Oleh: Ummu Syifa
(Pengelola Taman Tahfidz Lisan Mulia Annur)
Dikutip dari JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Agama Yaqut Cholil Quomas melarang ceramah Ramadhan dan khutbah Idul Fitri bermuatan politik praktis. Hal itu disampaikan Yaqut dalam Surat Edaran Menteri Agama RI Nomor 1 Tahun 2024 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi.
Selain meminta tak bermuatan politik praktis, Menag juga mengimbau agar materi ceramah bermuatan nilai toleransi dan persatuan bangsa. "Materi ceramah Ramadan dan Khutbah Idul Fitri disampaikan dengan menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyah, mengutamakan nilai-nilai toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa, serta tidak bermuatan politik praktis sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 09 Tahun 2023 tentang Pedoman Ceramah Keagamaan," ujar Yaqut dalam surat edaran yang diterima Kompas.com, Rabu (6/3/2024).
Adanya pelarangan materi ceramah Ramadhan dan khotbah Idul Fitri yang bernuansa politik praktis ini akan menimbulkan perbedaan penafsiran bagi masyarakat. Sebagian masyarakat menganggap pemerintah antikritik terhadap kebijakan yang telah dibuatnya yang dirasa kurang tepat. Namun ada juga yang setuju karena menganggap ceramah harus fokus pada ibadah mahdoh saja, dirasa islam itu harus dijauhkan dari politik praktis.
Perbedaan memahami istilah politik terjadi saat umat jauh dari pemahaman islam yang sempurna dan menyeluruh. Mayoritas masyarakat menganggap politik itu identik dengan kekuasaan menjadikan isi ceramah tidak boleh menyampaikan materi politik praktis yang menyangkut mengkritisi kebijakan pemerintah.
Inilah wajah asli demokrasi yang menjadikan asasnya yaitu sekuler dimana peran agama harus dijauhkan dari politik. Begitu pula paradoks dalam memberikan kebebasan berpendapat namun kebebasan itu tidak berlaku pada masalah-masalah tertentu, seperti mengkritisi kebijakan yang salah menurut Islam dan nyata-nyata merugikan masyarakat.
Hal tersebut wajar karena sejatinya demokrasi bukan berasal dari Islam dimana kedaulatan ditangan Allah tapi demokrasi lebih mengedepankan kedaulatan ditangan manusia. Hal inilah yang membedakan demokrasi dengan Islam yang tak pernah akan sejalan.
Sejatinya saat umat Islam menjalankan ibadah puasa yang tujuannya untuk meraih takwa maka diartikan terpeliharanya diri untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya dimana kepatuhan dan ketaatan didalamnya. Lebih dalamnya ada rasa takut kepada Allah untuk melakukan hal yang dibenciNya dan menjalankan seluruh perintahnya secara menyeluruh dan sempurna segala aspek.
Menjalankan ketakwaan itu mulai dari hubungannya dengan Allah seperti aqidah dan ibadah, hubungan dengan dirinya sendiri seperti makanan, pakaian dan akhlak hingga hubungan dengan sesamanya seperti dalam pemerintahan, pendidikan, pergaulan, perekonomian dan pemberian sangsi. Ketika kaum muslim menyampaikan semua materi itu, artinya mereka berpolitik. Karena arti politik dalam Islam adalah semua yang berhubungan dengan urusan masyarakat tanpa adanya pengurusan hal tertentu saja. Bila umat belum mampu menjalankan maka ada kewajiban yang tahu agar memberitahu yang belum tahu.
Maka dakwah merupakan kewajiban dalam rangka memberikan suatu pemahaman mana yang wajib dan haram apabila ada umat yang belum mengetahui perihal ajaran islam yang belum dijalankan. Sesuai dengan hadits, "Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah- lemahnya iman." (HR Muslim).
Maka dari itu seorang mukmin tidak boleh memilih-milih materi dalam berdakwah. Adanya kewajiban beramal makruf dan nahi munkar suatu yang diperintahkan Allah. Jadi bila ada yang berbuat salah sekalipun itu penguasa pemegang kebijakan maka wajib diingatkan sekaligus memberi tahu solusinya sesuai arahan Islam.
Walhasil Islam sudah memberikan aturan yang menyeluruh dan sempurna dalam segala aspek kehidupan. Juga ada perintah menyampaikan kebenaran maka umat Islam harus menjalankannya sebagai konsekuensi keimanan kita kepada Allah pencipta dan penguasa alam semesta dan isinya.
Wallahu'alam.[]