Oleh: Mba Irah
Gelombang menuju perubahan di tanah air terasa semakin kuat. Pasalnya, banyak orang merasakan Indonesia saat ini makin terpuruk. Padahal Indonesia adalah negara besar dan sangat kaya sumber daya alamnya. Namun, Indonesia belum bisa menjadi negara unggul dibandingkan dengan negara-negara lain. Bahkan di tingkat ASEAN sekalipun. Sejumlah kebutuhan pokok seperti beras, gandum, susu dan daging malah diimpor dari negara lain.
Di negeri ini lebih dari 10 juta lebih warga berada dalam kemiskinan ekstrem. Negeri ini juga menduduki peringkat ke-2 prevalensi stunting tertinggi di ASEAN. Utang luar negerinya tahun lalu tembus Rp 8 ribu triliun. Ketimpangan ekonominya malah semakin meningkat. Penegakan hukumnya tidak berpihak pada warga. Hasil survei KedaiKopi tahun lalu menunjukkan ada 54,5 persen warga di negeri ini merasa tidak puas dengan penegakan hukum.
Dalam sistem kapitalisme penguasa akan memastikan semua kebijakannya memuluskan jalan bagi terwujudnya kepentingan segelintir orang. Jelaslah tidak akan pernah ada perubahan meskipun figur pemimpinnya sudah bergonta-ganti selama umat belum meninggalkan aturan-aturan dan ideologi selain Islam.
Dikarenakan kebijakan sebuah negara tidak terlepas dari konsep politik yang diadopsi, sistem politiik diindonesia yang mengemban demokrasi hakikatnya memberikan kedaulatan dan kekuasaan bagi segelintir pihak. Selama sistem kapitalisme yang diterapkan maka tidak akan membawa keberkahan.
Sebagaimana Allah Swt berfirman:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan-Nya)."
(TQS ar-Rum ayat 41).
Selamanya kehidupan umat manusia akan rusak jika diisi dengan kemaksiatan dan kemungkaran. Kemaksiatan dan kemungkaran terbesar adalah mencampakkan hukum-hukum Allah dan memilih selain hukum-hukum-Nya. Inilah masalah yang sesungguhnya terjadi saat ini, khususnya di negeri ini.
Dalam Islam manusia yang cerdas adalah mereka yang memiliki ilmu yang dengan ilmunya itu mereka semakin takut dan taat kepada Allah Swt. Orang yang cerdas adalah orang yang bertakwa. Maka dengan ilmu dan kecerdasannya pula ia akan mampu mengelola bumi ini baik dengan tenaganya maupun hartanya sesuai aturan Allah Swt, dan menyelesaikan berbagai masalah kehidupan manusia.
Sungguh keliru jika kaum muslimin berusaha melakukan perbaikan nasib untuk mendapatkan kemakmuran materi dengan mencampakkan hukum-hukum Allah. Padahal penerapan hukum-hukum Allah adalah fardhu dan akan menciptakan aneka kebaikan.
Rasulullah saw. bersabda:
"Penerapan suatu hukuman had di muka bumi itu lebih baik bagi penduduknya daripada hujan turun selama 40 hari" (HR Ibnu Majah).
Oleh karena itu, wahai kaum muslim marilah kita bersegera menuju perubahan hakiki. Caranya adalah melepaskan diri dari hukum-hukum jahiliah menuju penerapan hukum-hukum Allah Swt. Inilah kewajiban agung yang akan mengantarkan kita semua pada keberkahan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat.
Wallahu'alam bisshawwab.