Duka Cita Hari Ibu dalam Wadah Kapitalisme



Oleh Nahida Ilma (Aktivis dakwah kampus)

 

Peringatan Hari Ibu (PHI) yang dilaksanakan setiap tanggal 22 Desember, merupakan upaya bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghargai perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut dan mengisi kemerdekaan. Hari Ibu bukanlah sekedar peringatan Mother’s day, namun lebih mengarah pada penegak tonggak pergerakan perempuan Indonesia dalam berkontribusi aktif memajukan bangsa (KemenPPPA, 14 November 2023)

 

Tema utama yang diusung dalam peringatan Hari Ibu yang ke 95 adalah “Perempuan Berdaya, Indonesia Maju”. Pada tahun ini PHI 2023 memiliki sempat subtema, yakni Perempuan Bersuara, Perempuan Berdaya dan Berkarya, Perempuan Peduli, Perempuan dan Revolusi. Semarak peringatan hari ibu di tahun ini telah dimulai sejak 14 November 2023 dan puncaknya tepat pada tanggal 22 Desember 2023 (News.detik.com, 24 November 2023).

 

Masih banyak tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh perempuan. Seperti ketidaksetaraan gender, kekerasan terhadap perempuan dan keterbatasan akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang setara. Tema dan subtema-subtema yang diangkat pada PHI ke 95 merupakan panggilan untuk memahami dan menghargai kontribusi signifikan yang diberikan oleh perempuan dalam memajukan bangsa ini. Rekam jejak kontribusi perempuan membangkitkan ekonomi keluarga selama pandemic merupakan salah satu bukti bahwa perempuan Indonesia selalu hadir dalam setia momen perjuangan bangsa (KemenPPPA, 14 November 2023)

 

Seluruh subtema yang diangkat kental akan arahan bagi perempuan pada pemberdayaan ekonomi serta mempromosikan kesetaraan gender sebagai upaya perlindungan terhadap perempuan. Dukungan pemerintah yang begitu besar terhadap pemberdayaan perempuan dalam ekonomi tidak lepas dari pandangan bahwa ini adalah solusi mengatasi kemiskinan keluarga, mengingat jumlah penduduk miskin yang masih banyak. Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengeluarkan laporan profil kemiskinan nasional per Maret 2023 dimana jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 25,90 juta orang atau sebesar 9,36% (Indonesia.go.id, 29 November 2023). Selain itu, pemberdayaan ini juga akan mendukung tercapainya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sehingga perempuan tidak lagi dipandang rendah dan tidak mudah menjadi korban kekerasan.

 

Sejatinya, pemberdayaan ekonomi perempuan melalui arus kesetaraan gender hanyalah menghancurkan perempuan dan keluarga. Fakta banyaknya generasi muda yang rusak, terseret dalam kehidupan liberal dan materialistis merupakan salah satu dampak yang muncul. Tidak bisa dielak bahwa dibalik kerusakan tersebut terdapat peran ibu sebagai pendidik generasi yang hilang.

 

Jika pemberdayaan perempuan ini terus disuarakan, maka kerusakan generasi juga akan semakin parah. Sayangnya pemerintah seakan tidak peduli dan menolak mengatakan bahwa kerusakan generasi terjadi akibat hilangnya peran ibu di rumah tangga. Publik dan media justru semakin memberikan gambaran apik terkait citra perempuan sebagai independent woman. Memiliki kemandirian secara ekonomi dan eksis di kancah public menjadi ciri-ciri perempuan yang sukses. Sehingga gambaran perempuan yang menjadi ibu rumah tangga menjadi buruk. Digambarkan sebagai tindakan menyia-nyiakan potensi yang dimiliki.

 

Pemberdayaan ekonomi kaum ibu yang selalu digenjot untuk meningkatkan perekonomian keluarga bahkan negara sejatinya adalah bentuk eksploitasi. Pada sistem hari ini, perempuan dipaksa menjadi tulang punggung negara, alih-alih menjadi tulang rusuk dengan kemasan apik berlabel pemberdayaan perempuan.

 

Pemberdayaan ibu, seharusnya dikembalikan kepada peran utama ibu sebagai pendidikan generasi calon pemimpin masa depan, sebagaimana fitrah perempuan yang sebenarnya. Pemberdayaan sebagai ibu generasi butuh pendukung yang dibangun oleh negara dalam seluruh aspek kehidupan. Dengan demikian, ibu bisa fokus mengemban tugasnya dana tidak dibebani dengan kewajiban mencari nafkah. Sistem pendukung tersebut adalah sistem kehidupan Islam yang berasal dari Allah SWT, pencipta dan pengatur kehidupan.

 

Sistem kehidupan Islam hanya akan hadir dalam negara yang menerapkan Islam secara kaffah. Islam akan menghantarkan seluruh umat manusia pada kemaslahatan termasuk kemaslahatan dan kesejahteraan perempuan. Dalam rumah tangga, Allah memberikan peran bagi suami sebagai pemimpin rumah tangga yang wajib memimpin, melindungi dan menafkahi anggota keluarganya. Sedangkan peran istri sebagai ibu dan pengurus rumah tangga, bertanggung jawab mengatur rumahnya di bawah kepemimpinan suami.

 

Cara Islam dalam memuliakan dan melindungi perempuan tentu saja berbeda dengan apa yang diberikan oleh sistem kapitalisme. Tidak dengan menjadikan perempuan sebagai pencari nafkah dengan berpartisipasi dalam sektor ekonomi, namun dengan mengembalikan perempuan pada fungsi utamanya sebagai pendidik generasi dan pengurus rumah tangga. Islam memberikan tanggung jawab pada seorang ibu untuk menjaga kehamilan, menyusui, mengasuh dan mendidik anak serta mengatur rumah suaminya pada seorang ibu. Tidak ada beban bagi seorang perempuan untuk bekerja keras mensejahterakan ekonomi keluarga karena itu merupakan tanggung jawab laki-laki yaitu suami dan wali. Hanya dengan kembali kepada Islam kaffah, kaum ibu dan perempuan akan mendapatkan kemuliaan.

Wallahua’lam bi ash-Showab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم