Oleh: Hikmatul Mutaqina
Kasus penganiayaan generasi muda terulang kembali. Kali ini pelakunya adalah anak pejabat pajak Mario Dandy Satriyo yang dilakukan terhadap putra petinggi GP Ansor Jonathan Latumahina, David. Penganiayaan secara brutal oleh Mario ini terjadi di sebuah perumahan di Pesanggarahan, Jakarta Selatan, Senin (20/2) sekitar pukul 20.30 WIB.
Penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy kepada putra pengurus GP Ansor bernama David setidaknya juga melibatkan dua gadis yang usianya masih cukup belia. Dua gadis berinisial A dan APA itu diduga kuat ikut terlibat dengan memprovokasi.
Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengatakan bahwa Dandy melakukan penganiayaan terhadap David lantaran ingin melampiaskan amarahnya setelah mendapatkan informasi dari teman wanitanya. Bahwa teman wanitanya tersebut mendapatkan perlakuan kurang mengenakkan dari David.
Pasalnya kejadian semacam ini makin menjamur di negeri ini. Kasus perkosaan ramai-ramai kepada siswi SMP di Bone yang berakhir kematian bulan februari ini turut menambah deretan kasus kerusakan generasi.
Kurikulum sekolah yang bertujuan mencetak generasi berakhlak dan beradab agaknya masih akan terus dipertanyakan. Berkali-kali berganti, juga semangat moderasi bergama dan pendidikan Pancasila akankah bisa mengakhiri krisis moral generasi?
Pendidikan terintegrasi
Moral generasi erat dengan pola pendidikan yang dapatkan. Sejak dalam kandungan sejatinya generasi sudah bisa merasa apa yang di sekitar mereka. Orang tua menjadi peletak pondasi pertama, menentukan coretan seperti apa yang hendak mereka inginkan. Akan kah menjadikan anaknya Nasrani, Yahudi, Majusi atau Islam begitulah sabda Nabi kita. Pola asuh orang tua menentukan kepribadian buah hati.
Selain itu sekolah juga memiliki peran dalam pendidikan generasi. Kurikulum pendidikan mencerminkan arah dan tujuan pendidikan. Sementara permasalahan di dunia pendidikan juga masih menjadi polemik. Tiga dosa besar pendidikan antara lain perundungan, intoleransi, dan kekerasan seksual menjadi latar belakang visi pendidikan terus berganti mencari solusi.
Sejatinya permasalahan generasi juga dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat yang serba bebas dan hedonis. Sistem aturan kenegaraan yang menganut ideologi liberal kapitalisme menjadi penyumbang andil terbesar deretan problematika generasi. Mereka tidak lagi hanya belajar dari orang tua dan guru tetapi juga berbagai fenomena kehidupan yang serba bebas, menuhankan hak asasi manusia. Hawa nafsu individu berlomba-lomba harus dipenuhi dan diakui. Tidak lagi pelajaran akhlak dan adab yang dijadikan dasar, apalagi keimanan yang menentukan halal dan haram.
Penyebab sekulerisme
Ideologi kapitalisme liberalisme yang berkembang saat ini di dunia menjadikan akidah sekuler sebagai asas kehidupan. Tidak lagi agama yang menjadi panutan, tetapi akal dan hawa nafsu manusia yang menjadi tuhan.
Akibat sekulerisme menjadikan pendidikan agama di sekolah sebatas ritual semata, bahkan hanya diberi waktu 2 jam dalam seminggu pada sekolah umum. Sementara di madrasah, pelajaran agama juga diajarkan secara tidak mendalam.
Tak ayal, generasi produk pendidikan saat ini lebih mendahulukan emosi dan keakuan dirinya dibandingkan takut akan dosa. Berpendidikan tinggi, pintar tapi emosional dan reaksional. Sedikit masalah sudah main jotos tanpa berpikir panjang. Tidak jarang pula yang berujung kematian.
Selama sekulerisme masih menjadi landasan, kehidupan akan semakin tak karuan. Generasi serba bebas menyalurkan hawa nafsu, media sosial menjadi tempat pelampiasan. Bahkan seakan menggantikan pengajaran. Segala hal bebas diakses lewat medsos, akibatnya generasi makin amburadul.
Islam menjaga akhlak generasi
Agama tak dapat dipisahkan dari kehidupan. Islam menjadikan kehidupan sebagai jalan untuk meraih pahala sebagai bekal di kehidupan akhirat. Akidah Islam mewajibkan bagi setiap muslim untuk terikat dengan aturan syariat. Sehingga akhlak adalah hasil keterikatan manusia kepada aturan Sang Khaliq tatkala dirinya mengimani keberadaannya.
Orang tua menjadikan pola asuh anak dengan pendidikan Islam. Begitupun dalam pendidikan di sekolah, diajarkan akidah dan tsaqofah Islam dari sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Kebijakan negara mengacu pada hukum-hukum Islam. Sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang islami. Demikianlah Islam senantiasa menjaga setiap sistem dalam kehidupan berakhlak dan beradab sehingga generasi Islam memiliki pola pikir dan pola sikap yang benar sesuai petunjuk Al-Qur'an dan As-sunah.[]