MBKM, Gagal Atasi Masalah Utama Pendidikan

 


Ayu Fitria Hasanah S.Pd

(Pengamat Pendidikan & Generasi)


Pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki seseorang agar bisa bermanfaat dalam kehidupan, baik bagi dirinya sendiri atau pun bagi orang lain. Fokus utamanya adalah anak-anak didik menjadi orang-orang yang memberi manfaat bagi orang lain bukan membuat masalah. Karena itu, konsentrasi pendidikan tidak hanya sekedar menguasai suatu keterampilan, tetapi juga bagaimana agar para pelajar dan mahasiswa memiliki akhlak mulia sebagai landasan memanfaatkan ketrampilannya. Sebaliknya, jika terbentuknya akhlak mulia dihilangkan dari konsentrasi pelaksanaan pendidikan maka akan melahirkan banyak pelajar ataupun mahasiswa yang justru menjadi masalah bagi masyarakat dan bangsa. 


Seperti baru-baru ini terdapat mahasiswa dari Kabupaten Muna tertangkap sebagai pengedar narkoba, bahkan Kapolres Konawe meyakini bahwa pelaku tidak hanya satu orang, tapi pihaknya masih dalam pengembangan ( detiksultra, 31/05/2023). Tak hanya itu, di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar Sulawesi Selatan terjadi penganiayaan terhadap mahasiswa junior oleh mahasiswa seniornya. Dalam kasus ini, ada dua mahasiswa yang menjadi korban penganiayaan yakni EA, mahasiswa semester 4 Fakultas Pertanian dan AW, mahasiswa semester 4 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Aksi penganiayaan terhadap EA sempat terekam video hingga menjadi viral di media sosial (makassar.compas, 30/05/2023). Sudah menjadi rahasia umum bahwa merebaknya kasus-kasus penyimpangan, kriminal, asusila, kekerasan, narkoba, kebebasan seksual di tengah para pelajar atau mahasiswa sudah menjadi momok permasalahan yang semakin parah terjadi.


Mirisnya krisis akhlak tersebut terjadi pada anak-anak muda yang sedang menempuh pendidikan. bukankah ini menjadi pertanyaan besar, tentang bagaimana arah dan pelaksanaan pendidikan hari ini? mengapa berlangsungnya pendidikan selama ini tidak membangun terbentuknya akhlak mulia pada generasi? 


Jika diamati, kemendikbud sangat serius melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di berbagai kampus di Indonesia, MBKM menjadi konsentrasi pelaksanaan pendidikan hari ini dan digadang-gadang sebagai terobosan/gebrakan untuk mengatasi berbagai masalah mahasiswa, kampus/pendidikan. Namun ternyata jika didalami, program ini khususnya di perguruan tinggi memandang masalah utama pendidikan adalah output mahasiswa yang katanya minim skill sehingga tidak siap terjun dalam dunia kerja atau banyaknya mahasiswa yang sudah lulus tapi malah menjadi pengangguran sebab tak memiliki daya saing yang tinggi atau tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan pasar/industri. Sedangkan masalah krisisnya akhlak pada generasi sama sekali tidak menjadi konsentrasi, padahal ini adalah tujuan utama pendidikan. Wajarlah hari ini banyak kampus semakin sibuk membuktikan upaya sukseskan MBKM dengan mendorong para mahasiswanya mengikuti program-program MBKM seperti magang besertifikat, studi independent, dan sebagainya. Namun menutup mata dari aib besar pendidikan yakni masalah krisis akhlak generasi. 


Semakin rusaknya moral atau akhlak generasi cukup untuk menjadi bukti kegagalan MBKM dalam membentuk insan pendidikan yang seutuhnya. Apalagi dilihat dari spirit yang melatarbelakangi semangat program MBKM jelas adalah semangat meraih materi, dengan kata lain sebenarnya ini adalah bentuk kapitalisasi ilmu, juga kapitalisasi anak-anak muda yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan korporasi. Sesungguhnya ilmu terlalu berharga jika hanya difokuskan mencari keuntungan ekonomi. Pendidikan seharusnya ditujukan untuk membangun orang-orang yang berakhlak mulia, siap memimpin dan menguasai ilmu serta menjadi ahli. Menjadi problem solver bagi masalah yang ada di tengah masyarakat, bukan menjadi budak korporasi.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم