Marketplace Guru, What is That?



Ruby Alamanda 


Marketplace adalah platform di mana penjual berkumpul dan bisa menjual barang atau jasa ke pelanggan meski tanpa bertemu secara fisik. Kita sudah sangat familiar dengan berbagai aplikasi marketplace tersebut. Lalu jika marketplace itu adalah marketplace guru, bagaimana? 


Marketplace guru diartikan sebagai basis data (database) yang berisikan profil guru, yaitu mereka yang sudah dinyatakan lolos passing grade (PG) dalam seleksi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), tetapi belum mendapatkan formasi; atau lulusan pendidikan profesi guru (PPG) yang memiliki sertifikat pendidik.


Ide pembuatan marketplace guru dicetuskan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR pada 24 Mei 2023.


Pro kontra terjadi mengingat guru itu harusnya memiliki tempat yang tinggi dibandingkan barang dagangan, istilah marketplace cenderung membuat marwah guru berkurang.


Kita lihat betapa kerja guru amatlah berat, ibarat kata seperti membersihkan piring kotor. Bagaimana tidak guru dibayar rendah untuk membuat cerdas anak bangsa. Sedangkan artis dibayar mahal untuk merusak generasi bangsa. 


Sudahlah murid sekarang ini susah sekali untuk diatur, terlepas kondisi rumah dan lingkungan serta tayangan yang tidak ada filter dari penguasa. Ditambah mewujudkan guru baik terbaik profesional pun jadi susah.


Ditambah persoalan pribadi guru sebagai ibu rumah tangga, yang memikirkan sandang, pangan dan papan. Gaji yang tidak seberapa harus bisa ditata untuk memenuhi kebutuhannya, terutama pangan, yang setiap hari dibutuhkan oleh para guru beserta keluarganya. Jangankan untuk fashion untuk sekedar kenyang agar dapat menegakkan badan saja amatlah susah. Terutama bagi guru honorer.


Kita bisa bandingkan dengan jaman Rasulullah dahulu, Semua sahabat adalah Guru. Karena Islam hadir karena mereka. Diantara guru jaman Nabi yaitu Mus’ab bin Umair, Muad’z bin Jabal dan At-Tufail bin Amr. Mereka memiliki karakteristik yang mulia, mengikhlaskan ilmu untuk Allah, jujur, serasi antara perbuatan dan perkataan. 


Sedangkan bentuk penghargaan guru dapat kita lihat pada jaman Abbasiyah. Khalifah al Ma’mun memberikan tunjangan yang besar kepada para ilmuan dan guru di era Abbasiyah.


Bahkan di masa Amirul Mukminin Umar bin Khattab, beliau menggaji guru 33 juta perbulan. Begitulah Islam memuliakan guru, alih-alih membuat guru bingung, bimbang, stress. Justru Islam memuliakan dengan maksimal. 


Akankah kaum muslimin enggan mejadi guru jika terjadi kesulitan dalam mewujudkan cita-citanya? Jika kondisi tetap seperti ini? 


Sungguh perhatian Islam terhadap guru sangat keren luar biasa, sehingga guru dengan sangat mudah mendidik murid tanpa memikirkan lagi kesulitan hidup karena kehidupannya terjamin. Sehingga murid menjadi generasi penerus yang memiliki kepribadian Islam yang luar biasa.

Wallahu a’lam bissawab.[]




*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم