Mekanisme Islam, Solusi Permasalahan Banjir




Oleh : Eti Ummu Nadia 

Hujan deras yang mengguyur Kota Banjar pada  Sabtu (27/01/2024) lalu menyebabkan terjadinya banjir di pusat kota, terutama di sudut Alun-alun. Genangan air setinggi 30 sentimeter pun kerap terulang ketika turun hujan di kota Banjar.

Sumarno (40) yang merupakan pengendara sepeda motor asal Banjar, mengungkapkan, di duga banjir tersebut akibat buruknya drainase.  Banjir ini pun sudah menjadi langganan setiap turun hujan. “Banjir di duga karena drainase yang buruk, dan ini sangat berdampak kepada masyarakat khususnya para pengendara,” ujarnya. Ia pun berharap pemerintah segera mengatasi banjir, dan mendesak agar pemerintah segera memperbaiki sistem drainase. 

Senada dengan Sumarno, Andi (43) warga Banjar, mengungkapkan kekhawatirannya bagi pengendara motor ketika melintas saat banjir. “Jika banjir terjadi, khususnya pengendara motor akan mogok,” ujarnya. Andi juga menekankan harus adanya keseriusan penanganan dari pemerintah Kota Banjar melalui instansi terkait. Andi pun berharap pemerintah bisa mengambil langkah kongkrit mengatasi banjir tersebut. 

Banjir ini pun selain menghambat pengguna jalan, juga mengganggu pertokoan yang berada di jalan tersebut. Disebabkan air masuk ke dalam toko, di waktu terjadinya banjir. PasundanNews.com (27/01/2024).

Banjir yang kerap terjadi tentu menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat. Bukan hanya di Kota Banjar, banjir kerap terjadi di beberapa kota lainnya. Kota besar pun tak luput dari langganan banjir. Ketika musim penghujan, pemberitaan banjir sering kita lihat dan dengar di berbagai kanal berita televisi atau pun medsos lainnya. Akibatnya banyak rumah, jalan, dan fasilitas lainnya tergenang air akibat banjir. Bukan hanya tergenang, rumah pun banyak yang rusak, bahkan hanyut terbawa arus. Selain kehilangan harta mereka, banjir kerap juga memakan korban jiwa.

Fenomena banjir merupakan  bencana dengan posisi tertinggi di Indonesia, yaitu mencapai 758 kejadian. Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak hujan pada 2023/2024, di sebagian besar wilayah Indonesia yaitu bulan Januari dan Februari 2024. Terbukti banjir terjadi hampir di setiap wilayah Indonesia.

Beberapa jenis banjir bisa di sebabkan dari luapan air sungai yang debitnya tinggi,  banjir dari luapan air laut (rob) disebabkan naiknya permukaan air laut, dan banjir genangan, yaitu ketika air banjir yang menggenang ke permukaan daratan rendah akibat hujan. Kemudian banjir bandang serta di iringi longsor yang pergerakannya sangat kuat dan cepat, sehingga mengakibatkan kerusakan paling parah.

Di Kota Banjar, banjir yang terjadi merupakan banjir genangan. Hal tersebut dikarenakan Kota Banjar merupaakan wilayah dataran rendah, sehingga ketika intensitas hujan tinggi dapat terjadi penggenangan air di beberapa titik. Penumpukan volume air yang  yang tidak terbendung kemudian meluap, dan hal tersebut diperparah dengan buruknya kondisi pembuangannya (drainase) yang ada. Maka banjir pun sulit untuk dihindari..

Fakta berulangnya fenomena banjir seharusnya menjadi evaluasi pemangku kebijakan, agar banjir serupa tidak terulang kembali. Khususnya drainase merupakan komponen penting, guna menyalurkan masa air yang berlebih dari sebuah kawasan seperti perumahan, perkotaan atau pun jalan. Karena sistem saluran tersebut bagian terpenting untuk menghindari terjadinya genangan air ke permukaan. Belum lagi jika banyak infrastruktur jalan yang rusak akibat terus di guyur hujan, mengakibatkan jalan mudah rusak dan berlubang. Sehingga akan membahayakan bagi  pengendara. Genangan air, rusaknya jalan tentu fakta tersebut menjadi kekhawatiran bagi masyarakat, apalagi mamasuki musim hujan.

Lantas mengapa banyak kasus jalan rusak? Bahkan sering kita dapati, jalan yang baru di bangun saja, sudah mulai berlubang, atau rusak akibat terus di guyur hujan. Mengapa ? Seharusnya penguasa memperhatikan infrastruktur jalan. Karena jalan yang rusak tentu akan membahayakan pengendara bahkan terjadi kecelakaan. 

Jika kita cermati, rusaknya jalan karena banjir, tentu akibat dari pembangunan infrastruktur jalan dalam sistem kapitalisme. Sebagaimana sistem tersebut tujuan utama hanyalah keuntungan. Sarana prasarana Jalan-jalan umum, area persawahan di rubah menjadi perumahan. Alhasil jika hujan turun, maka resapan air berkurang, di tambah buruknya pembangunan granese otomatis air akan menggenangi pemukiman, jalan, atau atau pertokoan.

Dalam sistem kapitalisme, keuntungan di atas segalanya. Mereka tidak berpikir dampak dari pembangunan seperti jalan tol, perumahan pemukiman dengan dranise kurang baik kualitasnya. Mereka hanya memikirkan cuan dan cuan. Itulah kapitalisme,  memandang dunia transfortasi umum sebagai industri. Sehingga cara pandang tersebut menjadikan fasilitas umum bisa di kuasai oleh perusahaan, individu atau swasta. Maka wajar, hal ini akan membuka celah masuknya investor asing dalam pengelolaan transportasi umum. Sedangkan penguasa hanya menjadi regulator. 

Berbeda dengan sistem Islam yang merupakan sistem paripurna. Islam mengatur segala aspek kehidupan juga menjadi sebuah ideologi. Seperti halnya terkait pembangunan transfortasi umum. Karena Islam mempunyai ciri khas yaitu ada fikrah (ide) juga thoriqoh (pelaksanaan). Jadi ketika ada masalah banjir, Islam selalu ada solusinya. Dalam sistem Islam, transfortasi pembangunan tidak lain bertujuan untuk memudahkan aktivitas masyarakat. Karena itu kewajiban bagi seorang pemimpin. Begitu pun mengelola fasilitas transportasi umum, akan di lakukan negara, dan tidak akan di kelola oleh swasta,  individu atau para kapitalis, yang berorientasi keuntungan semata.

Negar Islam akan menerapkan kebijakan yang tak lepas dari hukum syarak. Sebagaimana pembangunan infrastruktur transportasi baik dari pelaksanaan, pembiayaan dan pengelolaan akan di laksanakan oleh negara, dan tidak di berikan kepada para kapitalis. Oleh karena itu, negara akan berperan menjadikan infrastruktur jalan, masalah dranise akan betul-betul diperhatikan dari kualitasnya. Sehingga aliran air akan mengalir sebagaimana mestinya, pun dengan transfortasi jalan, negara akan memberikan kualitas terbaik, agar fasilitas umum tersebut tetap aman untuk masyarakat. Begitu juga dengan lahan atau pun tanah untuk penyerapan air hujan, negara tidak akan menjadikan lahan tersebut untuk keuntungan materi, sebagaimana para kapitalisme. Dengan demikian fenomena banjir tidak akan terjadi, jika mekanisme menggunakan aturan Islam yang diemban oleh sebuah negara yang di sebut “Khilafah.” Karena seorang pemimpin dalam Islam, memikul amanah dari Allah, yang kelak akan diminta pertanggungjawaban terkait atas kepemimpinannya. 

"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). 


Wallahu’alam Bish Shawab

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم