Oleh : Imanta Alifia Octavira
Data terbaru PBB yang menunjukkan sedikitnya 27.585 warga Palestina tewas dan 66.978 lainnya luka-luka sejak perang Israel-Hamas tanggal 7 Oktober lalu. Di luar angka itu masih ada lebih dari 7.000 orang yang diperkirakan terkubur di bawah puing-puing reruntuhan bangunan. Banyak dari korban.
Ironisnya negara-negara donatur justru menangguhkan anggaran mereka bagi UNRWA – badan PBB yang bekerja untuk membantu pengungsi Palestina – setelah Israel menuduh beberapa staf badan itu terlibat dalam serangan ke selatan negaranya pada 7 Oktober lalu.
United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in Near East (UNRWA) adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh PBB pada 8 Desember 1949 yang difungsikan sebagai badan operasional non politik yang bertanggung jawab atas kemanusiaan pengungsi Palestina-
Komisi Hak-hak Anak PBB menyerukan negara-negara donatur UNRWA untuk mempertimbangkan kembali keputusan penangguhan anggaran bagi badan itu di tengah situasi krisis yang mengancam anak-anak di Gaza. Setiap hari lebih dari 10 anak di Gaza kehilangan salah satu atau kedua kakinya karena terkena bom, sementara 17.000 anak kini hidup sendiri karena kedua orang tuanya tewas atau terpisah dari mereka. Berikut laporannya
Ditengah usaha dalam memangkas konsep anggaran tersebut, dijelaskan fakta bahwa anak-anak Palestina antre untuk menerima bantuan makanan yang dimasak oleh dapur amal di tengah kekurangan pasokan makanan di Rafah, di selatan Jalur Gaza
Hal ini memberikan gambaran bahwa dunia hari ini tidak memilik empati, mengabaikan rasa kemanusiaan karena terjadi di tengah makin beratnya penderitaan rakyat Palestina termasuk anak-anak yang tak berdosa. Dunia diam saja, seolah merestui perubahan anggaran ini.
Perubahan ini membuktikan nihilnya rasa kemanusiaan dunia atas penderitaan muslim Palestina. Dan ini menjadi bukti rusaknya tata kehidupan hari ini, buruknya sistem kapitalisme.
Tragedi penjajahan Palestina masih tetap berlanjut hingga saat ini. Bahkan, sudah puluhan tahun lamanya terjadi. Namun, begitu banyak pihak yang masih melakukan pembelaan terhadap entitas Yahudi sebagai pelaku penjajahan. dengan brutalnya nyawa demi nyawa dihilangkan. Dengan kalapnya serangan demi sarangan diluncurkan. Rasa kemanusiaan dalam diri mereka dan juga para pendukung baik dari depan maupun yang berperan dibelakang sudah tak tersinyalir lagi.
Ditambah berbagi isu lainnya yang seakan-akan membutakan masyarakat terhadap keaadaan saudara-saudari kita dipalestina. Seakan-akan isu Palestina hanya sebuah trend yang harus di viralkan di sekali waktu saja. Hal ini juga didukung dengan adanya konsep nation state. Rasa nasionalisme tiap negara yang enggan memberikan bantuan dan dukungan dengan dalih bukan bagian dari negara tersebut, dan mementingkan permasalahan dalam negeri lebih urgent. Provokasi juga bertebaran dimana-mana. Salah satunya yang mengatakan bahwa Gaza adalah lemah karena dilihat dari segi militer. Percayalah, mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah yang kuat. Yang Allah pilihkan untuk menjadi garda terdepan dalam penjagaan terhadap Al-Aqsha. Lantas, yang lemah sekarang siapa? Mereka yang mempertaruhkan harta, jiwa, dan raganya atau kita yang hanya berdiam diri tanpa pengorbanan apa-apa?
Dari An-Nu'man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: 'Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR Muslim No 4685)
Pengaplikasian hadits ini pada era dan sistem kapitalisme saat ini sungguh nyaris tak terlihat. Hal ini karena aturan Allah dipisahkan dari kehidupan. padahal, didalam Islam sudah dijelaskan bahwasannya membunuh 1 nyawa yang tidak berdosa sama dengan menghilangkan seluruh nyawa ummat manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Ma'idah ayat 32 :
مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِۢغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَا دٍ فِى الْاَ رْضِ فَكَاَ نَّمَا قَتَلَ النَّا سَ جَمِيْعًا ۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَ نَّمَاۤ اَحْيَا النَّا سَ جَمِيْعًا ۗ وَلَـقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِا لْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَ رْضِ لَمُسْرِفُوْنَ
"Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 32)
Tidak adanya persatuan ummat muslim di seluruh dunia menjadikan pembebasan Palestina begitu sulit. Karena ego, ketidak pedulian, dan era kebebasan yang masih merajalela. Mari kita berkaca pada masa kekhalifahan sultan Abdul Hamid 2. Ketika itu, entitas Yahudi ingin merebut dan memiliki tanah Palestina. Namun, dengan rasa, pemikiran, dan aturan yang sama dengan dipimpin oleh pemimpin yang kebijakannya dikontrol oleh aturan Allah, maka tanah Palestina tak jatuh ke tangan para Yahudi laknatullah. Walaupun dengan ribu rayuan dan imbalan yang mereka tawarkan sekalipun. Itu adalah bukti bahwasanya persatuan ummat muslim akan menyelesaikan berbagai persoalan terutama persoalan Palestina.
Dalam Islam aturan peperangan pun sudah diatur. Dalam Islam, peperangan tidak boleh membunuh perempuan dan anak-anak, tidak boleh membunuh orang tua dan orang yang sakit, tidak boleh membunuh yang tidak mengikuti perang, menepati janji sesuai dengan kesepakatan bersama, Perang jauh dari pemukiman warga. Ini adalah bukti bahwa Islam menjunjung tinggi kemanusiaan terutama kepada yang membutuhkan.
Sayangnya, sedikit orang yang mengira bahwa ini bukan peperangan namun penjajahan. Namun, kalaupun ada pihak menganggap ini adalah perang, maka mereka telah dibutakan mata dan hatinya untuk melihat bahwasannya entitas Yahudi telah melanggar aturan perang. Bahkan aturan perang internasional sekalipun. Mereka membabi buat terhadap serangan baik daerah pemukiman warga sipil hingga rumah sakit dan tempat ibadah.
Untuk mengembalikan kehidupan Islam, mewujudkan kemuliaan Islam demi tercapainya solusi problematika ummat terutama problematika Palestina, maka diperlukan ikhtiar dan doa. Dimulai dari diri sendiri yang mulai dalam belajar Islam, dengan ilmu yang dimiliki akan mengkontrol gerak langkah kita dalam menyebarkan pemikiran Islam yang cemerlang, hingga ke tatanan negara, dan aturan Islam ditegakkan secara menyeluruh. Dengan demikian konsep aturan bernegara dan seluruh aspek kehidupan menggunakan aturan yang hakiki yaitu aturan Allah.
Kembalinya kemuliaan Islam adalah janji Allah. Apakah kita termasuk yang berperan dan turut serta dalam memperjuangkannya?
It's time to be one ummah
Refrensi :
https://www.voaindonesia.com/a/komite-hak-anak-pbb-kritisi-pemangkasan-anggaran-unrwa/7480613.html