Oleh Diyani Aqorib S.Si.
(Aktivis Muslimah Bekasi)
Banyak pasangan yang mendambakan kehadiran seorang anak dalam kehidupan rumah tangga. Tanpa kehadirannya hidup terasa hampa. Bahkan, tidak sedikit dari pasangan tersebut yang rela menjalani berbagai terapi ataupun program kehamilan demi bisa memiliki keturunan. Namun, apa yang terjadi di Bekasi belakangan ini justru sangat memilukan. Terjadi banyak kasus pembuangan bayi ataupun janin yang kondisinya begitu mengenaskan.
Seperti yang dilansir dari medcom.id, 25/5/2023, ditemukan sesosok jasad bayi di pinggiran Jalan Sultan Hasanuddin, Desa Tambun, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Senin, 24 Mei 2023. Adalah SNT seorang pemulung yang secara tidak sengaja menemukan kantong berbahan kain berwarna hijau dalam keadaan terikat. Setelah mencoba membuka, betapa terkejutnya dia melihat sesosok jasad janin bayi. Penemuan tersebut langsung dilaporkan kepada Ketua RT setempat dan selanjutnya diteruskan ke petugas Binmaspol Polsek Tambun.
Kasus pembuangan bayi ini bukanlah yang pertama. Sekitar kurang dari dua minggu sebelumnya telah ditemukan bayi berjenis kelamin perempuan di tepi jalan Masjid Al-Futukh, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi pada Senin (15/5). Bayi ditemukan masih dalam keadaan hidup dan sehat. Diduga bayi tersebut dibuang setelah beberapa jam dilahirkan. Karena masih terdapat tali pusarnya. Penemuan itu bermula saat saksi bernama Musa Sulaeman berjalan di sekitar lokasi pukul 05.00 WIB. Ketika itu ia menemukan seorang bayi yang terbungkus kain di dalam kardus. Setelah memanggil saksi lain, mereka segera membawa bayi tersebut ke RS. Karya Medika II, Tambun untuk diberikan pertolongan. (kompas.com, 28/5/2023)
Terkait banyaknya kasus temuan buang bayi di daerah Bekasi, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Bekasi, Ani Gustini mengatakan kasus pembuangan bayi di Kabupaten Bekasi meningkat selama tahun 2023. Kasus serupa pernah terjadi satu kasus sepanjang tahun 2022. Namun, jumlahnya meningkat hingga Mei 2023 sebanyak 6 kasus. Semua bayi yang ditemukan dalam kondisi hidup langsung dibawa ke RSUD atau rumah sakit terdekat guna diperiksa kesehatannya. (bekasimedia.com, 8/5/2023)
Akar Masalah
Menanggapi maraknya kasus buang bayi di Bekasi, DP3A Kabupaten Bekasi sudah memiliki sejumlah program pencegahan. Agar kekerasan dan pelecehan terhadap anak dapat dikikis. Pelaksanaan program ini juga bekerja sama dengan dinas-dinas terkait. Seperti Dinas Pendidikan yang mensosialisasikan program tersebut ke sekolah-sekolah dan _door to door_. Sementara terkait pernikahan dini DP3A menjalin kerjasama dengan Kementrian Agama dalam hal surat rekomendasi.
Jika dilihat dari program-program yang dijalankan DP3A jelas tidak menyentuh akar masalah yang sebenarnya. Karena program-program yang bersifat edukasi nyatanya tak mampu mencegah terjadinya kasus pembuangan bayi. Sehingga bisa disimpulkan kejadian serupa bisa terulang kembali di tahun-tahun yang akan datang. Oleh karena itu akar masalah ini harus ditangani dengan serius, komprehensif, dan tuntas.
Lalu, apa yang menjadi penyebab utama banyaknya kasus pembuangan bayi? Mengapa bayi-bayi itu seakan tidak diinginkan kelahirannya? Banyak faktor yang dapat memicu hal tersebut. Diantaranya faktor pendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan seseorang akan memengaruhi pemahamannya tentang pengurusan anak ataupun ilmu parenting. Dalam sistem pendidikan saat ini pun para generasi muda tidak disiapkan untuk menjadi orang tua. Sedangkan di sisi lain, gempuran pemahaman dan budaya Barat yang dilandasi asas liberalisme atau kebebasan terus meracuni pemikiran para pemuda. Akibatnya para pemuda terjerumus dalam pergaulan bebas. Interaksi antar lawan jenis tidak terjaga. Nilai-nilai agama dibuang begitu saja. Akhirnya banyak terjadi kehamilan di luar nikah yang salah satunya menjadi penyebab terjadinya pembuangan bayi.
Faktor penyebab lainnya adalah faktor ekonomi. Kondisi ekonomi yang semakin sulit tak jarang membuat para pelaku gelap mata, sehingga tega membuang buah hatinya sendiri. Hal ini disebabkan timbulnya rasa kekhawatiran yang sangat besar akan ketidakmampuan untuk membiayai hidup sang anak.
Kedua faktor di atas adalah akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler yang menyebabkan jauhnya masyarakat dari pemahaman agama. Termasuk sistem ekonomi kapitalis yang menjadikan masyarakat termiskinkan secara terstruktur. Akibat beban biaya hidup seperti berbagai macam pajak, listrik, pendidikan, kesehatan, serta harga-harga bahan-bahan pokok yang terus merangkak naik. Sedangkan di sisi lain, masyarakat semakin sulit memperoleh pekerjaan yang layak. Maka, hal inilah yang menimbulkan kemiskinan secara sistemis.
Oleh karena itu diperlukan solusi yang menyeluruh yang dapat menyelesaikan masalah pembuangan bayi.secara tuntas sampai ke akarnya. Sistem yang telah terbukti selama hampir 13 abad dapat menyelesaikan berbagai problematika umat manusia adalah sistem syariah Islam kaffah.
Solusi Islam
Islam sebagai agama dan aturan hidup memiliki solusi untuk semua problematika umat manusia. Semua aturan tersebut diterapkan dalam sistem pemerintahan yang disebut Khilafah. Seperti halnya kasus pembuangan bayi. Dalam sistem Khilafah sangat kecil kemungkinan terjadi kasus seperti ini. Karena semua pintu yang dapat menyebabkan terjadinya pembuangan bayi akan ditutup. Seperti pengaturan interaksi antara laki-laki dan perempuan yang diatur sedemikian rupa sehingga mencegah terjadinya perzinaan.
Begitu juga masyarakat tidak akan dibebani dengan berbagai macam biaya. Karena segala fasilitas yang berkaitan dengan kepemilikan umum akan dibiayai oleh negara. Seperti pendidikan, kesehatan, listrik. Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir tidak dapat membiayai anak-anaknya. Dengan begitu tidak akan terjadi kasus pembuangan bayi seperti di dalam sistem kapitalisme sekuler saat ini.[]