Ibu Pengajian, Anak Ditelantarkan?



Oleh: Hikmatul Mutaqina


Kembali viral kata-kata menohok dari  Ketua Dewan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Soekarnoputri yang menanyakan nasib anak-anak jika sering ditinggal ibunya pergi ke pengajian. Pidato Megawati itu terucap saat ia menjadi pemateri dalam Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakan: 'Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana' di Jakarta Selatan pada Kamis (16/2/2023).


Dia mengaitkannya dengan aktivitas keagamaan kaum ibu yang waktunya tersita untuk pengajian sehingga lupa mengurus anak. Alhasil, ia sampai berpesan agar kaum ibu bisa membagi waktu agar waktunya tidak habis untuk pengajian dengan melupakan asupan gizi anak.


Megawati juga menginstruksikan kepada dua menteri yang mengurusi ibu-ibu dan stunting, yaitu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati alias Bintang Puspayoga dan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini untuk mengatur waktu ibu-ibu, supaya tidak terus mengikuti pengajian karena sampai melupakan asupan gizi anak.


Sungguh pernyataan ngawur mengaitkan pengajian dengan kasus stunting. Kalau ditelisik lebih lanjut, pernyataan tersebut bisa masuk dalam kalimat penodaan agama Islam. Mengkaji Islam dalam majelis ilmu merupakan kewajiban bahkan faidahnya akan mempermudah jalan ke surga bagi para penuntut ilmu. Begitu pun seorang Ibu juga memiliki kewajiban menanamkan aqidah Islam kepada anak-anaknya sebagaimana firman Allah dalam surat Al-baqarah ayat 132 yang artinya:


"Dan Ibrahim mewasiatkan  (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. "Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim."


Demikianlah Islam mengajarkan berbuat baik kepada keluarga, mewajibkan kaum ibu menjaga dan mendidik anaknya dengan ajaran Islam. Tidak pernah sekalipun Islam menyuruh untuk menelantarkan anak. Justru dengan datang pengajian, ibu akan semakin cerdas dalam mengatasi permasalahan hidup saat ini. Seperti kemiskinan, pergaulan bebas, perselingkuhan, pengangguran, krisis moral yang melanda generasi, dsb.


Tentu ibu yang bijak akan memperhatikan kesehatan dan keamanan anak ketika harus meninggalkan anak untuk pergi menuntut ilmu. Bahkan jika hanya sekedar datang ke pengajian 2 atau 3 jam. Mirisnya, banyak para ibu yang harus meninggalkan anaknya untuk mencari penghasilan demi tercukupi kebutuhan keluarga. Lantas bagaimana nasib anak mereka?


Deretan permasalahan imbas penerapan ideologi kapitalisme yang mengagungkan materi sebagai sumber kebahagiaan. Meninggalkan banyak fakta kelam rapuhnya keluarga. Kaum ibu yang sejatinya berperan mendidik anak mereka dengan iman dan Islam justru disibukkan dengan dunia pekerjaan. Malah ibu yang datang ke pengajian untuk sekedar mencari ketenangan dan solusi hidup, mereka yang disalahkan.


Ilmu sumber keberkahan


Dalam kitab Tanbighul Ghafilin, Said bin Almusayyab dari Abu Said Alkhudri ra. berkata Rasulullah: Amal yang utama di atas bumi ini ada tiga yaitu penuntut ilmu, jihad, dan usaha kasab, sebab penuntut ilmu itu adalah kekasih Allah, dan pejuang jihad itu adalah waliyullah, dan usaha yang kasab adalah orang-orang yang bersungguh-sungguh bertaqwa kepada Allah.


Kebaikan demi kebaikan lahir dari majelis ilmu. Ilmu sejatinya wajib diamalkan sebagai solusi kehidupan. Kehidupan akan berkah, peradaban akan mulai jika umatnya mengamalkan ilmu. 


Dalam sejarah peradaban Islam, negara Islam menjadikan tsaqofah Islam sebagai pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan negara. Aqidah Islam menjadi dasar penentuan arah dan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum dan standar nilai ilmu pengetahuan serta proses belajar mengajar, kualifikasi guru serta budaya sekolah yang akan dikembangkan.


Selama masa Kekhalifahan Islam itu, tercatat beberapa lembaga pendidikan Islam yang terus berkembang dari dulu hingga sekarang. Kendati beberapa di antaranya hanya tinggal nama, nama-nama lembaga pendidikan Islam itu pernah mengalami puncak kejayaan dan menjadi simbol kegemilangan peradaban Islam. Beberapa lembaga pendidikan itu, antara lain, Nizhamiyah (1067 -1401 M) di Baghdad, Al-Azhar (975 M-sekarang) di Mesir, al-Qarawiyyin (859 M-sekarang) di Fez, Maroko dan Sankore (989 M-sekarang) di Timbuktu, Mali, Afrika.


Masing-masing lembaga ini memiliki sistem dan kurikulum pendidikan yang sangat maju ketika itu. Beberapa lembaga itu berhasil melahirkan tokoh-tokoh pemikir dan ilmuwan Muslim yang sangat disegani. Misalnya, al-Ghazali, Ibnu Ruysd, Ibnu Sina, Ibn Khaldun, Al-Farabi, al-Khawarizmi dan al-Firdausi. Walhasil, Islam mencetak peradaban yang penuh berkah. Khazanah keilmuan yang berkembang pesat, pendidikan gratis dan berkualitas. 

Wallahua'lam.[]





*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم