Oleh: Sofi Kamelia
Dalam semalam 3 lokasi perang sarung antara remaja terjadi di Pangkalpinang. Lokasi perang sarung pertama terjadi di Jalan Gandaria 2, Kelurahan Kacangpedang, Pangkalpinang. Kemudian lokasi kedua perang sarung terjadi di Kelurahan Bukit Besar, sedangkan yang ketiga terjadi di Jembatan Jerambah Gantung. Tawuran perang sarung itu terjadi sekitar pukul 00.30 WIB. Hal itu disampaikan oleh Kapolres Lampung Selatan, AKBP Yusriandi Yusrin. (20/3/2024). Dilansir dari liputan6.com
Semakin hari makin ngeri melihat kehidupan generasi remaja. Mereka begitu dekat dengan berbagai tindakan kriminal. Usia muda yang produktif seharusnya menjadi potensi untuk mengembangkan bakat, akhlak, karakter dan prestasi. Perang sarung yang dulu menjadi tradisi untuk menyemarakan ramadhan kini bergeser menjadi sarana antar kelompok remaja untuk mengadu kekuatan. Adanya berbagai benda tajam yang dimasukan kedalam sarung tentunya itu sangat berbahaya bahkan bisa menimbulkan korban jiwa.
Banyak faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya peristiwa ini. Di era digitalisasi ini marak berbagai konten kekerasan tanpa filter di medsos yang membuat para remaja ini ingin mencoba. Perlunya Peran orang tua untuk menjaga dan mendidik anak pun tidak bisa disepelekan. Kontrol masyarakat pun diperlukan untuk menjaga lingkungan pergaulan. Dan yang tak kalah pentingnya adalah sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh Negara.
Jika dicermati, sistem pendidikan saat ini tidak dirancang untuk menghasilkan lulusan pribadi yang bertakwa. Akan tetapi, lebih ditujukan mencetak para pekerja yang dibutuhkan dunia kerja secara umum. Orientasinya adalah mencetak manusia kapitalis yang hanya mengejar kepentingan dan kesenangannya sendiri.
Pendidikan dalam sistem kapitalisme sangat dominan dalam membangun dan mengukuhkan karakter remaja. Kurikulum pendidikan sangat menentukan pembentukan pola pikir dan pola sikap remaja. Saat ini kurikulum pendidikan yang diterapkan berbasis kurikulum moderasi beragama yang justru menjauhkan generasi dari akidah Islam sebagai asas pemikiran dan kaidah amal suatu perbuatan, mencetak pemuda berpikiran liberal, individualis, dan mengabaikan standar halal-haram dalam kehidupan.
Untuk itu, dunia membutuhkan sistem pendidikan tinggi yang mampu memajukan peradaban dunia sekaligus memuliakan manusia. Sistem ini, hanya bisa diperoleh dalam negara yang menerapkan sistem Islam sehingga mampu mewujudkan integrasi ilmu dan agama yang sangat dibutuhkan dunia, menjalankan pendidikan agung yang memuliakan manusia, sekaligus mencetak sumber daya manusia terbaik yang menjadikannya tidak terjajah oleh asing, dan menghasilkan generasi penerus yang bertakwa.
Sistem Islam berorientasi mencetak generasi yang memiliki ketakwaan yang tinggi, memiliki kendali atas diri yang berasal dari iman yang kokoh, pribadi yang bertanggung jawab, dan memiliki profil generasi cemerlang. Tujuannya membentuk manusia berkepribadian islam, serta cara berpikir dan cara bersikap didasarkan pada syariat yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata'ala:
" Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah."(TQS.Ali Imran ayat 110).
Generasi seharusnya menjauhkan diri dari hal yang dilarang oleh Allah Swt. Seharusnya mereka menyibukkan diri dengan mengkaji Islam secara kaffah. Alhasil mereka akan menjadi agen perubahan untuk peradaban Islam yang gemilang. Wallahu'alam bishshawab.