Agar Para Ibu Merindu Posyandu

 



Penulis: Nindira Aryudhani, S.Pi., M.Si.


Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Kediri Eriani Annisa Hanindhito mengajak para orangtua membawa anaknya ke Posyandu. Menurutnya, orangtua pasti sayang kepada anaknya sehingga salah satu wujudnya adalah membawa anaknya ke Posyandu. Di Posyandu anak-anak bisa dilihat tumbuh kembangnya berdasarkan usia. Ia mengatakan hal tersebut dalam kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) pelaksanaan bulan timbang pada Agustus 2023 di Kecamatan Mojo, Kediri, Kamis (24-8-2023). (Kompas, 30-8-2023).


Pada kesempatan itu pula, ia mengapresiasi kinerja kader yang telah bekerja keras sehingga para ibu bersedia membawa anaknya ke Posyandu. Ia menyebutkan, banyak kegiatan yang dapat dilakukan di Posyandu, termasuk pemberian vitamin, imunisasi, hingga pemberian makanan tambahan.


Program Pembekalan dan Pemberdayaan Kader 


Perihal kinerja kader, beberapa waktu lalu, mengutip dari Antara (15-8-2023), Plt Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, drg. Widyawati, M.K.M. mengatakan para kader posyandu memiliki peran untuk memberikan edukasi kepada ibu hamil hingga remaja tentang hidup sehat. Para kader posyandu juga berperan dalam mencegah stunting seperti mengingatkan masyarakat perlunya pengukuran berat, tinggi dan lingkar kepala bayi hingga memberikan penyuluhan untuk mencegah stunting.


Posyandu merupakan wadah pemberdayaan masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan dasar. Guna mewujudkan posyandu yang optimal, katanya, maka perlu dukungan tenaga kesehatan (nakes) dan kader yang memiliki pemahaman dan keterampilan memadai.


Ia juga mengatakan, Kemenkes berperan melatih para kader Posyandu, memperbarui Posyandu serta menjalankan Posyandu terintegrasi. Dalam rangka mencegah stunting, Kemenkes meluncurkan lima gerakan, salah satunya adalah Gerakan Posyandu Aktif. Dengan adanya Posyandu terintegrasi, maka berbagai layanan siap diberikan kepada masyarakat di Posyandu.


Di laman yang sama, pakar kesehatan anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), M.PH, juga membahas mengenai peran penting para kader kesehatan khususnya dalam menangani anak-anak di Indonesia. Menurutnya, IDAI seperti halnya Kemenkes juga sudah memberikan pelatihan kepada para kader guna meningkatkan pengetahuan mereka dalam menangani kesehatan anak. Selain kader kesehatan, IDAI juga memberikan edukasi pada bidan yang jumlahnya mencapai ratusan ribu, ini mengingat jangkauan mereka yang bisa sampai ke pelosok daerah di Indonesia.


Garda Terdepan? 


Mengutip dari Kompas (3-5-2023), menurut data Kemenkes RI (2022), terdapat 300 ribu Posyandu di seluruh Indonesia. Posyandu sendiri dalam riset termutakhir Health Collaborative Center (HCC) 2023 terbukti masih menjadi garda depan informasi kesehatan ibu dan anak. Ada lima kegiatan Posyandu, yakni pemantauan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi, Gizi, hingga Penanggulangan Diare. Posyandu juga menganut prinsip mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak.


Selain itu, terdapat konsep internasional yang juga menjadi realisasi eksistensi Posyandu, yaitu GOBI-3F. GOBI-3F adalah kependekan dari Growth Monitoring, Oral Rehidration, Breast Feeding, Immunization, Female Education, Family Planning, and Food Suplement.


Masalahnya, fakta empiris Posyandu saat ini tidaklah seindah yang ada di atas kertas. Asal tahu saja, begitu banyak ibu yang malas ke Posyandu. Mereka bahkan acap kali stres sepulang dari Posyandu. Alasannya, selain karena pelayanan yang ala kadarnya (karena fasilitas gratis dan ada bingkisan makanan saat peserta pulang), sikap para kader juga lebih cenderung menjustifikasi kondisi peserta bahkan tidak jarang dinilai kurang bijaksana saat berinteraksi/memberikan konsultasi kepada masyarakat, padahal mereka adalah pelayan umat pelaksana kebijakan pemerintah.


Terkait kualitas kader ini pula, mengutip dari Kompas (14 dan 15-2-2023), Sekretaris Jenderal Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (Kopmas) Yuli Supriati, menyatakan masih banyak kader yang ketika datang hanya sebatas datang.


Di wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, dan DIY, Kopmas menemukan kader Posyandu bahkan tidak bisa membedakan antara anak stunting dan gizi buruk. Pelibatan kader dalam pengentasan stunting juga masih sebatas pendataan saja. Belum lagi realitas miris bahwa masih ada daerah di Indonesia yang tidak bisa mendapatkan akses layanan kesehatan di Posyandu dengan baik sehingga tumbuh kembang anak tidak terpantau maksimal.


Akibatnya, masyarakat sering kali lebih memilih langsung datang ke fasilitas kesehatan (praktik mandiri bidan, Puskesmas, RS) atau praktik dokter spesialis anak/kandungan ketika memerlukan layanan kesehatan ibu dan anak, kendati harus rela merogoh kocek lebih dalam. Fenomena ini jelas membuat peran Posyandu yang diklaim sebagai garda terdepan kesehatan ibu dan anak, patut dipertanyakan. 


Kader Berkualitas Mumpuni


Sebagai salah satu cara (uslub) untuk mengurusi urusan umat, jika memang dipandang efektif maka bukan tidak mungkin Posyandu akan diadopsi oleh Khilafah saat tegak nanti. Namun tentu saja format Posyandu di masa Khilafah berbeda dengan masa saat ini. Posyandu dalam bingkai Khilafah, harus menjadi kegiatan yang sangat dirindukan oleh para ibu, bukan sebaliknya malah menjadi kegiatan yang dijauhi (baca: ditakuti).


Di satu sisi, Khilafah jelas berperan aktif untuk membekali dan membina para kader Posyandu agar tidak salah langkah ketika berinteraksi dengan masyarakat. Namun di sisi lain, para kader juga harus amanah dan paham benar bahwa aktivitasnya adalah semata bagian dari amal saleh untuk melayani umat. Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat diurusnya.” (HR Muslim dan Ahmad).


Oleh sebab itu, SOP aktivitas kader harus berlandaskan konsep ihsanul amal, yakni dilaksanakan dengan niat yang ikhlas dan cara yang benar. Ini sebagaimana firman Allah Taala dalam ayat, “Agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS Al-Kahfi [18]: 7). Juga dalam ayat, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.” (QS Al-Isra [17]: 7).


Serta sabda Rasulullah saw., “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia.” (HR Ahmad). Jika kita ingin diri kita bermanfaat untuk orang lain, tentunya kita harus memiliki sesuatu yang memang mengandung manfaat sehingga kita bisa memberikan/menyebarkannya kepada orang lain. 


Selain itu, para kader hendaklah termasuk golongan orang-orang yang paham akan adab berbicara. Hal ini mengingat peran strategis mereka sebagai penyampai informasi dan edukasi. Allah Taala berfirman, “Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS An-Nisa’ [4]: 148). Juga dalam ayat, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS An-Nahl [16]: 125).


Jangan sampai Posyandu ditakuti para ibu hanya karena perkataan kader yang menyakitkan hati atau malah tanpa latar belakang ilmu. Ini tentu sangat disayangkan. Tidak lupa, para kader juga harus memahami posisi urgen seorang ibu bagi generasi sehingga tidak layak para ibu menjadi sasaran amal/perkataan/kebijakan buruk akibat kader yang tidak paham konsep amal saleh.


Allah Taala berfirman, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.” (QS Luqman [31]: 14).


Serta sabda Rasulullah saw., “Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi saw. Menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi Saw. Menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi saw. Menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR Bukhari dan Muslim).


Dengan mengamalkan perintah Allah dan Rasul-Nya ini, barulah seorang kader layak disebut berkualitas mumpuni. Kader yang demikian itu tidak lagi layak ditakuti. Perannya justru sangat penting untuk pencerdasan umat, bukan malah untuk pembodohan publik. 


Agar Posyandu Layak Dirindu


Setelah memahami amal-amal terbaik seorang kader, selanjutnya perlu kita pahami bersama SOP seorang kader di Posyandu. Sebagai garda terdepan dalam pelayanan terhadap ibu dan anak, pertama-tama hendaklah para kader mengedukasi para ibu perihal hadhanah (pengasuhan anak dalam bentuk penyusuan) dan kafalah (pengasuhan anak berupa perlindungan secara umum meliputi hadhanah dan khidmah/pelayanan). Titik tekannya di sini bukanlah edukasi berupa ilmu parenting maupun psikologi yang bersumber dari peradaban Barat, melainkan yang bersumber dari Islam yang sudah pasti sejalan dengan fitrah penciptaan. 


Selain itu, para kader juga tidak boleh awam dengan ilmu medis dan kesehatan -termasuk olahraga- bagi ibu dan anak, meski mungkin mereka belum seahli para nakes seperti dokter spesialis maupun pakar kesehatan. Dengan ini, aktivitas para kader tidak semestinya hanya menjejali para ibu dengan informasi seputar kontrasepsi ataupun stunting pada anak sebagaimana yang selama ini terjadi, padahal topik seputar kesehatan ibu dan anak itu begitu luas. 


Para kader juga merupakan perpanjangan tangan penguasa Khilafah untuk memberikan harta negara kepada rakyat, baik itu berupa harta/uang maupun kebutuhan primer bahan pangan pokok yang tentunya bisa membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan status gizi warga negara, yang dibagikan saat jadwal Posyandu. Dengan begitu, seorang kader tentu harus paham konsep distribusi harta menurut sistem ekonomi Islam sehingga Posyandu bisa efektif menjadi salah satu pintu distribusi kebutuhan primer dari negara kepada setiap individu berupa bahan pangan, tentunya yang bergizi seimbang, halal, dan tayib. 


Khatimah


Sungguh, kader Posyandu sejatinya memiliki peran strategis. Namun kesalahan paradigma mengenai amal saleh membuat mereka abai akan perannya sebagai pelayan umat, sekalipun kita memang tidak bisa sepenuhnya melepaskan pengaruh sistem sekuler yang menjadi pengendali kebijakan nasional seputar Posyandu, terhadap kinerja kader.


Selain itu, kita juga harus memahami bahwa pemberdayaan kader Posyandu menjadi sosok-sosok yang dirindukan umat memang tidak harus menunggu Khilafah tegak meski perannya yang kita harapkan memang saat ini belum bisa terwujud secara optimal. Hanya saja, motivasi beramal saleh dalam rangka mengedukasi umat harus tetap dimiliki oleh para kader tersebut. Ini sebagaimana peran para pengemban dakwah Islam politik yang tetap berjuang menyampaikan Islam ke tengah-tengah umat kendati sistem kehidupan yang tegak saat ini bukanlah sistem Islam. 


Allah Taala berfirman, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran [3]: 133).

Wallahualam bissawab. []

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم