Bunuh Diri, 'Tren' yang Menyesakkan Hati



Penulis: Suryani


Belakangan ini, kita digemparkan oleh banyaknya kasus bunuh diri yang kebanyakan pelakunya adalah para remaja. Bunuh diri adalah kematian yang disebabkan oleh melukai diri sendiri dengan tujuan untuk mengakhiri hidupnya. Tentunya, banyak sekali faktor yang dapat meningkatkan risiko bunuh diri.


Bunuh diri juga merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, setidaknya 703.000 orang memilih untuk menyudahi hidup mereka setiap tahunnya.


Data Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 juga menyebutkan, setidaknya 1 dari 16 orang berusia 15 tahun ke atas terdiagnosa mengalami depresi. Jika kondisi ini terus menerus dibiarkan, maka dikhawatirkan akan menimbulkan masalah kesehatan mental yang jauh lebih berbahaya dalam skala besar. Sayangnya, kesadaran tersebut masih perlu didorong untuk memberi pemahaman bahwa setiap orang berhak mendapatkan penanganan psikologis. 


“Dalam undang-undang kita yang baru, UU No. 17 Tahun 2023 itu sudah dimaknai bahwa kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan. Dan upaya untuk mencapai kesehatan jiwa yang optimal harus dilakukan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Baik oleh Pemerintah, Pemda, maupun masyarakat. Kita akan menghadapi bonus demografi tahun 2035, dan 70% total penduduk itu merupakan penduduk bekerja. Tentunya, diharapkan masyarakat di sini adalah masyarakat yang produktif, di mana salah satu upaya untuk produktif adalah dengan menjaga kesehatan jiwa,” ucap Lucia, dari Kementerian Kesehatan RI dalam acara Launching Course bertajuk “Literasi Kesehatan Mental & Pertolongan Pertama Psikologis, dan Ketahanan Keluarga” pada Senin (10/10).


Ironisnya, kelainan mental menempati urutan tujuh ke atas pada anak-anak, remaja, dan usia produktif sebagai beban kesehatan. Bahkan, kasus bunuh diri dilaporkan sebanyak 826 kasus pada tahun 2022, di mana jumlah ini meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya. 


“Prevelensi gangguan jiwa berat, dalam hal ini adalah skizofrenia mencapai 0,18% yaitu sekitar 495 ribu orang. Nah dari data tadi ya ada masalah lain, yaitu semakin tingginya kesenjangan pengobatan. WHO sendiri mengatakan pada negara-negara berpendapatan kecil menengah itu 75% penduduk tidak mendapat terapi. Di Indonesia itu, penderita skizofrenia sebanyak 51% itu tidak rutin berobat. Padahal kita ketahui, skizofrenia ini penyakit kronis yang pengobatannya jangka panjang,” tambah Lucia.


Saat ini, upaya yang dilakukan untuk mendukung kesadaran akan kesehatan mental, mulai diutamakan secara preventif dan promotif. Pasangan yang berniat memiliki keturunan sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan konseling, baik untuk kesehatan mental sendiri, atau untuk memberi pemahaman pentingnya kesehatan mental pada anak. Tahap selanjutnya, pembinaan kesehatan mental tetap dilakukan secara intensif selama 1000 hari pertama kehidupan, yakni hingga balita. Melalui strategi ini, anak diharapkan tumbuh secara sehat jasmani dan rohani, sehingga meminimalisir timbulnya gangguan mental saat beranjak dewasa.


Menurut Ketua CPMH (Center For Public Mental Health) UGM (Universitas Gajah Mada) Diana Setyawati, M.HSc., kondisi gangguan mental akan sangat bergantung pada kerentanan masing-masing individu. “Kalau tekanan yang sama diberikan pada dua orang berbeda, mungkin satu akan mengalami depresi, namun satunya bisa jadi tidak. Ini bergantung pada seberapa rentan seseorang ketika mendapat tekanan. Kerentanan salah satunya dapat dibentuk oleh masa dalam kandungan atau prenatal, dan pengalaman hidup lima tahun pertama,” tuturnya.


Faktor-faktor penyebab bunuh diri


Pertama, faktor individu yang rapuh secara mental maupun akidah menjadi pemicu utama dorongan untuk melakukan tindakan atau aksi pada bunuh diri.


Disamping itu kondisi individu yang memiliki cara pandang hidup yang keliru, cenderung liberal dan sekuler, jauh dari Sang Pencipta dan tuntunan agamanya, sehingga menjadikannya seorang pribadi yang gampang terpapar depresi dan putus asa.


Depresi terjadi biasanya ketika ia gagal mencapai apa yang diinginkannya, sementara pada saat yang sama, kesabaran dan ketawakalannya kepada Allah Swt begitu lemah.


Kedua, faktor keluarga. Di tengah gempuran sistem kapitalisme yang menjadikan ukuran materi sebagai standar kebahagiaan, membuat banyak orang tua hari ini sibuk bekerja.


Dari sisi ekonomi juga, nampak banyak kepala keluarga yang masih sulit mendapatkan pekerjaan karena minimnya lapangan pekerjaan. Ketika ada pekerjaan yang didapat belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Akhirnya seorang istri harus ikut bekerja membantu perekonomian keluarga, sampai melalaikan kewajiban sebagai (Ummu Wa Rabbatul Bait) dalam mendidik generasi. Sehingga berdampak pada kurangnya perhatian kepada anak.


Mereka lupa dan lalai membina karakter anaknya dan memberikan perhatian lebih terhadap masalah yang dihadapi anak.


Tak jarang banyak anak lebih memilih menyendiri ketika ada masalah. Padahal keluarga utamanya orang tua adalah tumpuan anak untuk mencurahkan segala yang dirasakan, karena anak tak mendapatkan hal ini akhirnya  tak jarang banyak anak menjadikan sarana media sosial untuk sekedar menghibur diri atau dengan “healing" untuk menumpahkan kegundahannya. Dari sinilah dapat memicu mereka terjerumus pada informasi yang keliru sebab media sosial hari ini sangat sulit di-filter.


Maka dari sinilah betapa pentingnya sebagai orang tua harus segera menyadarinya serta memberi informasi Islam agar anak memiliki filter dan keteguhan akidah yang benar di dalam dirinya.


Ketiga, faktor pendidikan. Dimana pendidikan hari ini tidak bisa membentuk kepribadian setiap orang. Ditambah adanya beban tugas-tugas yang harus mereka selesaikan menambah rasa penat dan rasa kebingungan yang mendalam. Begitupun dengan waktu belajar yang lama yang membuat anak merasa jenuh.


Pendidikan yang diterapkan di era saat ini tidak mampu menjadikan seseorang berkepribadian Islam. Sehingga generasi yang lahir dari sistem sekarang adalah generasi yang bermental mudah rapuh ketika mendapatkan masalah dalam kehidupannya.


Keempat, faktor masyarakat yang jauh dari Islam karena diatur oleh sistem sekuler liberal mempunyai tingkat kepedulian dan keimanan yang rendah juga menjadi pemicu utama suatu kehidupan masyarakat maupun remaja yang gampang terpapar stress berat dan depresi. Hingga pada akhirnya sering memicu berbagai kerusakan seperti halnya keinginan bunuh diri, pemakaian narkoba, seks bebas yang berujung hamil di luar nikah dan lain-lain sebagai jalan pintas dalam mencari jalan keluar atas berbagai permasalahan yang mendera.


Disamping itu, abainya negara dalam menjamin kebutuhan rakyat, termasuk dalam hal pendidikan dan ekonomi. Faktor lain yang juga turut menjadi pendukung aksi bunuh diri antara lain :


1. Perilaku impulsif.


Impulsif artinya melakukan sesuatu berdasarkan dorongan hati (impulse). Perilaku ini akan membuat seseorang melakukan segala sesuatunya secara spontan. Perilaku impulsif berbahaya ketika dibarengi dengan munculnya pikiran negatif. Situasi tersebut berisiko membuat pikiran untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri.


2. Konsumsi alkohol dan obat-obatan.


Konsumsi alkohol dan obat-obatan secara berlebihan dapat berujung pada aksi bunuh diri. Kebiasaan tersebut dapat membuat psikosis. Psikosis merupakan kondisi yang membuat seseorang kesulitan untuk membedakan imajinasi dan kenyataan. Halusinasi dan delusi yang terjadi bisa membawa kepada aksi bunuh diri.


3. Penyakit yang tak kunjung sembuh.


Banyak orang memilih untuk bunuh diri karena penyakit yang mereka derita tidak kunjung sembuh. Umumnya, situasi ini dialami oleh orang-orang yang mengidap penyakit kronis, seperti stroke atau kanker juga penyakit lainnya.


Penyakit yang tidak kunjung sembuh dan rasa lelah dalam mengobati penyakit dapat menyebabkan depresi berkepanjangan. Seiring waktu, kondisi tubuh yang terus menurun pun menimbulkan keinginan untuk bunuh diri.


Inilah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kasus bunuh diri. Faktor ini tidak lain berakar dari jauhnya kehidupan hari ini dengan islam, Al Qur'an dan Sunnah tidak menjadi petunjuk untuk mengatur kehidupan.


Pandangan Islam tentang bunuh diri


Mahir Ahmad Ash-Shufiy melalui kitabnya An-Nar Ahwaluha wa 'Adzabuha mengemukakan, Islam tidak memperbolehkan dan melarang tindakan bunuh diri, karena hidup dan mati adalah urusan Allah SWT.


Muslim hendaknya paham bahwa kehidupan di dunia hanyalah berisi ujian dan cobaan yang sementara. Di mana Allah SWT terkadang mengeraskan ujian dan cobaan bagi seseorang untuk mengetahui sejauh mana batas kesabaran dan keimanannya.


Dijelaskan lebih lanjut, sebagai seorang muslim sepatutnya bersabar dan banyak beribadah apabila dilanda masalah serta cobaan, bukan malah memilih untuk mengakhiri hidup.


Allah SWT dalam Al Quran surat Al Mulk menjelaskan, hidup dan mati adalah kuasaNya,


الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ


Artinya: "Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun." 


Dalam sebuah hadits Rasulullah menyampaikan :


عَن جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ بِهِ جُرْحٌ، فَجَزِعَ، فَأَخَذَ سِكِّينًا فَحَزَّ بِهَا يَدَهُ، فَمَارَقَأَ الدَّمُ حَتَّى مَاتَ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: بَادَرَنِي عَبْدِي بِنَفْسِهِ، حَرَّمْتُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ


Artinya: Dari Jundub bin Abdullah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, Dahulu ada seorang laki-laki sebelum kamu yang mengalami luka, lalu dia berkeluh kesah, kemudian dia mengambil pisau, lalu dia memotong tangannya. Kemudian darah tidak berhenti mengalir sampai dia mati. Allâh Azza wa Jalla berfirman, "Hamba-Ku mendahului-Ku terhadap dirinya, Aku haramkan surga baginya."(HR. Al-Bukhari).


Dengan memahami pandangan Islam tentang bunuh diri, semoga kita semua bisa mengambil hikmah di dalamnya. Bahwa semata-mata larangan Allah ini merupakan bentuk kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya.


Ancaman Allah SWT bagi orang yang bunuh diri


Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


مَن قتل نفسه بشيء في الدنيا عذب به يوم القيامة


“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, ia akan di adzab dengan itu di hari kiamat” (HR. Bukhari no. 6105, Muslim no. 110).


Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:


من قتلَ نفسَهُ بحديدةٍ فحديدتُهُ في يدهِ يتوجَّأُ بها في بطنِهِ في نارِ جهنَّمَ خالدًا مُخلَّدًا فيها أبدًا ومن قتَلَ نفسَهُ بسَمٍّ فسَمُّهُ في يدهِ يتحسَّاهُ في نارِ جهنَّمَ خالدًا مُخلَّدًا فيها أبدًا من تردَّى من جبلٍ فقتلَ نفسَهُ فَهوَ يتردَّى في نارِ جَهنَّمَ خالدًا مخلَّدًا فيها أبدًا


“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu kelak akan berada di tangannya dan akan dia gunakan untuk menikam perutnya sendiri di dalam neraka Jahannam, kekal di sana selama-lamanya.


Barang siapa bunuh diri dengan minum racun, maka kelak ia akan meminumnya sedikit-demi sedikit di dalam neraka Jahannam, kekal di sana selama-lamanya. 


Barang siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya dari atas gunung, maka dia akan dijatuhkan dari tempat yang tinggi di dalam neraka Jahannam, kekal di sana selama-selamanya” (HR. Bukhari no. 5778, Muslim no. 109).


Solusi tuntas terhadap kasus bunuh diri


Islam sebagai agama paripurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan, hubungan dengan Allah, diri sendiri, juga hubungan dengan manusia yang lain. Maka, ada beberapa hal terkait dengan solusi dalam islam agar terjaga dan tidak melakukan tindakan bunuh diri.


Diantaranya, setiap individu haruslah memiliki aqidah yang kokoh, artinya setiap individu memiliki pandangan yang benar dan lurus berdasarkan aqidah islam dengan menanamkan bahwa kebahagiaan hidup diperolehnya ridha Allah SWT. Bukan hal-hal bersifat duniawi atau materi.


Hal ini diperoleh dari pemahaman dalam mengkaji Islam. Selain itu dukungan dari keluarga utamanya orang tua sangatlah penting sebab keluarga adalah benteng utama dari kehidupan seorang anak.


Terlebih lagi ibu, seorang ibu dalam Islam mempunyai tugas mulia sebagai ummu wa rabbatul bait. Ia akan menjalankan tugasnya mendidikan generasi.


Disamping itu, lingkungan dalam sistem kehidupan Islam senantiasa dihias dengan amar ma'ruf nahi munkar. Artinya ada kepedulian antar sesama dalam mengingatkan kebaikan dan mencegah dari keburukan.


Hal yang paling utama adalah, harus ada yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kondisi saat ini. Terlebih dengan maraknya kasus bunuh diri ini, negara sepatutnya ikut berperan penting terhadap aqidah Islam. Tak hanya itu, sistem ekonomi pun diatur dalam Islam.


Dengan pengelolaan SDA yang dimiliki oleh negara seperti tambang emas, batu bara dan lain-lain akan dikelola dan hasilnya akan dikembalikan pada rakyat. Dengan begitu semua rakyat akan terpenuhi kebutuhannya. Bagi kepala keluarga yang tidak memiliki pekerjaan akan diberikan lapangan kerja. Disisi lain, negara juga mengontrol media sosial agar seluruh konten diarahkan untuk mengedukasi rakyat.


Dari sini sangat jelas bahwa  solusi mengatasi kasus bunuh diri bukan hanya bersifat parsial dan individu tapi harus secara komprehensif. Maka ini membutuhkan peran dari berbagai pihak baik keluarga, masyarakat (lingkungan) dan juga negara.


Adapun hal lain yang bisa diterapkan untuk menghindari aksi bunuh diri adalah :


1. Menggantungkan hidup hanya kepada Allah SWT semata.


Jika manusia beriman dan masih memiliki keyakinan akan Rukun Iman, Rukun Islam, dan Fungsi Iman kepada Allah SWT tentu ia tidak akan merasakan hidupnya sendiri. Orang yang merasa hidupnya bersama Allah tidak akan merasa masalah tersebut berat karena yakin bahwa Allah akan menolong hamba-Nya yang kesulitan. Muslim yang beriman akan meyakini hal tersebut karena tidak ada yang lebih berkuasa dibanding Allah SWT.


2. Menempatkan dunia bukan sebagai tujuan hidup.


Karena di dunia ini tidak ada satupun yang ideal dan bisa sempurna. Termasuk dalam kehidupan kita akan selalu ada masalah-masalah yang menimpa manusia. Hal ini dikarenakan hakikat kehidupan dunia selalu silih berganti antara suka, duka, dan perasaan yang netral.


Selain itu dunia pun bukanlah sebagai tujuan hidup yang utama. Dunia dalam pandangan islam adalah tempat sementara, tempat mampir, dan mempersiapkan bekal untuk akhirat. Untuk itu, dunia bukan sebagai hal yang utama. Andaipun ada hal-hal yang tidak ideal dan sempurna, memang hakikat dunia adalah seperti itu.


Orang yang bunuh diri biasanya menempatkan dunia diatas segala-galanya. Ketika ada permasalahan yang menurutnya penting dia lebih baik bunuh diri. Padahal, sesudah kesulitan ada kemudahan, dan setelah dunia masih ada kehidupan akhirat yang kekal sepanjang masa.


3. Melihat pada orang-orang yang kesusahan.


Jika kita mengalami kesusahan atau kesulitan dalam hal apapun, maka lihatlah kepada orang-orang yang berada dibawah kita yang lebih mengalami kesulitan. Dengan melihat kebawah kita akan lebih banyak merasa bersyukur dan merasa beruntung bahwa masih ada nikmat lain yang bisa kita syukuri dan rasakan.  Hal ini merupakan salah satu Tips Hidup Bahagia Menurut Islam.


“Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). “ (QS Ar-Rad : 26 )


4. Selalu bersyukur dan mengotimalkan nikmat Allah SWT.


“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim : 7)


Bersyukur adalah hal yang paling mujarab atas segala masalah dan ketidakidealan dalam hidup. Orang-orang yang bersyukur akan semakin Allah tambahkan nikmatnya karena ia selalu mencari celah nikmat lainnya yang Allah berikan. Ia tidak akan bermasalah dengan segala kesulitan karena dibalik kesulitan ada nikmat-nikmat lain yang masih bisa dirasakan.


5. Berkumpul bersama orang-orang yang shaleh.


Orang-orang yang shaleh akan mengkondisikan diri kita agar hidup dengan nilai-nilai islam dan Allah. Untuk itu, bersama dengan orang-orang yang shaleh sekaligus akan membuat kita jauh dari bunuh diri, saling mengingatkan, dan menyabarkan diri atas segala masalah yang terjadi. Bersama mereka pula kita akan mendapatkan pencerahan dan bisa membuat diri kita jauh dari perilaku atau tindakan yang merugikan kita dunia-akhirat serta menciptakan jiwa tenang dalam Islam.


Hikmah


Dalam berbagai ayatnya, al-Quran menyatakan bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang menganugerahkan hidup dan menentukan mati. Di antara :


وٱلله خلقكم ثم يتوفىكم ومنكم من يرد إلى أرذل ٱلعمر لكى لا يعلم بعد علم شيا إن ٱلله عليم قدير


Artinya: “Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu, dan di antara kamu ada yang dapat dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun) teringat dia tidak melihat lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. ” (QS. an-Nahl: 70)


ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْورَليزُ ك


Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, menyelesaikan Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun ” (QS. al-Mulk: 2)


Dari ayat di atas kita lihat bahwa kematian “suatu saat” pasti datang entah itu di masa kanak-kanak, muda, atau lanjut usia. Hidup dan mati adalah di tangan Allah yang Ia ciptakan untuk menguji iman, amalan dan ketaatan manusia terhadap Tuhan, Sang Penciptanya. Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan keselamatan hidup dan kehidupan manusia sejak ia berada di rahim ibunya sampai di kehidupan akherat nanti. Untuk melindungi keselamatan hidup dan kehidupan manusia itu, Islam menetapkan berbagai undang-undang perdata dan pidana beserta sanksi larangan-larangannya, baik di dunia berupa larangan had dan qisas termasuk larangan mati, denda atau ta’zir , norma yang ditetapkan oleh ulul amri atau lembaga peradilan. Islam juga memutuskan di akhirat berupa siksaan Tuhan di neraka kelak.


Agama Islam (syariah) melarang kita menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan dan perbuatan bunuh diri. Hal ini dapat dilihat dari salah satu unsur tujuanya syariah (maqasid asy-syar’iah) yaitu perlindungan terhadap jiwa dan raga (hifz an-nafs) . Al-Quran dengan jelas:


وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوٓا ۛ إِنَّ ٱللهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْس


Artinya : “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Baqarah: 195)


Dalam ayat lain juga ada pula:


… ولا تقتلوا أنفسكم إن ٱلله كان بكم رحيما )29( ومن يفعل ذلك عدونا وظلما فسوف نصليه نارا وكان ذلك


Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu, dan barangsiapa kesalahan demikian dengan hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. ” (QS. an-Nisa: 29-30)


Ayat al-Quran tersebut di atas dengan jelas menunjukkan, bahwa bunuh diri dilarang keras oleh Islam dengan alasan apapun. Dengan demikian keliru sekali, kalau ada anggapan, bahwa dengan jalan bunuh diri, segala masalah dapat selesai dan berakhir. Padahal azab penderitaan yang lebih berat, telah menyongsong di akhirat kelak.


Wallahu a’lam bish-shawab.


REFERENSI:


- detikNews.com

Pandangan islam tentang bunuh diri dalil dan penjelasannya.

- Tribunnews.com

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم