Retno Asri Intisari
(Aktivis Dakwah Sragen dan Pemerhati Generasi, Sosial Ekonomi KeUmatan)
Derita akibat pinjaman online (pinjol) semakin meluas. Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok, berinisial MNZ (19 tahun) ditemukan tewas di kosnya di Kawasan Kukusan, Beji, Kota Depok, Jumat (4/8/2023). Wakasat Reskrim Polres Metro Depok, AKP Nirwan Pohan mengungkap bahwa korban dibunuh oleh seniornya sendiri (Republika.co.id, 5/8/2023)
Pelaku berinisial AAB (23 tahun), senior dan kenalan korban di kampus. Motif yang ditemukan sementara ini AAB iri dengan kesuksesan korban dalam trading online sementara dia terlilit bayar kosan serta pijol. Masih lekat berita tahun 2022 saat mahasiswa salah satu universitas di Bogor terjerat pinjol ratusan juta hingga milyaran rupiah. Kemudahan pinjol dan iklan yang gencar ternyata sering menjadikannya alternatif.
Padahal jika dilihat secara benar-benar ajuan pinjol banyak digunakan untuk life style meski ada juga yang menggunakan untuk keseharian. Dengan iklan annual harian yang dianggap kecil membuatnya meremehkan besarnya pengembalian dan bunganya.
Ironisnya kondisi di masyarakat dan mahasiswa karena pinjol ini tak dijadikan pengalaman berharga. Berita Tribunnewswiki.com menyebutkan sebanyak tiga ribu mahasiswa baru UIN Raden Mas Said Surakarta diminta untuk mendaftar aplikasi pinjaman online (pinjol) dalam kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2023.
Penelusuran karena viralnya kejadian tanggal 4 Agustus 2023 ternyata Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Raden Mas Said Surakarta melakukan kerjasama sponsorship dengan marketplace dan pinjol untuk kegiatan festival budaya kampus (bisnis.tempo.com, 7/8/2023). Ketua panitia bahkan mengatakan dengan ringan hanya 2000 yang berhasil masuk dan selesai. Sedangkan yang 1000 gagal. Sungguh ironis nan nyesek dengan tanggapan yang dilontarkan. Doi mengganggap ringan 2000 orang yang terdaftar dalam agenda maba tersebut. Ya Rabbana....
Tentusaja jika orang tua mahasiswa UI tersebut marah dan kecewa dengan pembunuhan yang menimpa anaknya. Orang tua ABB pasti juga kecewa dengan pilihan sikap anaknya, termasuk keterlibatannya dalam pinjol. Itulah juga yang penulis rasakan dengan tanggapan sang ketua panitia. Meski dia anak orang lain tapi dia adalah aset umat Islam, anak umat Islam. Ah...ternyata begini sekarang idealisme mahasiswa ketika berhadapan dengan kenyataan dan kemajuan jaman.
Realitas yang harus diterima bahwa inilah kegagalan pendidikan generasi umat dan bangsa ini. Meski UIN adalah institusi Islam tapi pola kapitalisme liberal selalu lekat dilakukan untuk mendidik generasinya dalam perkuliahan. Adakah itu sama untuk institusi lain? Pasti juga sama karena penerapan sistem pendidikan kapitalisme sekuler ditanamkan secara nasional. Bahkan moderasi beragama yang dipasarkan lewat sekolah dalam rangka deradikalisasi sebenarnya juga meracuni benak generasi ini.
Pragmatisme yang ditunjukkan mahasiswa memanfaatkan platform jualan online dan pinjaman online adalah kemajuan jaman yang tak kuasa ditolak tanpa idealisme dan pemahaman yang shahih. Wajar bukan jika generasi sekuler mengambil pragmatisme?? Lalu kenapa jajaran rektorat malah mengancam dan menghukum untuk keberhasilan pendidikan sekuler tersebut?? Seharusnya dengan gentlemen dong diterima dan disanjung. Inilah fakta bahwa Islam tidak bisa dicerabut 100% dalam diri seorang muslim. Mereka tanpa sadar akan kembali dan kembali pada standar Islam.
Sejujurnya perlu kita akui bahwa yang menjadi kunci utama kesuksesan mendidik generasi adalah Islam, bukan yang lain. Telah dipahami bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh pemikirannya serta akidah yang dia anut, dan Islam telah terbukti memberikan pengaruh yang sangat besar bagi penganutnya. Sebagai contoh, dahulu bangsa Arab merupakan bangsa yang jahiliyyah dan bukan adidaya tetapi setelah mengenal Islam dapat mengalahkan bangsa Romawi dan Persia yang merupakan adidaya saat itu hingga kekuasaan Islam dapat menjangkau dua per tiga dunia.
Kegemilangan peradaban Islam adalah buah dari kekayaan tsaqofah Islam. Bahkan bisa dikatakan, tsaqofah ibarat tulang punggung bagi keberadaan dan keberlangsungan umat tersebut.
Di atas tsaqafah inilah suatu peradaban dibangun, ditentukan tujuannya serta dibedakan corak kehidupannya. Tsaqofah inilah yang menjadikan umat Islam memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi pembeda dari umat lainnya.
Maka kembalikan pendidikan negeri Islam ini dengan sistem pendidikan Islam yang akan sempurna pelaksanaannya dalam institusi Islam yaitu Daulah Khilafah Islamiyyah. Allahu Akbar!!