Generasi Muda Bermental Tissu



Oleh : Astri Kusuma Hayati


Tren atau masalah? pertanyaan bergelayut terkait maraknya bunuh diri pada generasi muda. Ya angka bunuh diri anak meningkat dalam setahun terakhir ini. Tahun 2023 KemenPPPA mencatat ada 20 kasus anak mengakhiri hidupnya. Usia korban di bawah 18 tahun. Kasus terbaru terjadi di Pekalongan Jawa Tengah. Siswa SD tewas tergantung di kamar rumahnya lantaran kecewa handphonenya disita orangtua (www.kompas.com, 24/11/2023).

Penyebab kasus bunuh diri anak beragam, antara lain depresi, perundungan dan ekonomi. Yang miris ada penyebabnya perkara sepele seperti asmara, tersinggung atau kecewa. Beragam juga sumber anak mengetahui cara bunuh diri dan media aksesnya. Ini semua terkait erat dengan kondisi lingkungannya baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. 

Hal ini haruslah menjadi perhatian untuk dicari akar masalah dan penyelesaiannya. Mengingat perbuatan dosa ini sudah menyentuh level anak-anak. Padahal usia anak masa produktif untuk mengembangkan potensi bukan melayang sia-sia. 

Masalah Sistemik

Makin maraknya kasus bunuh diri menunjukkan bahwa hal tersebut bukan hanya masalah individual. Tapi ada kesalahan dalam aturan tata kehidupan baik dalam keluarga, masyarakat maupun negara. Tak ada penyebab mendasar seseorang bunuh diri selain lemahnya pegangan agama. Pegangan ini yang tak ternanam kuat pada anak baik dari keluarga, masyarakat maupun negara.

Sistem sekuler kapitalisme mengeliminasi peran ketiga pihak tersebut. Harus diakui hari ini banyak keluarga mengawali rumah tangga tak disertai kesiapan menjadi orang tua. Alhasil ketika memiliki anak tak ada gambaran jelas karakter anak yang akan dibentuk dan bagaimana upaya mewujudkannya.

Tren orang tua bekerja termasuk ibu lumrah di masyarakat. Pasalnya keluarga dipandang ideal ketika bisa memenuhi gaya hidup konsumtif ala kapitalis. Alhasil pendidikan anak berkepribadian mulia di rumah tak berjalan sebagaimana mestinya. Di sisi lain masyarakat hari ini sekuler kapitalis yang indentik individualitas. Mereka cenderung membiarkan kebiasaan buruk yang banyak dilakukan anak saat ini. Seperti bermain handphone hingga mengakses konten-konten yang tak mengedukasi atau merusak. 

Peran terbesar yang mempengaruhi tren bunuh diri pada anak adalah negara. Karena negara pihak yang mengatur jalannya sistem pendidikan dan media yang di akses masyarakatnya. Kurikulum pendidikan sekuler memisahkan agama dari kehidupan sungguh telah menjauhkan generasi dari pemahaman akidah dan aturan Allah SWT. Tak ada tindakan tegas dari negara dalam melarang tayangan liberal hedonis hingga mempertontonkan kemaksiatan. Tentu semua ini sangat mempengaruhi pemahaman agama dan pembentukan kesehatan mental anak. 

Butuh Sistem Islam 

Tak ada solusi yang menuntaskan terhadap kasus bunuh diri anak kecuali menanamkan pegangan kuat pada akidah dan syari’at Islam. Dengan pegangan ini anak akan memahami bahwa bunuh diri adalah dosa besar yang terlaknat Allah dunia dan akhirat. Dengan pegangan ini, anak akan memahami bahwa ujian cobaan hidup ladang pahala bukan keputusasaan.

Akidah dan syari’at Islam ini tertanam dalam pendidikan keluarga, masyarakat dan negara. Karena   sistem Islam (Khilafah) menjadikan syariat Islam sebagai satu satunya aturan kehidupan. Sistem Islam wajib memperhatikan tumbuh kembang anak sebagai aset peradaban Islam.

Sistem Islam akan menerapkan pendidikan Islam berasaskan akidah Islam. Tujuan dan kurikulumnya dibangun atas asas tersebut. Sehingga generasi akan dicetak berkepribadian Islam, menguasai tsaqafah Islam dan mumpuni sains dan teknologi.

Negara mengelola media sosial sehingga informasi yang beredar di masyarakat adalah perkara dakwah dan kebaikan. Informasi tentang bunuh diri dan segala sesuatu yang melanggar syari’at tak akan dibiarkan. Dengan begitu mindset generasi tersuasanakan dalam kondisi takwa. Generasi paham jati dirinya sebagai hamba Allah. Dirinya akan beramal sesuai dengan syariat Islam karena paham segala hal yang dilakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan. Mereka akan tumbuh menjadi individu yang bersyukur atas kehidupan yang diberikan oleh Allah SWT. Hingga tak terbersit untuk melakukan aktivitas bunuh diri. Sungguh hanya sistem Islam (Khilafah) yang mampu membentuk generasi bermental kuat atas dorongan yang shohih yakni akidah Islam. 
Wallahu a’lam bish-shawabi.

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم