Loe Punya Duit, Loe Punya Kuasa?

 



Oleh: Ghaziyah Zaahirah (Anggota Komunitas Muslimah Cinta Qur’an)


Menghitung bulan mendekati pemilu 2024. Hari yang katanya “pesta rakyat” ini mulai ramai diperbincangkan. Tak hanya itu, mulai dari deklarasi hingga spanduk pencalonan sudah mulai terpampang disepanjang jalan raya. 


Ditengah berbagai persoalan yang menimpa rakyat di negeri ini rasanya sangat miris apabila harus diadakan “pesta” yang nyatanya hanya dinikmati oleh orang-orang tertentu saja. Nyatanya setiap pergantian pemimpin tidak menjamin rakyat di negeri ini semakin sejahtera, yang ada semakin dekat pemilu justru para penguasa mengeluarkan dan mengesahkan kebijakan yang ujung-ujungnya menyusahkan rakyat. 


Sebut saja baru-baru ini misalnya Undang-Undang Kesehatan yang menuai banyak kontra dari berbagai kalangan. Belum lagi permasalahan kemiskinan, pengangguran, kelaparan, pembunuhan, hingga masalah remaja yang kian memprihatinkan dan perlu solusi yang tepat dan mengakar.


Di sisi lain, pemilu ini pun memerlukan dana yang tidak sedikit. Dilansir dari kota-semarang.kpu.go.id, kebutuhan anggaran untuk Pemilu Serentak 2024 sebesar 76 Triliun. Anggaran tersebut dibagi menjadi 3 (tiga) tahun, yakni 2022 sebesar 8.061.085.734.000, tahun 2023 sebesar 23.857.317.226.000, dan tahun 2024 sebesar 44.737.909.334.000. 


Belum lagi praktik kotor para calon yang sudah menjadi rahasia umum. Para calon peserta pemilu akan berusaha mendapatkan sokongan dana dari siapa saja, terutama para pengusaha. Dalam upaya mendapatkan dana itu, berbagai macam kesepakatan pun dilakukan. Salah satunya, pinjaman misalnya, tidak perlu dikembalikan jika peserta tersebut lolos pemilu dan si pemberi pinjaman bisa mendapatkan “balasan jasa”. Akhirnya, para calon pun akan melakukan berbagai cara agar bisa menang meskipun menyalahi semboyan “jujur dan adil”.


Setelah pemilu dilaksanakan, kesejahteraan rakyat masih tidak terjamin. Lagi-lagi mereka harus memikirkan sendiri cara dan upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kian hari semakin mencekik. Jangankan untuk memenuhi kebutuhan sekunder, dalam memenuhi kebutuhan primer saja rakyat harus memutar otak mencari cara, bahkan ada yang sampai rela terlilit hutang. 


Begitulah sejatinya gambaran hidup didalam sistem Kapitalisme-Sekuler hari ini. Sistem ini rusak dan merusak. Melahirkan para penguasa “serigala berbulu domba”. Menjunjung tinggi asas manfaat dan hanya gila jabatan. 


Akan sangat berbeda sekali ketika Sistem Islam yang diterapkan, dalam upaya memilih pemimpin, Islam akan memilih cara yang simpel, murah, dan mudah. Kalaupun ada pemilu, Islam akan membuat cara itu dilakukan secara sederhana, mudah, dan murah. Para panitianya pun akan menjalankan amanah itu sebagai dorongan keimanan, bukan keuntungan.  Maka, pemilu akan berjalan dengan jujur dan damai karena siapa pun yang menang akan amanah, dan yang kalah akan menerima dengan lapang dada.


Sistem Islam juga akan melahirkan tentunya penguasa yang sadar akan tanggungjawabnya yang tidak hanya di dunia, namun juga diakhirat. Penguasa yang memiliki keimanan yang kokoh dan mampu mengemban amanah tanpa melupakan statusnya sebagai seorang hamba. Tidak gila jabatan apalagi rela dan mau menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jabatan tersebut. Sudah saatnya kita mencampakkan sistem Kapitalisme-Sekuler ini, dan bersegera melanjutkan kembali kehidupan Islam. Wallahu'alam.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم