Oleh: Septa Yunis
Game online masih menjadi candu di tengah masyarakat, terutama di kalangan muda. Berbagai jenis game yang menarik banyak ditawarkan. Dari yang gratis sampai berbayar mahal. Bagi pecandunya, rela merogoh kocek dalam demi sebuah game yang sedang digandrungi.
Salah satu game online yang digandrungi para pemuda saat ini adalah roleplay atau disingkat RP. Game roleplay adalah permainan di mana setiap peserta mengambil peran karakter, umumnya dalam latar fantasi atau fiksi ilmiah, yang bisa berinteraksi dalam dunia imajiner permainan. Permainan ini mendorong pemain untuk menjadi sebuah karakter, seringkali karakter yang sangat berbeda dari kepribadian pemain di kehidupan nyata dan seringkali tidak memiliki titik akhir.
Melansir dari Goodtherapy, Selasa (20/6/2023), game roleplay dapat dimainkan selama berjam-jam, berhari-hari, atau bahkan bertahun-tahun, dengan karakter yang berjejaring dengan orang lain untuk mengembangkan dunia virtual yang mungkin terasa lebih nyaman daripada dunia nyata.
Game tersebut bukanlah game baru. Namun baru booming lagi akhir-akhir ini, lantaran beredar video di media sosial seorang ayah tengah memarahi anak perempuannya yang sedang bermain game Roleplay atau RP di TikTok. Dalam video viral tersebut, bocah berusia 11 tahun itu kedapatan tengah melakukan roleplay. Terlebih, dia roleplaying bersama dengan orang yang tak dikenal.
Permainan ini tak lepas dari dampak negatif yang diakibatkan. Dampak negatif game roleplay yang paling nyata adalah mengalihakn karakter asli seorang pemain. Dalam roleplay, seseorang akan mengadopsi pesona baru dari orang lain yang diperankan. Hal ini jelas akan menjadi masalah pada beberapa orang.
Menukil laman Good Therapy, bukan tak mungkin jika kemudian seorang pemain merasa tak puas akan kehidupan nyatanya dan lebih tertarik pada karakter-karakter baru yang diperankan. Tak cuma itu, sebuah studi yang dilakukan oleh Brigham Young University juga menemukan bahwa permainan ini dapat mengganggu relasi pemain di dunia nyata. Hal yang hampir serupa juga diungkapkan oleh psikiater Lahargo Kembaren. Ia mengatakan bahwa roleplay, utamanya yang dimainkan oleh anak-anak, berisiko memicu gangguan kepribadian.
Sudah jelas sekali dampak negatif dari game tersebut. Namun sayang, gambaran dampak buruk yang terpapar seolah tidak cukup membuat masyarakat, terlebih pemuda Islam sadar bahwa mereka tengah diperbudak dengan permainan semacam ini. Parahnya, sedikitpun tidak pernah terbesit dalam pikiran mereka jika ini merupakan strategi Barat dalam merongrong Islam. Melemahkan pemuda pemudinya, bahkan anak anak muslim yang diharapkan menjadi harapan masa depan pun tidak luput dari target mereka.
Miris melihat generasi saat ini, selain darurat narkoba, generasi saat ini juga terancam darurat game online. Ini adalah akibat dari negara yang tidak bisa menjaga rakyatnya. Negara yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan masyarakatnya tidak peduli dengan dampak buruk yang diakibatkan dari game online. Yang mereka pikirkan hanya kesenangan dan keuntungan semata.
Lain halnya dengan peradaban Islam, teknologi akan membawa manfaat dan keberkahan karena adanya landasan keimanan. Dalam Islam, negara akan membentuk lingkungan yang baik bagi generasi. Memfasilitasi sarana atau teknologi untuk menunjang pendidikan
Game online dalam pandangan Islam terkategori sebagai hiburan. Statusnya boleh selama tidak mengandung unsur berbahaya, menampilkan aurat, unsur magis, judi, ado domba, dan berlebih-lebihan. (Yusuf Qardawi dalam buku Fiqhu al Lahwi wa al-Tarwihi)
Terkait game online, setidaknya harus ada 3 komponen yang saling bersinergi. Di lingkup keluarga, orang tua wajib melakukan pengawasan kegiatan anak sekaligus mematok batasan waktu. Perlu ditanamkan pula pemahaman secara continue mengenai fiqh prioritas yang mengajarkan anak ketepatan dalam memilih dan memilah jenis kegiatan.
Dengan begitu, anak akan mudah terkontrol. Karena masa muda adalah usia emas yang harus dimanfaatkan, dan dalam sistem Islam generasi muda akan difasilitasi untuk mengembangkan pengetahuan dan potensinya sehingga terwujudlah generasi penerus yang handal dan berkarakter yang dibutuhkan demi perubahan bangsa.[]