Endah Sulistiowati (Dir. Muslimah Voice)
Sudah menjadi hal lumrah di Indonesia, seseorang yang viral akan mendapatkan perhatian yang lebih oleh media. Kemudian seakan latah pemerintah pun turut andil untuk memberikan penghargaan. Bahkan berkembang di masyarakat sebuah pameo "No Viral, No Juctice".
Kita tentu masih ingat Zaskia Gotik, yang dijadikan duta Pancasila karena dia tidak hafalkan melafalkan sila-sila Pancasila dalam sebuah acara show di televisi. Yang baru-baru ini ada Farel, penyanyi dangdut koplo yang mendapatkan penghargaan dari presiden, dan banyak lagi.
Namun sebaiknya, sedikit sekali penghargaan bagi orang-orang pintar dengan berbagai hasil penemuan mereka. Justru mereka mendapatkan nilai miring, bahkan tidak dihargai sama sekali oleh negara.
Dari sedikit pendahuluan di atas ada beberapa poin permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
1) Bagaimanakah respon pemerintah terhadap beberapa penemuan putra-putri Indonesia?
2) Apa yang mendasari pemerintah kurang menghargai para penemu tersebut?
3) Apa yang seharusnya dilakukan oleh negara terhadap para penemu dan hasil penelitian mereka?
Respon Pemerintah Terhadap Hasil Penemuan Putra - Putri Indonesia
Tahun 2022 yang lalu, dunia penelitian dihebohkan dengan penemuan Nikuba. Untuk diketahui, Nikuba merupakan nama yang merupakan akronim dari 'Niku Banyu' atau 'Ini Air'. Nama ini kemudian digunakan pada sebuah alat inovasi baru yang diklaim mampu mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan.
Saat itu Aryanto penemu Nikuba, mengklaim Nikuba mempunyai cara kerja sangat sederhana. Nikuba mengandalkan generator elektrolisis yang mampu mengubah air menjadi energi mesin motor atau mobil. Air yang akan digunakan harus dipastikan tidak mengandung logam berat untuk bisa sesuai dengan mesin kendaraan.
Nikuba memisahkan Hidrogen (H2) dengan Oksigen (O2) pada air (H2O) melalui proses elektrolisis. Hidrogen yang sudah terpisah dari O2 kemudian masuk ke ruang pembakaran kendaraan sebagai bahan bakar pengganti BBM. Nikuba juga diklaim bisa menghemat konsumsi BMM yang semakin mahal harganya.
Hasil uji coba membuktikan, hanya butuh 1 liter air yang telah dikonversi menjadi hidrogen melalui proses elektolisis Nikuba untuk bisa menjalankan kendaraan pulang-pergi dari Cirebon ke Semarang.
Terlepas bahwa Nikuba ini memang masih butuh penyempurnaan - penyempurnaan, Ariyanto diundang ke Italia untuk presentasi di depan perusahaan Ferrari dan Lamborghini pertengahan bulan Juni 2023 lalu. Inilah awal penemuan Nikuba ini menjadi viral.
Kita juga masih mengingat Nicky Elson pencipta mobil listrik yang proyeknya bekerja sama dengan Dahlan Iskan. Mereka berdua, ingin jika Indonesia bisa memproduksi massal karyanya ini di Indonesia.
Namun, mimpi mereka harus terkubur lantaran mobil listrik buatan Ricky sempat dinyatakan tak lolos uji emisi. Hal ini pun membuat langkah mobil Selo untuk diproduksi masal semakin berat. Akhirnya proyek ini pun diambil alih oleh Malaysia.
Kemudian, tentu kita masih ingat pembuat televisi. Muhammad Muslim bin Amri alias Kusrin (41), warga Sukosari, Gondangrejo, Karanganyar, pembuat televisi rakitan sempat membuat heboh lantaran dirinya memproduksi hasil rakitan televisi dengan jumlah banyak dan diperjualbelikan secara bebas, khususnya di Solo dan sekitarnya. Karena belum memiliki izin merek dagang, kepolisian lantas menangkap Kusrin dan televisi hasil rakitannya sebanyak 161 unit, kemudian dimusnahkan oleh Kejaksaan negeri (Kejari) Karanganyar, yang merupakan barang bukti tindak kejahatan tersebut.
Itu baru sekelumit kisah orang-orang hebat dengan karyanya yang kurang beruntung. Karena tidak ada perhatian sama sekali oleh pemerintah. Bahkan yang terakhir, berujung pada penangkapan karena dikategorikan sebagai tindak kejahatan.
Sebenarnya Indonesia memiliki BRIN, Badan Riset dan Inovasi Nasional adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Indonesia melalui menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang riset dan teknologi. BRIN sendiri didirikan oleh Presiden Jokowi pada tahun 2019 lalu.
BRIN memiliki 3 tujuan, yaitu:
1)Terwujudnya temuan, terobosan dan pembaharuan ilmu pengetahuan dari hasil penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan, serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan dalam rangka peningkatan produktivitas dan daya saing, peningkatan kualitas lingkungan hidup dan ketahanan bencana, serta iklim (T1).
2) Terwujudnya sumber daya manusia, infrastruktur, fasilitasi dan pemanfaatan riset dan inovasi yang unggul dan kompetitif (T2) .
3)Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan di Badan Riset dan Inovasi Nasional yang baik dan bersih (T3).
Namun jika sikap yang ditunjukkan sebagaimana dalam menghadapi Ariyanto. Tentu saja tujuan BRIN didirikan jauh panggang dari api. Bahkan BRIN seperti kehilangan intelektualitas ketika akhirnya mau memberikan fasilitas kepada Ariyanto setelah Nikuba ini viral. Apa bedanya dengan netizen Indonesia?
Penyebab yang Mendasari Karya Penemuan di Indonesia Kurang Dihargai
Banyak karya ilmuwan Indonesia tidak dihargai oleh negeri sendiri. Sebaliknya, tak sedikit karya ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia justru dibayar mahal oleh negara lain.
Kepala Puspiptek Sri Setiawati mengatakan, salah satu penyebab fenomena itu terjadi karena perilaku konsumsi masyarakat Indonesia yang lebih melihat merek. Padahal, kualitas karya ilmuwan Indonesia relatif setara dengan negara lain.
Menurut Kepala Puspiptek Sri Setiawati, saat ditemui Metrotvnews.com di Puspiptek Innovation Festival 2017. Ada dua hal mengapa Indonesia kurang menghargai hasil karya ilmuwan Indonesia sendiri yaitu:
Pertama, masyarakat masih memandang merk
Sri mencontohkan perilaku konsumsi masyarakat Indonesia yang lebih mementingkan merek, yaitu pada kasus pepaya California. Buah yang memiliki daging berwarna oranye kemerahan itu sebenarnya merupakan hasil penelitian dan riset ilmuwan dari Institut Pertanian Bogor (ITB).
Kedua, masyarakat kita tidak mentoleransi kelemahan dari karya ilmuwan Indonesia.
Dia membandingkan kondisi di negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan. Di sana, warganya diharuskan menggunakan teknologi ciptaan ilmuwan mereka sendiri. "Terserah mau hasilnya jelek, tapi karena dipakai, jadi tahu kekuranganya dan dikembangkan menjadi lebih baik," kata Sri.
Oleh karena itu, Sri menyebutkan hal pertama yang harus dilakukan untuk mengembangkan teknologi Indonesia, yaitu memperbaiki mental konsumsi masyarakat. Selanjutnya, setiap warga harus mengutamakan penggunaan hasil iptek Indonesia ketimbang memakai produk impor.
Kepedulian seperti ini tentu tidak bisa jika tidak ada campur tangan pemerintah. Sehingga perlu edukasi struktural, bahwa bagaimana cara menghargai karya anak bangsa. Agar teknologi terus berkembang, dan kita bisa menjadi negara yang maju.
Strategi Negara Para Penemu dan Hasil Penelitian
Penemuan anak bangsa harusnya mendapatkan perhatian lebih oleh negara. Karena ini adalah bukti bahwa bangsa Indonesia juga memiliki ilmuwan-ilmuwan yang cerdas dan handal.
Sehingga negara perlu merekrut mereka memberikan pelayanan, fasilitas, dan bahkan dana, guna mengembangkan dan menyempurnakan hasil penemuan mereka. Apalagi jika hal tersebut bisa digunakan masyarakat luas.
Sudah kewajiban negara untuk membuat kebijakan yang memudahkan hidup rakyatnya sebab negara adalah raa’in (pengurus). Demikian pula kebijakan negara, akan berjalan dengan perencanaan matang yang melibatkan para ahli sehingga benar-benar membawa manfaat untuk rakyat dan aman untuk lingkungan.
Khatimah
Sudah saatnya Indonesia sebagai negara muslim terbesar bisa berdiri tegak di kaki sendiri. Sehingga negara perlu merangkul para ahli, ilmuwan, dan penemu, yang notabene mereka mampu mengembangkan kemampuan dan potensi mereka serta menghasilkan teknologi yang murah, mudah, dan bisa dinikmati masyarakat. Bergeser dari negara konsumen menjadi negara produsen, melangkah dari negara berkembang menjadi negara maju.
#LiveOppresedOrRiseUpAgaints
#Lamrad