Oleh : Anita Humayroh
Tak dapat dipungkiri, yang namanya manusia itu pasti membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya, itulah mengapa manusia disebut makhluk sosial. Disaat hari merasa bahagia, seseorang membutuhkan tempat untuk berbagi kebahagiaan yang dimilikinya, dan pada saat manusia merasa sedih dan kecewa, seseorang pasti membutuhkan teman yang dapat menjadi tempat meluapnya emosi yang terpendam dalam dada.
Dalam sistem yang menganut paham kapitalis saat ini, hubungan dibangun hanyalah berasaskan manfaat semata. Selama hubungan itu menghasilkan manfaat satu sama lain, simbiosis mutualisme, maka hubungan tersebut akan tetap langgeng dan bertahan lama. Namun sebaliknya, jika hubungan tersebut tidak menghasilkan manfaat atau bahkan merugikan sebelah pihak, maka ukhuwah yang dibangun akan sia-sia atau bahkan saling menjatuhkan satu sama lain.
Banyak kita temui dalam kehidupan bermasyarakat, perpecahan yang terjadi dikarenakan adanya masalah receh yang sebenarnya sepele. Ada juga beberapa kasus yang berakhir bahkan sampai hilangnya nyawa seseorang dikarenakan kesalahpahaman antara mereka dan tidak adanya keterbukaan. Ini merupakan salah satu contoh hubungan yang rapuh dan akan mudah untuk hilang atau bahkan menjadi senjata makan tuan bagi si penganutnya.
Sistem liberalisme yang dianut oleh bangsa kita saat ini menjadikan setiap insan yang hidup didalamnya memiliki paham kebebasan dan cenderung individualis. Paham kebebasan inilah dan dijadikan pijakan bagi seluruh aktivitas atau amalan keseharian mereka. Begitupun dalam menjalin sebuah ikatan, mereka yang menganut paham liberalisme ini, akan bebas dalam menentukan tujuan utama dari aktivitas sosial mereka. Dengan siapa mereka bersosialisasi, bagaimana cara mereka bersosialisasi, sampai pada tahap seluruh aktivitas sosial mereka dijadikan bahan untuk menghasilkan pundi-pundi uang, jadilah mereka orang-orang yang memiliki kegersangan hati dan juga empati. Sungguh, ini sangatlah jauh dari harapan Rasulullah Saw kepada kita, ummatnya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم menekankan pentingnya menjaga persaudaraan terutama bagi sesama muslim. Persaudaraan ini hanya bisa diwujudkan jika sesama muslim saling menyayangi dan mengasihi. Sebagaimana sabda beliau berikut:
عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه مسلم)
Dari An-Nu'man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: 'Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR Muslim No 4685)
Ikatan inilah yang seharusnya dipakai oleh seluruh umat Islam dalam membangun sebuah ikatan. Yaitu ikatan Aqidah. Dan nantinya ikatan Aqidah inilah yang akan menguatkan posisi umat Islam dalam mengemban dakwah kemenangan Islam ke seluruh penjuru bumi.
Semangat yang bergelora dalam diri para aktivis para pejuang Islam harusnya terus menyala dengan adanya sebuah ikatan suci dan sangat kokoh.
Hanya Islamlah yang dapat menyatukan ikatan seluruh kaum muslim saat ini, dengan ikatan yang sangat kuat. Yaitu ikatan Aqidah yang senantiasa mengagungkan keEsaan Allah SWT sebagai Tuhan yang berhak mengatur seluruh urusan kehidupan manusia. Dan dengan dakwah itulah, harapan terwujudnya kembali Islam secara total dan menyeluruh akan tetap terlaksana dan menjadi satu-satunya jalan keluar dari setiap permasalahan yang yang ada.
Wallahu alam bisshowaab.[]