Oleh: Isah Azizah
Gegap gempita perayaan akhir tahun selalu meriah dirayakan oleh umat Kristiani. Menjadi meriah karena 2 hari raya beruntun hanya berjeda seminggu, Natal 25 Desember sementara 1 Januari menjadi tahun baru Masehi. Berbagai bentuk perayaan digelar, hingga di platform Dan sosial media pun muncul di sudut Kiri atas iklan perayaan tersebut.
Kemeriahan ini terasa seperti mewarnai seluruh Indonesia, padahal umat Kristen di Indonesia yang berjumlah 10,48%. Hal ini karena umat Islam pun ikutan merayakan dengan alasan toleransi antar umat beragama dan kerukunan antar umat beragama. Bahkan hingga ada yang masuk gereja dan ikut serta dalam ritual perayaan tersebut.
Salah satu umat Muslim yang ikut merayakan Natal ini sejumlah warga di Banjar, Jawa Barat. Mereka turut memeriahkan malam Natal dengan memberikan kejutan berupa pemberian bunga hingga bingkisan dengan memakai kostum sinterklas. Kejutan tersebut diberikan sebagai salah satu bentuk warga dalam saling menghargai umat lintas agama.
Warga lintas agama yang berada di Lingkungan Bobojong, Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, memberikan kejutan kepada umat Kristiani dengan menggunakan kostum sinterklas di Gereja Katolik Santo Filipus Kota Banjar, pada Minggu (24/12/2023) malam.
Setangkai bunga mawar pun satu per satu diberikan warga kepada umat Kristiani seusai melaksanakan ibadah misa malam Natal.
Selain itu, kejutan berupa seni tari tradisional yang dipersembahkan warga sekitar turut memeriahkan malam Natal di lingkungan gereja. Suasana keakraban pun terjalin hangat antar umat beragama.
Warga Lingkungan Bobojong, Ernawati mengatakan, kejutan tersebut diberikan warga sebagai salah satu bentuk kerukunan umat lintas agama yang diinisiasi warga wilayah itu. Menurutnya, warga lintas agama ini turut bersuka cita dalam perayaan hari Natal seperti halnya umat Kristiani yang turut bergembira bersama umat Islam saat merayakan Lebaran.
"Kami warga Desa Bobojong memberikan bunga sebagai ucapan selamat merayakan Natal ada juga tarian yang dipersembahkan anak-anak. Ini semua dilakukan untuk menunjukkan rasa toleransi dan persaudaraan kami. Saya rasa inilah wajah Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika sesungguhnya," kata Ernawati.(Beritasatu.com, Senin, 25 Desember 2023).
Sungguh sedih membaca berita seperti itu. Sebagian warga masyarakat terbawa arus toleransi yang kebablasan. Tak mengerti batasan toleransi yang telah diatur oleh Allah Yang Maha Mengetahui, melalui firman-Nya di Surat Al-Kafiruun.
{ لَكُمۡ دِینُكُمۡ وَلِیَ دِینِ }
[Surah Al-Kāfirūn: 6]
"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”
Menurut Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, turunnya surat Al Kafirun merupakan bentuk tanggapan atas ajakan orang-orang kafir Quraisy untuk menyembah berhala-berhala mereka selama satu tahun, lalu mereka akan menyembah Allah selama satu tahun.
"Untukmu agamamu dan untukku agamaku.” bermakna bahwa tidak ada tukar-menukar dengan pengikut agama lain dalam hal peribadahan kepada Tuhan. Wahai orang kafir, untukmu agamamu, yakni kemusyrikan yang kamu yakini, dan untukku agamaku yang telah Allah pilihkan untukku sehingga aku tidak akan berpaling ke agama lain.
Jadi, surah Al-Kāfirūn mengajarkan kepada Muslim dalam mempertahankan nilai-nilai tauhid yaitu dengan menjauhkan tasyabbuh kepada orang-orang kafir atas apa yang mengantarkan kepada peribadatan mereka dan mengajarkan kebebasan toleransi terhadap mereka.
Dalam keseharian umat Islam, sikap yang boleh adalah membiarkan umat beragama lain beribadah sesuai dengan agama mereka. Tidak memaksakan orang lain untuk berpindah keyakinan kepada Islam . Tidak melakukan diskriminasi terutama pada agama minoritas. Tidak mengganggu proses ibadah orang lain.
Maka, sikap memberikan surprise bagi-bagi bunga, mempersembahkan tarian yang notabene membuka aurat dipertontonkan didepan umum, hingga larut pada ritual agama lain adalah perilaku yang bertentangan dengan hakikat toleransi menurut Islam.
Kapitalisme, Penyubur Pluralisme
Fenomena toleransi yang kebablasan tak lepas dari sistem yang diberlakukan dalam sebuah negara. Sikap seperti ini merupakan sikap yang justru dinilai sebagai keberhasilan dalam sistem Kapitalisme yang dijaga dengan Demokrasi.
Pada Sistem Kapitalisme, agama tidak dipedulikan lagi apakah akan dianut oleh manusia atau tidak. Bebas beragama. Mau beragama, boleh. Tidak beragama pun, boleh. Pemahaman ini akan menjadi lebih subur karena Demokrasi menjaganya. Munculnya faham "semua agama baik", "semua agama sama", "jangan fanatik terhadap salah satu agama" dan jargon-jargon lain yang serupa terus dijejalkan kepada umat Islam di dunia ini.
Lalu umat Islam yang berusaha taat dengan agamanya dituduh sebagai fanatik, fundamentalis, teroris, radikal, kolot, terbelakang. Sementara umat Islam yang mengikuti gaya hidup Barat disebut Islam yang modern, yang diistilahkan dengan dagangan Islam moderasi.
Jadi, jika kita bertanya lebih dalam, umat Islam ini digiring terus-menerus agar menjauh dari Islam. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ
“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ (HR. Bukhari no. 7319)
Islam, Ajarkan Toleransi Hakiki
Jauh sebelum istilah toleransi kebablasan ini muncul, umat Islam sudah dicontohkan untuk bersikap jika ada umat lain yang mengajak beribadah mengikuti cara-caranya. Surat Al-Kafiruun yang hanya 6 ayat sudah cukup menjadi panduan kita dan batasan kita dalam menghadapi masalah seperti ini. Jadi, mari bagi Muslim, jaga akidah Dan ibadah kita sebagaimana Rasulullah lakukan ketika menghadapi rayuan orang-orang Kafir Quraisy untuk beribadah mengikuti ibadah orang lain.
Begitulah Allah memerintahkan kita pada kalamnya :
{ لَاۤ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ }
"Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah."
[Surah Al-Kāfirūn: 2]
Kita sudah memiliki cara beribadah yang khas yang tauqifi, tak boleh bertambah dan berkurang. Wallahu'alam bishshawab.[]