Banjir, Lagi dan Lagi!



Oleh: Endang Setyowati


Dalam beberapa bulan hujan telah mengguyur di berbagai wilayah negeri, dengan datangnya musim penghujan ini, yang tadinya saat musim kemarau susah untuk mendapatkan air, sekarang air telah melimpah sehingga tidak kekurangan air lagi.


Namun di sisi lain, guyuran hujan yang terus menerus mengakibatkan ada beberapa daerah yang terkena banjir. Seperti yang dikutip oleh Antara, (10/2/2024), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandarlampung mencatat sejumlah lokasi di empat kecamatan terdampak banjir akibat hujan lebat yang mengguyur kota ini pada Sabtu dini hari.


Dampak dari hujan semalam membuat ada beberapa titik tergenang banjir, seperti di Kecamatan Wayhalim, Labuhan Ratu, Rajabasa, dan Kedamaian," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Bandarlampung Wakhidi di Bandarlampung, Sabtu.


Dia mengatakan banjir yang terjadi di lokasi tersebut bukan hanya disebabkan oleh intensitas air hujan yang lebat namun juga karena banyak sampah yang dibuang sembarangan ke saluran air oleh masyarakat.


"Jadi banyaknya sampah ini membuat air pun menjadi terhambat dan meluap saat hujan lebat," kata dia. Namun begitu, dia mengakui bahwa terdapat satu lokasi yang terjadi banjir karena tanggul di daerah itu jebol.


Beginilah akibat ketika sembarangan membuang sampah, sungai yang diperuntukkan agar air berjalan dengan lancar justru menjadi tempat sampah. Sehingga ketika hujan otomatis sampah-sampah tersebut menghalangi air. Maka terjadilah banjir tersebut.


Banjir nyatanya bukan hanya masalah sampah ataupun intensitas curah hujan yang tinggi, sehingga tidak bisa menampung curah hujan. Ada beberapa faktor kenapa ketika hujan terjadi banjir, bahkan ada daerah yang disebutkan sebagai langganan banjir.


Padahal kalau kita lihat negeri kita memiliki hutan yang sangat luas. Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) tahun 2022, Indonesia adalah negara dengan luas hutan nomor delapan di dunia. Luas hutan Indonesia mencapai 92 juta hektare.


Namun sayangnya kondisi saat ini, dengan begitu luasnya hutan yang ada ternyata tidak mampu menampung curah hujan. Karena ternyata hutan kita semakin habis, Databoks Katadata pada 19/01/2024 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara kedua yang paling banyak kehilangan hutan primer tropis (humid tropical primary forest) dalam dua dekade terakhir.


Dan dari laporan Global Forest Review dari World Resources Institute (WRI) menunjukkan bahwa Indonesia telah kehilangan 10,2 juta hektare area hutan primer tropis yang mengalami deforestasi dan degradasi.


Degradasi adalah penurunan fungsi atau kerusakan ekosistem hutan, baik yang disebabkan aktivitas manusia maupun peristiwa alam. Sedangkan deforestasi adalah perubahan lahan hutan menjadi non hutan secara permanen, seperti menjadi perkebunan atau pemukiman.


Jadi tidak hanya karena curah hujan yang tinggi, serta menumpuknya sampah  penyebab banjir terjadi namun adanya penebangan hutan secara liar dan membabi buta juga ikut andil dalam banjir ini. Mereka tidak lagi mempertimbangkan apa yang akan terjadi ketika hutan itu gundul, mereka hanya tahu bagaimana mencari keuntungan sebesar-besarnya.


Beginilah ketika sistem kapitalisme sekuler diterapkan dalam negeri ini, mereka menggunduli hutan untuk pengalihan fungsi lahan, salah satunya infrastruktur, tambang dan sebagainya. Karena keuntungan menjadi sesuatu yang sangat dominan, dan bahkan menjadi tujuan utama dalam segala perbuatannya.


Ketika membuka lahan dan membangun infrastruktur, tidak memperhatikan daya dukung lingkungannya. Akibatnya justru banyak warga yang menjadi korban harta bahkan korban jiwa karena ulah tersebut. 


Padahal di dalam Islam hutan termasuk dalam kepemilikan umum, Rasulullah saw bersabda: "Manusia berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api" (HR. Abu Dawud). Itu berarti, hutan seharusnya dikelola oleh negara dengan sebaik-baiknya dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan seluruh warganya.


Tidak boleh ketika hutan di swastanisasi, sehingga rakyat tidak pernah mendapatkan manfaatnya justru mendapatkan akibatnya, salah satunya dengan adanya banjir ini. Selain itu, ketika daulah Islam membuat infrastruktur  maka akan memperhatikan penjagaan terhadap lingkungan sehingga alam tetap harmonis. 


Memang tidak menutup kemungkinan ketika membangun semisal kawasan industri maupun kawasan wisata bahkan tempat pemukiman akan memberikan keuntungan. Tapi negara tidak menutup mata terhadap lingkungan, tidak merusak alam bahkan merugikan rakyatnya. 


Karena setiap pembangunan yang dilakukan akan memberikan keuntungan bagi seluruh warganya untuk memudahkan kehidupannya. Dan semua itu tidak terlepas dari peran penting penguasa. 


Karena penguasa adalah raa'in atau pengurus rakyat, jadi harus menjalankan kebijakan pembangunan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya bukan lagi karena kehendak investor asing dan aseng. 


Begitulah ketika Islam diterapkan maka akan melihat dan mempertimbangkan dari hulu sampai hilir tatkala akan menggunakan alam agar tetap terjaga dan tidak merusaknya serta tidak merugikan rakyatnya. Pembangunan yang dijalankan akan ramah lingkungan  dan menjaga keselamatan dan ketentraman hidup.

Wallahua'lam bishshawab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم