan pada Islam. Selanjutnya, arus moderasi beragama dijadikan alat untuk menangkal radikalisme yang disematkan Barat penjajah. Akibatnya, moderasi beragama malah berefek pada kerancuan berpikir pemuda muslim. 


Apa yang sudah jelas-jelas terlarang dalam Islam menjadi kabur di mata pemuda saat ini. Akibatnya, baik dan buruk, serta terpuji dan tercela tidak bisa lagi dibedakan karena standarnya tidak jelas. Dengan alasan menghargai pendapat dan label open mind pemuda muslim tidak memandang feminisme, sekularisme, liberalisme adalah konsep yang bertentangan dengan Islam.


Hanya islam yang mampu mewujudkan sosok pemuda yang tangguh, bervisi akhirat, dan memiliki kemampuan hebat dalam mencapai target hidup untuk menggapai ridha Allah, menjadi penakluk negeri, menjadi ilmuwan dengan penemuan-penemuan yang mencengangkan dunia, menjadi ahli fiqh, hadist, serta penghafal Al-Qur'an yang dengannya mampu melakukan perubahan hakiki, dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang benderang. 


Tak luput dari ingatan kita bagaimana hebatnya sosok Muhammad Al- Fatih mampu menaklukan konstantinopel, bagaimana tangguhnya Khalid Bin Walid yang di setiap peperangan mampu menaklukan lawan, bagaimana beraninya sosok Ali Bin Abi Thalib di usia 9 tahun memutuskan memeluk islam ditengah kecemasan akan mendapatkan siksaan dari kafir Quraisy, bagaimana inisiatif yang penuh resiko yang diambil seorang Arqam bin Abi Arqam yang menjadikan rumahnya untuk tempat Rasulullah melakukan pembinaan. Inilah output pendidikan yang dilakukan Rasulullah SAW.


Sungguh sosok seperti mereka jarang kita dapati hari ini, pemuda hari ini justru banyak yang mengalami mental illness yang sedikit ada masalah ujungnya depresi hingga bunuh diri. Bisanya cm dugem, having fun atau bahkan menjadikan pergaulan bebas sebuah kebiasaan lumrah yang terjadi. Inilah gambaran sistem pendidikan sekuler kapitalis hari ini. Semoga Islam segera tegak agar lahir pemuda-pemuda tangguh dambaan umat. Wallahu'alam bishshawab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم