Kisruh Anggota Dewan Minta Jatah Haji


Oleh Ai Hamzah


Ramai dimedia televisi kehebohan anggota Dewan yang minta jatah haji. Tidak habis pikir memang, wakil rakyat yang seharusnya memikirkan rakyat malah sibuk sendiri meminta jatah untuk berhaji. Entahlah apa yang ada dipikiran para wakil rakyat ini sehingga bisa dengan mudah mengungkapkan hal tersebut. Sementara tidak mudah bagi rakyat untuk bisa menunaikan ibadah haji. 


Sebelumnya, Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebut Sekjen DPR RI Indra Iskandar meminta agar disiapkan 80 kursi kelas bisnis untuk anggota DPR berangkat haji ke Tanah Suci. Permintaan tersebut disampaikan oleh Irfan saat menghadiri rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (13/6/2023). Kompas TV, 5 Juni 2023


Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR Indra Iskandar sebelumnya mengungkapkan bahwa permintaan institusinya kepada Garuda Indonesia agar menyediakan 80 kursi kelas bisnis bertujuan untuk tugas pengawasan. Tiket itu untuk tim pengawas haji DPR ke Tanah Suci Mekkah, dalam rangka menjalankan tugas pengawasan, tidak gratis, namun dibayar penuh oleh Sekretariat DPR RI," kata Indra di Jakarta, Kamis. Vivaco.id, Jum'at 6 Juni 2023


Bagi seorang muslim ibadah haji adalah ibadah yang dicita-citakan. Karena ibadah haji ini termasuk ke dalam rukun Islam yang ke 5. Tentunya sebagai umat muslim ingin sekali menyempurnakan rukun Islam tersebut. Memang tidak mudah bagi rakyat untuk mewujudkannya. Mulai dari ongkos yang terus mengalami kenaikan bahkan pindah harga, kuota yang terbatas sehingga harus menunggu 10 sampai 20 tahun lamanya, bahkan bisa lebih dari itu, kesehatan yang harus benar-benar fit, perlengkapan haji yang tidak sedikit dll. Perlu perjuangan bagi rakyat ketika berniat ingin melaksanakannya. 


Sementara ini rakyat harus bersabar menunggu jatah keberangkatan haji. Akibat waktu menunggu yang terlalu lama, tidak sedikit rakyat yang tidak sempat menunaikan ibadah haji ini karena umur yang udzur bahkan karena umur yang sudah habis jatahnya. Ongkos yang terus naik bahkan kini pindah harga, membuat umat muslim harus menabung dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Bahkan dengan berat hati menghapus cita citanya untuk melaksanakan ibadah haji. 


Tidak cukup kah penderitaan rakyat saat ini? Sungguh anggota Dewan meminta jatah haji ini membuat rakyat semakin luka. 80 orang bukan jumlah yang tidak sedikit. Sementara rakyat harus lama menunggu, tapi dengan mudah mereka menyampaikan itu tanpa hati nurani. Seharusnya mereka yang bisa memudahkan dalam rangka ibadah haji ini. Dengan ongkos yang murah, kuota banyak, sehingga cita cita rakyat untuk ibadah haji akan mudah terlaksana. Jadi sebenarnya untuk siapa mereka ada? 


Kepemimpinan Dalam Islam


Siyasah atau politik dalam Islam memiliki tujuan yang mulia, seperti disampaikan oleh Imam Mawardi dalam Kitabnya Al-Ahkam As-Sulthaniyah, "Kepemimpinan adalah posisinya sebagai pengganti Nabi dalam menjaga agama dan mengatur dunia. Mengangkat pemimpin umat hukumnya adalah wajib secara ijma". Dari teks Imam Al-Mawardi ini, jelas tujuan politik dan mengangkat pemimpin dalam Islam adalah untuk menjaga kemurnian Agama dan mengatur dunia untuk kemaslahatan umat. 


Syaikh al-Khathib al-Baghdady dalam kitabnya “Tarikhu Baghdad” (10/187): bahwa diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., Nabi SAW pernah bersabda:“Seorang pemimpin adalah “pelayan” bagi masyarakat atau orang yang dipimpinnya.”


Penjelasan Allah dalam Al-Quran dalam surat Yusuf yang Artinya: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi amanah pada posisi kami. Yusuf berkata: Jadikan aku bendaharawan negara (Mesir) sesungguhnya aku adalah orang-orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” (QS. Yusuf: 54 – 55).


Mengambil Kebijakan Untuk Kemaslahatan Umat atau kepentingan umat adalah hal penting. Hal ini sesuai dengan salah satu Qaidah Kulliyyah (norma hukum universal) “Kebijakan pemimpin harus bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi masyarakat.”. Sehingga, setiap perilaku dan kebijakan pemimpin wajib diorientasikan untuk kemaslahatan bangsa dan masyarakat, bukan kemaslahatan diri maupun kelompoknya semata.Senada dengan makna kaidah di atas, dalam kitab Asybah wa an-Nazhair, Imam As-Suyuthi berkata, bahwa Imam as-Syafi’i menyatakan, “Posisi seorang pemimpin atas rakyatnya adalah seperti posisi seorang wali terhadap anak yatim.


Peduli, Bekerja, dan Memiliki Rasa Kasih Sayang adalah sikap sikap yang harus dimiliki oleh pemimpin. Sikap-sikap yang mulia ini adalah sifat tauladan dari kepemimpinan Rasulullah Saw.  sebagaimana disebutkan dalam al-Quran: “Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri; begitu berat dirasakan olehnya penderitaan kalian; ia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian; dan ia amat mengasihi dan menyayangi orang-orang mukmin.” (QS. at-Taubah: 128).


Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. dalam hadis Shahih, yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abdullah bin ‘Amru: “Sayangilah orang-orang yang ada di bumi, maka yang di langit pun akan menyayangi kalian.” (HR. Al-Bukhari).


Begitulah Rasulullah mengajarkan kepada umatnya. Dan Islam telah mengatur semuanya. Cukuplah yang menjadi contoh Rasulullah Saw dan para sahabatnya ketika menjadi seorang Khalifah. Betapa dibawah naungan seorang Khalifah umat akan hidup damai dan sejahtera. Apalagi itu yang berkaitan dengan ibadah. Hanyalah Islam yang membuat umat hidup sesuai dengan fitrahnya. Karena Islam adalah Rahmatan Lil Aalamiin.


Wallahu alam.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم