Generasi Muda dalam Lingkaran Setan, Pinjol dan Judol



Oleh : Anita Humayroh


Belum lama ini, seorang wanita, warga kota Depok hampir saja menghabisi dirinya lantaran sebuah kesalahan nya masuk dalam lingkaran pinjol. Pada mulanya, pinjaman yang diminta hanya sekitar 600.000 di tahun 2019. Namun, karena pinjaman yang ia lakukan dibayarkan dengan Cera meminjam kembali pada tempat berbeda, hingga mencapai 27 aplikasi pinjaman online, hingga saat ini total hutangnya mencapai 600 juta. Fantastis, dan itu tanpa sepengetahuan dari suaminya. (Kompas.com, 11/08/23)


Gaya hidup kapitalistik telah mengantarkan manusia untuk hidup konsumtif dan mubadzir, entah dalam bentuk food, fashion, maupun entertainment. Kapitalisme dengan visi pertumbuhan ekonominya, mendorong manusia untuk selalu membeli sesuatu bahkan yang bukan merupakan kebutuhan dasar manusia. Konsep memaksimumkan produksi, berimplikasi pada keharusan untuk meningkatkan konsumsi agar barang laku dan untung.


Di sinilah konsep marketing didesain sekreatif mungkin untuk memengaruhi dan mengajak masyarakat agar membeli, mulai dari iklan, endorsement, hingga konsultan. Alhasil, masyarakat diaruskan serta digiring dan dipaksa untuk selalu belanja, menyebabkan masyarakat berperilaku konsumtif mengikuti nafsu semata.


Konsumerisme ini telah membius miliaran orang yang hidup di dunia, baik yang kaya maupun menengah ke bawah. Liberalisasi perdagangan (pasar bebas) adalah khitah (strategi) kapitalisme untuk memfasilitasi gaya hidup semacam ini. Dengan berbagai jenis barang yang menggiurkan. Barang branded menjadi pilihan orang kaya, barang murah juga tersedia sebagai pilihan kalangan menengah ke bawah, seperti produk-produk Cina. 


Orang-orang sudah tidak peduli pada kebutuhan hidup primer atau sekunder, semua barang dan makanan dibeli karena terpengaruh tontonan yang dilihat, juga melalui iklan yang marak ditampilkan di semua tempat, bahkan melalui gawai di tangannya. Akhirnya, makin ke sini, gaya hidup konsumtif dianggap normal dan lumrah di tengah masyarakat, padahal ini sungguh jauh dari gaya hidup yang Rasulullah dan para sahabat contohkan.


Gaya hidup konsumtif telah membuat manusia berlomba-lomba untuk mengikuti tren, akhirnya berimplikasi pada alokasi pendapatan yang dimiliki. Bagi kalangan ekonomi menengah ke atas, nafsu belanja mereka bisa difasilitasi dengan harta (uang) yang mereka miliki. Dengan mengatasnakaman investasi. Namun, bagi kalangan menengah ke bawah, di sinilah ditawarkan solusi praktis berupa pinjol dan paylater sebagai pilihan alternatif untuk menyalurkan nafsu duniawi. Akses mudah dan tanpa jaminan sering kali menggiurkan para generasi kini.


Tidak heran jika pinjol makin menjamur, sebagaimana OJK ungkapkan bahwa mayoritas pengguna pinjol dan paylater adalah generasi muda. Mereka memanfaatkan pinjol untuk memenuhi gaya hidup konsumtifnya. 


Menurut laporan OJK, pada Juni 2023, jumlah rekening penerima pinjol aktif berusia 19—34 tahun sudah mencapai 10,91 juta penerima dengan nilai pinjaman sebesar Rp26,87 triliun. Jumlah ini meningkat 2,6% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/m-to-m) yang sebanyak 6,32 juta penerima. Jumlahnya juga naik 25,9% dibandingkan setahun sebelumnya (year on year/yoy) yang sebanyak 8,67 juta penerima.


Bukan hanya gaya konsumtif, kapitalisme juga menyebabkan merebaknya perjudian yang makin difasilitasi oleh digitalisasi dengan judol, bahkan menipu orang-orang dengan istilah “trading”. Banyak anak muda terjebak judol ini.


Menkominfo Budi Arie Setiadi menyebut, masyarakat terjerat judol hingga pinjol karena terpengaruh para selebgram. Mereka terbuai dengan unggahan para selebritas media sosial yang sebenarnya telah diatur sebelumnya. Judol maupun pinjol ini merupakan “lingkaran setan” yang akan berujung pada kriminalitas. Mereka yang terjerat judol pada akhirnya akan lari meminjam uang ke pinjol. Banyak kasus dapat kita temui di sekitar kita.


Kebutuhan untuk memenuhi tuntutan itu pun membuat seseorang bisa melakukan tindakan kriminal, seperti pembunuhan, sebagaimana terjadi pada mahasiswa UI beberapa waktu lalu. Sungguh, jebakan pinjol akan membuat masa depan generasi muda makin suram. TVOne menyebutkan, sekali kenal pinjol, bisa sengsara sampai mati. Apalagi utang ini hanya untuk memenuhi gaya hidup ala kapitalisme.


Kekacauan kondisi ummat saat ini hanyalah dapat diatasi oleh Islam. Khilafah merupakan sebuah negara yang berasaskan akidah Islam. Goal terbesar negaranya adalah menjadikan Islam sebagai puncak keberkahan bagi seluruh alam. Walhasil, wajah masyarakat yang dibentuknya juga berdasarkan Islam, yang meliputi pemikiran, perasaan, dan peraturan Islam. 


Suasana  di tengah masyarakat dibangun diatas pondasi ketakwaan, bukan konsumerisme. Masyarakat akan selalu didekatkan pada tujuan dari penciptaan manusia ke dunia ini, yakni untuk menjalankan perintah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya. Standar baku yang digunakan masyarakat Islam adalah halal haram, bukan standar materi seperti saat ini.


Islam memang mendorong produktivitas dan tidak melarang konsumsi, tetapi Islam mendorong manusia memiliki gaya hidup sederhana, mengonsumsi segala sesuatu sesuai kebutuhan, dan melarang keras penimbunan barang tanpa pemanfaatan. Hal ini berangkat dari bahwasanya setiap harta yang Allah berikan akan diminta pertanggungjawaban. 


Dari sini sudah jelas bahwasanya konsumerisme bukanlah gaya hidup masyarakat Islam. Orang-orang tidak membutuhkan utang untuk memenuhi gaya hidup semata, apalagi untuk judi yang sudah jelas haram hukumnya. Pelaksanaan hukum syariat oleh Negara tidak akan pernah memfasilitasi hal-hal yang bertentangan dengan syariat, apalagi sampai memberikan izin.


Pinjol yang merupakan aset para kapitalis merampok harta rakyat pun, tak akan mendapat ruang. Dalam hukum Syara', utang hanyalah  sebuah ta’awun (tolong-menolong) karena haram adanya riba dalam mencari laba. Jika siapapun didapati berani melakukan aktivitas riba, maka negara memiliki sistem persanksian yang tegas dan lugas.


Demikianlah, Khilafah akan mengaruskan generasi muda untuk bertakwa pada Allah, serta mengajak mereka terlibat dalam maha karya dan memberikan manfaat untuk Islam dan kaum muslim. Pendidikan yang bermutu menjadi fasilitas utama yang diberikan oleh Daulah untuk seluruh generasi muda sebagai bentuk ketakwaan.


Cita-cita utama generasi muda adalah untuk kebahagiaan dunia dan juga akhirat, bukan untuk sekadar nafsu cinta dunia. Jadilah generasi muda bisa fokus mempersiapkan dirinya menjadi khoiru ummah untuk mewujudkan peradaban terbaik dalam sebuah sistem agung dan mulia. Yakni sistem Islam dalam sebuah bingkai negara. Daulah Islamiyah. 

Wallahu alam bisshowab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم