Oleh: Upi Ainun
Kementrian Kesehatan (Kemenkes) menyebut tracing atau pelacakan kasus cacar monyet terkendala oleh penyebaran yang terjadi pada komunitas tertentu saja. Namun, komunitas tetap terus melakukan upaya edukasi kepada sekelompok orang yang beresiko tinggi dan masyarakat umum untuk menekan penyebaran kasus penyakit ini.
Kesulitan karena pada populan tertentu, upaya untuk edukasi masyarakat umum maupun kelompok yang beresiko tinggi untuk mencegah (terus dilakukan), ujar kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kepada Republika.co.id, Kamis, 2/11/2023.
Nadia menyebutkan, populasi terkait dengan komunitas yang berperilaku seks beresiko, yakni lesbian, gay, biseksual dan trangender (LGBT). Populasi sulit untuk dilacak karena karakteristik mereka yang tertutup. Kita dalami setiap kasus, langsung kita lakukan penyelidikan epidemiologi dan juga menyiapkan laboratorium rujukan, kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu lewat keteranganya, Rabu, 1/11/2023.
Penyebab cacar monyet adalah adanya infeksi virus monkey pox, virus ini termasuk dalam genus orthopoxvirus dalam keluarga poxviridas. Virus dalam genus orthopoxvirus meliputi smallpox (penyebab cacar), virus cowok (cacar sapi) dan virus vallinia (virus yang digunakan dalam vaksin cacar). Virus ini dapat bertransmisi dan dapat menular.
Penularan cacar monyet dapat melalui hewan dan juga manusia. Hewan yang mungkin menularkan cacar monyet pada manusia adalah monyet, tikus atau tupai. Penularan virus monkeypox juga dapat terjadi lewat kontak langsung dengan cairan tubuh manusia atau hewan yang terinfeksi.
Begitulah fenomena di jaman kapitalis yang sangat ambigu. Ini sangat berbanding terbalik dengan sistem Islam. Dimana dalam islam, kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Negara wajib menjamin kesehatan bagi seluruh rakyatnya. Peran negara sangat di butuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaiknya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, "Pemimpin negara adalah pengurus rakyat, dan bertanggung jawab terhadap rakyat yang di urus", (HR. Bukhari).
Rasulullah Saw juga menganjurkan untuk isolasi bagi yang sedang sakit dan yang sehat, agar penyakit yang dideritanya tidak menular kepada yang lain. Sebagaimana sabdanya "Janganlah yang sakit di campurkan dengan yang sehat", (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Jika kita melihat dari dua hadis diatas, tentu penyebaran dapat di cegah dan diminimalisasi. Inilah salah satu bukti bahwa Islam merupakan solusi praktis dalam menyelesaikan wabah cacar. Dalam pelayanan kesehatanya, Islam tidak pandang bulu, sebagaimana telah dicontohkan pada masa Rasulullah Saw hingga keKhilafahan selanjutnya. Tidak rindukah kita akan kembalinya sistem Islam Islam ke tengah kehidupan kita secara kaffah? Wallahua'lam bishshawab.[]