Program Sekolah Ibu, Mampukah Mengurangi Angka Perceraian dan Kenakalan Remaja?



Penulis : Dian ‘Aisyah Handayani (Praktisi Pendidik dan Pemerhati sosial, berdomisili di Bogor)


Saat ini, angka perceraian semakin tinggi dan  kenakalan atau kasus kriminal yang dilakukan oleh remaja pun marak terjadi. Ini tentunya memicu kegelisahan ditengah masyarakat. Tidak hanya itu,hal ini membuat sejumlah kalangan tergerak untuk memikirkan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut atau paling tidak mengurangi. 


Bisa kita lihat pada DataIndonesia.Id terdapat 516.344 kasus perceraian di Indonesia pada 2022. Jumlah tersebut meningkat 15,3% dibandingkan pada tahun sebelumnya sebanyak 447.743 kasus. Kemudian, dilansir dari CNN Indonesia bahwa angka kriminalitas 2022 naik 7,3 persen dari tahun lalu. Jika dirata-ratakan, ada 31,6 kejahatan setiap jamnya. Dan berdasarkan data KPAI pada tahun 2022 ada 226 kasus kekerasan fisik, psikis termasuk perundungan (kompas.com, 24 Juli 2022).


Salah satu solusi yang digagas oleh Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bogor, Yane Ardian adalah Program Sekolah Ibu. Sekolah Ibu ini sempat berjalan sebelum pandemi dan akan kembali berjalan. Harian Radar Bogor menyebutkan bahwa selama Sekolah Ibu beroperasi, Yane Ardian (istri Wali Kota Bogor), Sekolah Ibu berhasil menurunkan angka gugatan cerai di Kota Bogor. Dan dikatakan program ini juga berpeluang mengikis angka kenakalan remaja. Sekolah Ibu melatih dan mengedukasi para ibu mengenai perannya dalam keluarga, memberikan pemahaman persepsi perempuan dan laki-laki, hingga cara menghadapi suami dan anak. 


Tidak bisa dipungkiri, bahwa baik masalah perceraian maupun kenakalan remaja ini cukup meresahkan dan saling berkaitan. Menurut Kartono (dalam Sumara et al., 2017), Kenakalan remaja atau Juvenile Deliquency adalah suatu kondisi dimana remaja mengembangkan perilaku menyimpang sebagai akibat dari pengabaian sosial. Secara umum, Kenakalan remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor faktor tersebut diklasifikasikan berupa;


Faktor Internal (berasal dari dalam diri individu), yaitu krisis identitas dan kontrol diri yang rendah, kadang dipengaruhi faktor biologis atau hormonal. Peralihan dari masa kanak-kanak kepada dewasa. Bisa juga hal ini dipengaruhi pola asuh orang tua. Kemudian ada faktor Eksternal. Seperti Minimnya pemahaman moral, nilai dan norma, pengaruh lingkungan terdekat serta kurangnya perhatian keluarga. Terkait dengan faktor faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja, dapat diketahui bahwa secara garis besar, keluarga serta orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan individu. 


Dengan demikian maka ketika keluarga / peran orang tua tidak berfungsi dengan baik, maka kemungkinan akan timbul masalah atau hambatan dalam perkembangan remaja. Peran keluarga  orang tua yang kurang baik biasanya dilatarbelakangi oleh kondisi rumah tangga yang tidak harmonis. Ketidakharmonisan keluarga ini lah yang biasa disebut dengan Broken Home.


Kondisi Broken Home inilah memiliki hubungan yang signifikan pada kenakalan remaja. Ketidak nyamanan anak dengan kondisi dalam rumah mereka menjadi lebih dekat dengan lingkungannya. Maka jika yang mereka dapati adalah lingkungan yang rusak, inilah yeng berpeluang besar membentuk kepribadian dan pola pikir mereka. Apalagi tidak dibekali dengan pemahaman agama yang kuat. Korelasi inilah yang kemudian mencetuskan adanya sekolah ibu. Karena selain itu juga bahwa ibu dianggap sebagai komponen yang utama dalam pendidikan anak.


Jika kita mau berpikir lebih mendalam, kasus kenakalan remaja dan tingginya angka perceraian bukan hanya timbul dari permasalahan keluarga. Sesungguhnya ada penyebab lain yang mempengaruhi tingkah pola remaja saat ini yang sangat memprihatinkan. 


Arus liberalisasi dan budaya serba permisif dalam bingkai sistem ekonomi kapitalis yang membuat hidup rakyat jadi susah, tekanan tuntutan kebutuhan hidup kerap memicu keretakan dalam rumah tangga. Belum lagi budaya hedonisme dan konsumerisme yang semakin deras mendera masyarakat khusunya kalangan remaja.  Kebutuhan akan pakaian ‘branded’ makanan viral, pergaulan yang jauh dari norma agama. Begitupun sistem pendidikan yang mandul, menanamkan pemahaman moderasi juga sikap toleransi kebablasan.  


Yang semuanya bermuara pada sistem hidup sekuler kapitalisme liberal. Ini adalah konsekuensi dari kehidupan sekuler adalah liberalisme, yaitu pemahaman yang menganggap manusia mampu menyelesaikan urusan kehidupannya tanpa aturan atau bimbingan sang Pencipta. Membebaskan tingkah laku manusia bahkan sampai berperilaku layaknya hewan. Padahal, akal manusia lemah dan terbatas yang jika dibiarkan tanpa bimbingan wahyu akan mengantarkan pada kerusakan. Inilah akar bencana yang terjadi ditengah manusia saat ini.


Peradaban Barat yang memimpin saat inilah yang telah dikampanyekan ke seluruh penjuru dunia, terlebih ke negeri-negeri muslim sehingga mereka meninggalkan agamanya. Tujuan mereka hanya satu, yaitu menguasai dunia. Dengan propaganda bahwa hal itulah yang akan mendatangkan kebahagiaan.


Sebaliknya, Islam sebagai ajaran yang berasal dari wahyu Allah adalah satu-satunya agama yang mampu menyelamatkan generasi. Islam menjawab dan menyelesaikan seluruh persoalan manusia seluruhnya.


Aqidah Islam juga menjadi landasan amal seseorang yang akan mengantarkan pada bangunan rumah tangga yang kokoh. Orang tua yang memahami agama akan memandang dan memahami bahwa anak adalah amanah yang harus dijaga sehingga pengasuhan yang sebaik-baiknya. Fungsi ayah-ibu dikembalikan pada syariat, yakni ayah mencari nafkah, sedangkan ibu menjadi ummun wa rabbatul bait.


Dalam Islam, Ibu akan berperan optimal akan melahirkan generasi saleh yang cukup perhatian dan kasih sayang, memiliki hati yang lembut, dan menyayangi sesama. Contoh yang yang baik dari kedua orang tuanya akan membekali tingkah laku mereka. Hal tersebut yang menghasilkan generasi hebat pembangun peradaban cemerlang.


Ibu tentunya perlu  didukung oleh sistem yang shohih. Yang melahirkan kebijakan sistem ekonomi yang menyejahterahkan serta sistem pendidikan pun wajib berbasis Aqidah Islam. Pola sikap generasi akan sesuai dengan tuntunan aturan Islam. Sehingga pribadi islami akan terbentuk sedari dini. Mereka adalah generasi yang suka beramal saleh. 


Tidak hanya itu, ada sistem sangsi yang akan diterapkan bagi orang tua yang tidak optimal dalam menjalankan perannya. Misalnya jika ayah malas mencari nafkah, maka negara akan menegurnya, begitupun bagi anak yang melakukan pelanggaran. Kategorinya jika sudah mukalaf, mereka yang akil (berakal), balig (dewasa), dan mukhtar (melakukan perbuatan atas dasar pilihan sadar tanpa ada paksaan). Meskipun dibawah 18 tahun maka akan dikenai sangsi. Ketika perbuatan kriminal dilakukan oleh anak yang belum balig dan itu bisa terjadi misal karena walinya mengetahui, lalu membiarkannya, wali itulah yang akan mendapatkan sanksi. Namun, jika bukan karena kelalaian wali, wali dan anak tersebut tidak akan mendapatkan sanksi.


Ini juga menjadi perangkat pendukung dalam optimalnya  pencegahan kenakalan remaja. Kendati pun mereka “masih” remaja, hukuman bagi mereka sama dengan orang dewasa tersebab mereka telah akil balig. Adapun jika mereka masih anak-anak yang belum balig, mereka tidak akan dijatuhi sanksi pidana sebab mereka bukanlah mukalaf.


Sistem yang mampu menjalankan semua ini adalah sistem Khilafah. Sistem shohih yang dicontohkan Rasulullah SAW dan diteruskan oleh para kholifah sesudahnya dan bertahan kurang lebih 12 abad lamanya. Khilafah menjadi soko guru keluarga hingga kenakalan remaja dan perceraian bisa mendekati nol.


Sehingga, sekolah Ibu belum cukup untuk bisa menurunkan bahkan menuntaskan angka perceraian dan masalah kenakalan remaja. Demikian pula, akar permasalahan perceraian dan kenakalan remaja bukan hanya masalah kurang lihainya ibu atau ayah dalam menjalankan rumah tangga, masalah ekonomi saja atau kurang perhatian keluarga saja. Namun ini adalah buah dari penerapan sistem sekuler liberal. Dengan demikian, solusinya adalah beralih dari sistem sekuler liberal menjadi sistem  Islam akan mampu menghadirkan sosok generasi yang gemar beramal sholih serta pembangun penerus peradaban gemilang. []


*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم