Oleh Ramsa
Masih ingat ratusan mahasiswa universitas ternama terjerat kasus pinjaman online (pinjol) yang nilainya mencapai 600 jutaan, kasus yang viral di bulan Desember tahun 2022 lalu. (CNBC Indonesia, 20 Desember 2022). Kini pemerintah sendiri yang mengajukan adanya program bantuan kepada mahasiswa berupa dana pinjaman.
Dana pinjaman yang disebut sebagai student loan. Dalam bahasa sehari-hari disebut kredit pendidikan. Kredit pendidikan adalah mekanisme atau program pinjaman yang ditawarkan pemberi kredit pada mahasiswa perguruan tinggi. Pinjaman atau kredit ini harus dilunasi saat mahasiswa penerima kredit lulus dan bekerja.
Siapa yang tak senang bila dapat uang dengan mudah, walau itu berupa pinjaman. Di zaman yang serba sulit ini, banyak pihak menganggap bahwa pinjaman adalah solusi terbaik mengatasi masalah keuangan. Begitupun bagi mahasiswa berbagai pinjaman yang menggiurkan jadi sarana untuk bisa melanjutkan kuliah.
Di negeri ini ada ratusan penyedia jasa pinjaman online bagi mahasiswa. Diantaranya bank BRI, BTN, Mandiri dan banyak lembaga lainnya. Bahkan Universitas Sampurna sudah menyiapkan dana besar bagi yang mau meminjam. Di dunia ada banyak kampus yang sudah menerapkan kredit pendidikan bagi mahasiswanya yakni Amerika, Inggris, Australia, korea selatan hingga Malaysia.
Student Loan Buah Mahalnya Pendidikan
Tak dimungkiri bahwa banyak mahasiswa tergoda student loan baik berupa pinjaman online atau pinjaman bank non online, karena mahalnya biaya pendidikan. Terutama biaya masuk pendidikan tinggi atau masuk universitas. Mulai dari mahalnya uang kuliah tunggal atau UKT, SPP, dana praktikum, PPL dan berbagai kebutuhan lainnya. Tentu saja bagi yang punya keinginan sekolah dan berpenghasilan pas-pasan akan menjadikan kredit pendidikan ini sebagai solusi.
Namun perlu dipertanyakan adalah dari mana mahasiswa ini akan membayar kredit jika mahasiswa bersangkutan notabene belum berpenghasilan sedangkan orang tuanya juga berpenghasilan pas-pasan? Di mana peran negara dalam membiayai dan mencerdaskan kehidupan bangsa? Bukankah negara kita punya banyak kekayaan yang layak dimanfaatkan untuk membiayai pendidikan?
Mahalnya biaya pendidikan mulai dari level SMA apalagi perguruan tinggi mengindikasikan lepas tangannya pemerintah dalam mensupport pendidikan berkualitas di negeri ini. Pemerintah hanya menganggarkan 20 persen dari APBN bagi biaya pendidikan dan gaji pendidik. Tanpa pernah menghitung secara real berapa kebutuhan dana untuk siswa dan mahasiswa, berapa dana untuk sarana dan prasarana sekolah, juga berapa dana yang layak dan mensejahterakan bagi guru dan tenaga pendidikan di Nusantara.
Tentu tak sedikit jumlahnya karena banyaknya jumlah penduduk. Namun, bukan berarti negara abai dari pemenuhannya. Dalam sistem kapitalisme saat ini yang diterapkan di negara kita pemerintah hanya hadir sebagai regulator agar pendidikan bisa berjalan, terlepas apa pun caranya. Bahkan negaralah yang menganjurkan penduduknya untuk berutang, sungguh tak bertanggung jawab.
Pendidikan Murah Dengan Output Unggulan Bisakah?
Pemerintah berpendapat bahwa digulirkannya program student loan ini sebagai solusi bagi masyarakat kurang mampu, agar tetap bisa mengenyam pendidikan. Sehingga mahalnya biaya pendidikan akan lebih ringan jika di cicil. Namun, apakah tidak dipikirkan bahwa di sisi lain program ini jadi masalah, terutama soal bagaimana jika tidak bisa dibayar? Kalau sudah lulus kuliah tapi belum bisa dapat pekerjaan? Atau lebih miris, ada juga kemungkinan yang mengarah pada pemanfaatan program ini sekedar untuk lifestyle ala sultan. Miris sekali.
Jika pendidikan dibiayai utang, dan setelah lulus mesti berjuang untuk membayar utang, lalu kapan mahasiwa akan berpikir tentang umat? Peran mahasiswa sebagai agen perubahan akan semakin mandul. Bagaimana nasib kepemimpinan di negeri ini? Yang ada hanya pikirkan segera lulus, segera kerja agar bisa bayar hutang. Mahasiswa, pemuda hanya akan jadi budak kapitalisme, hidup untuk mengumpulkan materi, mengejar dunia dan jauh dari tugas mulianya sebagai khalifah di muka bumi. Yang semestinya ikut aktif memperjuangkan tegaknya aturan Allah di muka bumi. Dan pemuda atau mahasiswalah yang pantas mengambil tempat di barisan terdepan.
Pendidikan merupakan hak kolektif setiap penduduk. Di bidang pendidikanlah yang akan banyak menyumbangkan kecemerlangan peradaban suatu bangsa. Maka sebuah upaya cerdas mestilah diupayakan dengan sungguh-sungguh agar dunia pendidikan bisa menghasilkan output unggulan. Maka kebangkitan dunia pendidikan dimulai dari memadainya dana untuk sistem pendidikan. Layaknya gaji guru, murahnya biaya pendidikan, dengan sarana dan prasarana canggih dan teknologi baru, ruang penelitian yang memungkinkan siswa berkreasi sehingga tercipta siswa siswi berkepribadian Islam dan handal dalam teknologi.
Siswa maupun mahasiswa tidak perlu disibukkan dengan biaya pendidikan atau pembayaran ini itu, karena ada pemerintah yang sudah menyediakan dana sesuai kebutuhan siswa dan mahasiswa orang perorang. Ada beasiswa yang banyak yang disediakan oleh negara bahkan perorangan untuk menggairahkan para pencari ilmu, juga penghargaan yang terbaik bagi pemilik ilmu semua difasilitasi secara penuh oleh negara. Penuntut ilmu di semua level pendidikan akan bisa konsentrasi belajar ilmu agama dan ilmu dunia sehingga tetap bisa berperan aktif dalam dakwah. Ilmu dunia dicari semata untuk bisa memberi solusi masalah kehidupan dan tetap berkorelasi dengan ketaatan pada sang Khalik.
Buah pendidikan gratis atau pendidikan murah berkualitas ini telah ditorehkan dalam sejarah emas peradaban Islam. Hasilnya banyak generasi emas yang terlahir. Sebut saja Imam Ibnu Sina dengan kitabnya al Qanun fii at tibb yang hingga hari ini masih bermanfaat dalam dunia kedokteran di belahan bumi barat dan timur. Beliau lahir dan besar dalam masa peradaban Islam dan merasakan pendidikan murah berkualitas di masa kekhalifahan Abasiyyah. Di zamannya seorang pemilik kitab akan mendapatkan bayaran emas seberat kitab yang ditulisnya. Kita juga mengenal nama Muhammad bin Musa Al Khawarizmiy sang penemu angka nol. Beliau lahir di Khawrizmi dan wafat di Baghdad tahun 780 M (wikipedia). Beliau tumbuh besar dan merasakan hidup dalam sistem pendidikan Islam dengan hasil luar biasa. Ilmunya di bidang matematika aljabar sudah mendunia, beliau juga ahli astronomi, astrologi, dan geografi.
Maka pendidikan layak dan terjangkau dalam sistem Islam akan memicu siswa dan pendidik berprestasi sehingga menunjang peningkatan kualitas di bidang pendidikan, ketersediaan dana pendidikan dan memadainya sarana dan prasarana penunjang akan melahirkan generasi unggul. Negara benar-benar hadir dalam mewujudkan pemerataan kualitas pendidikan di semua level. Dana pendidikan disediakan oleh negara dari pos pendapatan negara, baik dari sumber daya alam, perdagangan, dan ghanimah.
Beberapa hadis yang jadi motivasi dalam bidang pendidikan yakni :
Artinya: "Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR Thabrani).
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Muslim, no. 2699).
مَنْخَرَجَفِىطَلَبُالْعِلْمِفَهُوَفِىسَبِيْلِاللهِحَتَّىيَرْجِعَ
Artinya: "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang," (HR Tirmidzi).
. تَعَلّمُواالعِلْمَ وَتَعَلّمُوْا لِلْعِلْمِ السّكِيْنَةَ وَالْوَقَا رَ وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَتَعَلّمُوانَ مِنْهُ
Artinya: "Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya." (HR Thabrani).
Wallahu A’lam. []