MEWUJUDKAN 'NEGARA MAJU' DALAM PERSPEKTIF ISLAM



Oleh : Eva Nurjanah
 
Mengenal Posisi Dan Peringkat Indonesia Dimata Dunia
Posisi Indonesia meningkat dalam World Competitiveness Ranking 2023 yang dirilis lembaga akademik Swiss, International Institute for Management Development (IMD). Dalam World Competitiveness Ranking 2023, Indonesia menduduki peringkat 34 dari 64 negara yang tercatat. Ini naik dari rangking 44 pada 2022 lalu.

Berikut adalah daftar negara maju di dunia pada tahun 2023, seperti yang dilansir oleh World Population Review: Swiss, Norwegia, Islandia, Hong Kong, Australia, Denmark, Swedia, Irlandia, Jerman, Belanda, Finlandia, Singapura, Belgia, Selandia Baru, Kanada, Liechtenstein, Luksemburg, Britania Raya, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Austria, Uni Emirat Arab, Spanyol, Prancis, Italia, Polandia, Arab Saudi, Bahrain, Portugal, Kroasia, Qatar, Kuwait, Rusia, Brunei.

Indonesia Emas 2045.
Presiden Joko Widodo berbincang dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat memimpin sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/8/2023). Menko Airlangga:Indonesia Siap Menuju Negara Maju Berpenghasilan Tinggi dengan Manfaatkan Bonus Demografi.
Generasi Emas 2045 merupakan sebuah wacana, dan gagasan dalam rangka mempersiapkan para generasi muda Indonesia yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi. Diseminasi gagasan itu gencar dilakukan untuk menginspirasi generasi muda agar lebih bersemangat dalam belajar dan berkarya di segala bidang. Sebab, profil Indonesia Emas 2045 menargetkan terwujudnya kesejahteraan rakyat Indonesia yang merata, dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni seturut kebutuhan zaman. 

Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun). Jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik akan membawa dampak buruk terutama masalah sosial. Seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Melihat dari fakta yang akan dihadapi Indonesia tersebut, bonus demografi memang tidak bisa dihindari.
Generasi yang cerdas dan mau menerima perubahan harus diterapkan sejak dini menuju impian Indonesia menjadi generasi emas 2045, di antaranya:
Memiliki kecerdasan yang komprehensif, yakni produktif, inovatif.
Damai dalam interaksi sosialnya, dan berkarakter yang kuat.
Sehat, menyehatkan dalam interaksi alamnya. Berperadaban unggul.

Layakkah Indonesia Menjadi Negara Maju? 
Dr. Siti Sumiati, SE., M.Si dosen senior dari Fakultas Ekonomi UNISSULA memberikan pandangannya, “kita memerlukan komitmen yang kuat dalam hal pengadaan hutang luar negeri ini. Sehingga kejadian seperti Sri Lanka tidak akan terjadi di Indonesia. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa negara terutama yang sedang berkembang memerlukan hutang dalam pembangunannya.”

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyampaikan, Indonesia akan menjadi negara maju pada 2045 dengan menguasai pasar dunia. Untuk itu, Indonesia harus meningkatkan produktivitas dan efisiensi, serta meningkatkan kemudahan dalam melakukan ekspor ke pasar global. “Kalau ingin menjadi negara maju, kita harus efisien dan produktif serta meningkatkan kemudahan ekspor. Tidak boleh ada hambatan. Prinsipnya ekspor dipercepat, dipermudah, dan devisa akan bertambah,” tegas Mendag Zulkifli Hasan.
Untuk dikatakan indonesia negara maju pada saat ini sepertinya belum layak, setidaknya sebuah negara harus bisa melewati beberapa tantangan.

Pertama, kesenjangan ekonomi. Belum ditemukan cara ampuh untuk menuntaskan masalah kesenjangan sosial, pemerataan kesehatan, serta pendidikan berkualitas dan merata. Begitu pula perlindungan sosial yang belum masyarakat dapatkan. Menurut BPS, persentase penduduk miskin per Maret 2023 adalah 9,36% atau 25,90 juta orang. Menurut World Inequality Report 2022, di Indonesia, selama dua dekade terakhir terjadi ketimpangan ekonomi dan tidak ada perubahan signifikan. 

Kedua, ketimpangan pendidikan. Seyogianya bangsa ini ingin menyiapkan SDM yang unggul, cerdas, dan kreatif. Sayangnya, layanan pendidikan masih mahal dan jauh dari kata berkualitas.

Ketiga, meningkatnya intoleransi di Indonesia. Disinyalir, salah satu akar penyebab utama intoleransi di Indonesia ialah politisasi agama. Jokowi pun mewanti-wanti agar keinginan Indonesia menjadi negara maju dan terwujudnya Indonesia Emas 2045 jangan sampai gagal.
Pertanyaannya, apakah ketiga tantangan di atas dapat dilewati dengan kebijakan yang didasarkan asas demokrasi kapitalistik? Bukankah ketiga tantangan tersebut justru merupakan dampak dari penerapan sistem tersebut?

Definisi Negara Maju Dan Negara Berkembang

Negara maju (atau negara berpenghasilan tinggi, negara industri) adalah negara berdaulat yang memiliki kualitas hidup yang tinggi, ekonomi yang maju dan infrastruktur teknologi yang canggih relatif dibandingkan negara-negara yang kurang maju lainnya. (Wikipedia).
Negara berkembang adalah negara yang memiliki tingkat pendapatan perkapita rendah, impor lebih besar dari ekspor, jumlah pengangguran tinggi dan tingkat korupsi tinggi. (Wikipedia)

Ciri Ciri Yang Menjadikan Sebuah Negara Termasuk Negara Maju 

Memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pendapatan perkapita yang tinggi. Pendapatan per kapita digunakan untuk menunjukkan rata-rata penghasilan setiap penduduk dalam suatu negara. Negara-negara maju memproduksi barang-barang yang bernilai tinggi seperti pesawat terbang, mobil, dan barang elektronik lainnya, selain itu profesi masyarakat sebagian besar di bidang jasa yaitu pendidikan, hiburan, konsultan, dan jasa keuangan.
Angka pengangguran rendah. Para pengangguran di negara maju biasanya mendapatkan jaminan sosial dari pemerintah. Akan tetapi, hal tersebut tidak membuat para pengangguran bermalas-malasan. Hal itu disebabkan pengangguran tersebut memiliki tingkat kesadaran untuk bekerja dan mencari pekerjaan baru sangat tinggi.

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berkembang dengan pesat dan cepat. Pemerintah memberikan beragam fasilitas untuk menunjang keberhasilan di bidang tersebut. Para ilmuwan memiliki semangat tinggi dalam melakukan observasi dan praktik guna menghasilkan temuan-temuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa negara yang masuk dalam kategori ini di antaranya adalah Inggris, Jerman, Perancis, Jepang, Amerika Serikat.

Sistem pendidikan dan kesehatan yang baik. Penduduk di negara maju sudah melek huruf atau bisa membaca dan menulis dengan lancar. Pemerintah memberikan pelayanan serta fasilitas yang memadai untuk menunjang dunia pendidikan. Selain itu pemerintah juga memberikan jaminan berupa pendidikan dasar kepada seluruh rakyatnya dan para pendidik atau guru juga memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi. Di samping itu, pemerintah memberikan pelayanan serta fasilitas kesehatan yang memadai sehingga penduduknya memiliki kesejahteraan yang sangat tinggi.
Infrastruktur Negara-negara maju umumnya memiliki infrastruktur yang sudah berkembang. Perkembangan itu menompang pertumbuhan ekonomi penduduk dan menguntungkan bagi suatu negara.

Faktor Penyebab Indonesia Sulit Menjadi Negara Maju, Bahkan Semua Negri Muslim
Banyak negara-negara Muslim berusaha bangkit menjadi negara maju, akan tetapi sangat disayangkan, metode yang digunakan sebatas mengekor negara-negara Barat. Jika mengikuti negara-negara yang secara umum krisis dalam moralitas, dengan demikian secara probabilitas berpeluang mendapatkan kerusakan lebih besar dari yang diharapkan.

Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia telah banyak melakukan langkah reformasi. Teori-teori untuk menyelesaikan permasalahan bangsa ini sudah banyak ditawarkan, namun hasilnya lebih banyak sebatas trial and error. Negara kita seperti telah melupakan solusi terbaik yang jika diterapkan niscaya ia akan menjadi negara adidaya yang memimpin peradaban dunia. Solusi terbaik yang harusnya diterapkan adalah menerapkan Syariat Islam secara holistic (keseluruhan). Bagi mereka yang tidak memahami syariat dan sejarah peradaban Islam, pernyataan ini mungkin dianggap khayalan dan bualan.

Negara Adikuasa Potensial Saat Ini
Saat ini negara adikuasa masih menjadi milik Amerika Serikat. Sedangkan yang akan menjadi saingan Amerika Serikat sebagai negara adikuasa potensial atau negara adidaya potensial adalah Brasil, India, Rusia , China (negara-negara BRIC), Uni Eropa, dan Afrika Selatan. Negara – Negara tersebut memiliki entitas politik dan ekonomi yang diperkirakan menjadi, atau sedang dalam proses menjadi negara adikuasa di beberapa patokan pada abad ke-21 saat ini.
Negara Adidaya Masa Lampau Selama 1300 Lebih.

Secara historis selama 1300 tahun Daulah Khilafah terbukti pernah menjadi negera adidaya. Daulah Khilafah memiliki posisi dominan yang ditandai dengan kemampuannya yang luas memberikan pengaruh atau memproyeksikan kekuasaan dalam skala global. Tak hanya itu, urusan dalam negeri, yakni kesejahteraan rakyat juga terjamin. Oleh karena itu, kaum Muslim wajib mengikuti semua perkara yang disyariatkan Rasulullah Saw. Bukan hanya dalam ibadah, pakaian, makanan, atau akhlak. Namun juga dalam masalah ekonomi, pemerintahan, pendidikan, politik luar negeri, dan sanksi hukum. Beliau pun telah mencontohkan memimpin dan mengelola negara serta perjuangan untuk menegakkannya.

Dari sini dapat disimpulkan untuk menjadi negara adidaya diperlukan beberapa langkah. Pertama, kekuasaan yang haq, yang dipimpin orang-orang beriman dan bertakwa. Kedua, pengaturan politik dalam negeri sesuai syariat Islam. Mulai dari sistem ekonomi, sistem politik, sistem keamanan, sistem kesehatan, sistem pendidikan, sistem sosial, dan sistem sanksi. Ketiga, aktivitas politik luar negeri dengan dakwah dan jihad.

Makna Negara Maju Menurut Perspektif Islam

Dari segi materi, negara seperti Amerika, Rusia, Cina, Inggris, dan yang lain dianggap sebagai negara adidaya. Namun jika merujuk kepada standar Al-Qur'an, mereka bukanlah negara adidaya. Bahkan meraka dianggap sebagai negara dengan “krisis peradaban” karena meskipun unggul dari segi militer dan ekonomi, mereka bermasalah dalam banyak hal, seperti menerapkan sistem dictator, menekan masyarakat, tingginya kriminalitas, free sex, hilangnya akhlak, amoralitas, dan lain-lain yang biasa dijumpai di negara-negara maju.
Dalam Al-Quran Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman: 
“Dan sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa (kepada Allah), niscaya Kami bukakan atas mereka berkah-berkah dari langit dan bumi, akan tetapi (sayangnya) mereka mendustakan (agama Allah) sehingga Kami siksa mereka karena hasil perbuatannya.” [QS. Al-A'raaf: 96].

Ini adalah janji Allah yang jelas bagi suatu kaum (negara) di mana saja, jika mereka beriman dan bertakwa serta menjalankan Syariat Islam dalam setiap aspek kehidupannya, niscaya Allah turunkan keberkahan. Berkah memiliki arti tambahan kebaikan yang berkesinambungan. Sebagian ulama memberikan makna berkah dengan lebih luas, yakni segala sesuatu yang melimpah baik yang bersifat material dan spiritual, seperti harta, anak, kesehatan, ketenangan, dan keamanan. Keadaan seperti ini tentu melebihi kriteria negara yang dianggap adidaya pada saat ini. 

Poin pentingnya, untuk mendapatkan keberkahan dalam satu kelompok masyarakat atau sebuah negara, ialah menjadikan Islam sebagai ruh dalam setiap ranah kehidupan, bahkan sampai level Islam mejadi penentu keputusan
Agama Dan Negara Dua Sisi Mata Uang
Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadits dari jalur Abu Hurairah radhiya-Llahu ‘anhu, bahwa Nabi shalla-Llahu ‘alaihi wa Sallama, bersabda:
 “Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Imam Al Ghazali dalam kitabnya Al iqthisad Fi Al I’tiqad menyatakan, “Agama dan kekuasaan adalah saudara kembar. Agama merupakan asasnya sedangkan kekuasaan adalah penjaganya”.
Segala sesuatu yang tak memilki asas niscaya akan roboh. Segala sesuatu yang tak memilki penjaganya pasti akan musnah. Ini menunjukkan pada manusia “kaitan antara agama dan kekuasaan merupakan hal yang sangat mendesak, penting dan tidak terpisahkan“.

Madinah Dizaman Nabi
Negara Madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam tahun 622 M, adalah sebuah negara maju; dalam arti negara itu merupakan negara ideal dalam perspektif peradaban Islam. Negara ideal (negara maju) adalah “negara taqwa”, yakni negara yang masyarakatnya beriman dan bertaqwa. Negara seperti itulah yang akan mendapatkan kucuran berkah Allah dari langit dan bumi. Jadi, konsep kemajuan suatu masyarakat atau suatu negara jangan hanya diukur dari aspek materi saja. 

negara Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam dan para Khulafa al-Rasyidun adalah negara maju, yang bisa dijadikan sebagai negara model yang ideal. Bahkan, masyarakat Madinah ketika itu adalah masyarakat yang cinta ilmu, cinta pengorbanan, dan saling mengasihi satu sama lain. Karena itu tidak heran, dalam waktu singkat, Madinah menjelma menjadi pusat peradaban di dunia. Tahun 636 M, umat Islam sudah mampu merebut Kota Jerusalem dan membangun peradaban baru yang penuh toleransi.

Pertumbuhan Ekonomi Islam Mensejahterakan Umat

Dalam ekonomi Islam, distribusi kekayaan terwujud melalui mekanisme syariah, yaitu mekanisme yang terdiri dari sekumpulan hukum syariah yang menjamin pemenuhan barang dan jasa bagi setiap individu rakyat. Mekanisme syariah ini terdiri dari mekanisme ekonomi dan mekanisme non-ekonomi.

Mekanisme ekonomi adalah mekanisme melalui aktivitas ekonomi yang bersifat produktif, berupa berbagai kegiatan pengembangan harta (tanmiyatul mal) dalam akad-akad muamalah dan sebab-sebab kepemilikan (asbab at-tamalluk) (An-Nabhani, 1990). Mekanisme ini, misalnya ketentuan syariah yang: 
(1)  membolehkan manusia bekerja di sektor pertanian, industri, dan perdagangan; 
(2) memberikan kesempatan berlangsungnya pengembangan harta (tanmiyah mal) melalui kegiatan investasi, seperti dengan syirkah inan, mudharabah, dan sebagainya; dan 
(3) memberikan kepada rakyat hak pemanfaatan barang-barang (SDA) milik umum (al-milkiyah al-amah) yang dikelola negara seperti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air dan sebagainya demi kesejahteraan rakyat.

Sedang mekanisme non-ekonomi, adalah mekanisme yang berlangsung tidak melalui aktivitas ekonomi yang produktif, tetapi melalui aktivitas non-produktif. Misalnya dengan jalan pemberian (hibah, shadakah, zakat, dan lain-lain) atau warisan.

Mekanisme non-ekonomi dimaksudkan untuk melengkapi mekanisme ekonomi, yaitu untuk mengatasi distribusi kekayaan yang tidak berjalan sempurna jika hanya mengandalkan mekanisme ekonomi semata, baik yang disebabkan adanya sebab alamiah seperti bencana alam dan cacat fisik, maupun sebab non-alamiah, misalnya penyimpangan mekanisme ekonomi (seperti penimbunan). Mekanisme non-ekonomi bertujuan agar di tengah masyarakat segera terwujud keseimbangan (al-tawazun) ekonomi, dan memperkecil jurang perbedaan antara yang kaya dan yang miskin. Mekanisme ini dilaksanakan secara bersama dan sinergis antara individu dan negara.

Mekanisme non-ekonomi ada yang bersifat positif (ijabiyah) yaitu berupa perintah atau anjuran syariah, seperti: 
(1) pemberian harta negara kepada warga negara yang dinilai memerlukan,
(2) pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada para mustahik, 
(3) pemberian infaq, sedekah, wakaf, hibah dan hadiah dari orang yang mampu kepada yang memerlukan, dan
(4) pembagian harta waris kepada ahli waris, dan lain-lain.

Ada pula yang mekanisme yang bersifat negatif (salbiyah) yaitu berupa larangan atau cegahan syariah, misalnya:
(1) larangan menimbun harta benda (uang, emas, dan perak) walaupun telah dikeluarkan zakatnya; 
(2) larangan peredaran kekayaan di satu pihak atau daerah tertentu;
(3) larangan kegiatan monopoli serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi (merusak) pasar; (4) larangan judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah kepada para penguasa; yang ujung-ujungnya menyebabkan penumpukan harta hanya di tangan orang kaya atau pejabat.
Dengan memahaminya, diharapkan umat Islam terdorong untuk menerapkannya dan sekaligus mengetahui perbedaan ekonomi Islam dengan ekonomi kapitalisme yang tengah diterapkan. Sudah saatnya sistem ekonomi kapitalisme yang hanya menimbulkan penderitaan itu kita hancurkan dan kita gantikan dengan ekonomi Islam yang insyaAllah akan membawa barakah bagi kita semua.

Makna Al Qurán Surat Al ‘Araf Ayat 96 
Tafsir Ibn Katsir  terhadap QS. Al a’raf ayat 96 secara ringkas disebutkan oleh Imam Ali Ash Shabuni dalam  Mukhtashar Ibn Katsir sebagai berikut:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, maksudnya adalah hati mereka beriman kepada apa yang dibawa oleh rasul-rasul Allah, membenarkannya dan mengikutinya. Kemudian mereka bertaqwa dengan melaksanakan ketaatan-ketaatan dan meninggalkan keharaman-keharaman, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Artinya Allah akan menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan tanaman dari bumi. Firman Allah selanjutnya:  Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya, maksudnya  adalah akan tetapi mereka mendustakan rasul-rasul (yang diutus ) untuk mereka. Maka Kami menyiksa mereka dengan kehancuran, sebagai akibat perbuatan yang mereka lakukan berupa dosa dan keharaman. (Imam Ali Ash Shabuni, Mukhtashar Ibn Katsir, QS. Al a’raf ayat 96, Beirut-Libanon: Dar Alqur’an Alkarim).

Membangun sebuah negara adidaya bukanlah sesuatu yang mustahil. Ia akan tercapai ketika sebuah negara memiliki kekuatan ekonomi dan militer paling unggul, sehingga dirinya mampu mewarnai dan mempengaruhi kehidupan dunia. Al-Qur'an memberi inspirasi untuk membangun sebuah negara adidaya. Salah satunya melalui teks yang dimuat sebagaimana dalam Surat Al-A'raaf ayat 96 di atas.

Sebagaimana sejarah telah membuktikan di masa-masa keemasan peradaban Islam. Peradaban Islam di Baghdad telah menjadi mercusuar ilmu pengetahuan, ketika dunia sedang gelap gulita oleh kebodohan. Begitu juga peradaban Islam di Andalusia Spanyol telah memancarkan cahaya terang, di saat bangsa Eropa di masa itu hidup dalam khurafat, kemiskinan, keterbelakangan, kehinaan.

Keunggulan Ideologi Islam
Keunggulan SDM tidak terlepas dari keunggulan sistem yang diterapkan. Ideologi Islam merupakan kunci pembangunan SDM unggul dan telah teruji. Hal ini pernah terwujud dalam institusi Islam bernama Khilafah. Dalam membangun SDM unggul, Khilafah bertumpu pada penguasaan ilmu pengetahuan dan kemajuan dalam bidang produksi/industri. Firman Allah Taala, 

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu.” (QS Al-Anfal: 60).

Departemen Pendidikan dalam Islam menyelenggarakan pendidikan yang mampu menghasilkan para teknokrat dan saintis yang bersyahsiah Islam, serta mampu mengelola SDA menjadi senjata canggih, bahkan pesawat tempur modern. Salah satu yang harus dipenuhi negara maju ialah tidak tergantung negara lain dalam memenuhi peralatan berat yang dibutuhkan untuk melindungi keamanan negara.
Khilafah juga akan mencetak SDM bersyahsiah Islam untuk menjaga kemaslahatan umum. Mereka pun akan mengelola kekayaan milik umum sesuai aturan Islam.

Sementara itu, sistem pendidikan Islam berisi kurikulum pendidikan yang berlandaskan akidah Islam. Seluruh materi pelajaran dan metode pengajaran disusun dengan tidak menyimpang dari landasan pendidikan tersebut. Biaya pendidikan digratiskan karena salah jaminan yang harus dipenuhi oleh negara.

Salah satu tokoh masyhur yang dikenal dunia adalah Ibnu Sina yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran. Ia menghasilkan sebuah karya buku bernama Al-Qanun fi ath-Thibb yang merupakan ensiklopedia ilmu kedokteran dan ilmu bedah terlengkap yang menjadi referensi utama fakultas kedokteran di berbagai universitas Eropa hingga abad ke-14.

Ada lagi ilmuwan Islam bernama Al-Khawarizmi yang berhasil membuat peta bumi sekaligus peta langit ketika bangsa Eropa masih meyakini bahwa bumi datar. Ia juga pakar matematika dan aljabar. Masih banyak lagi ilmuwan Islam yang teruji menjadi pionir dalam berbagai bidang keilmuan dan teknologi. Ini bukan sebatas cita-cita semata, melainkan telah terbukti nyata.

Jika negeri ini bermimpi besar ingin menjadi negara maju serta mewujudkan Indonesia Emas 2045, tidak perlu basa-basi, penguasa negeri ini harus menjadikan ideologi Islam sebagai asas negara. Inilah kunci pembangunan SDM unggul yang telah teruji dan terbukti. Hanya saja, ideologi Islam tidak mungkin bisa diterapkan dalam negara demokrasi. Walhasil, mengganti sistem berarti juga mengganti bentuk negara. Dalam Islam, institusi tersebut bernama Khilafah.

Wallaahuálam bish-shawab.

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم