Tahun 2023, Perempuan sebagai Ujung Tombak Pemulihan Ekonomi



Endah Sulistiowati (Dir. Muslimah Voice) 


Di ujung tahun 2022 ini hingga jelang tahun baru 2023 selain isu politik, isu pemulihan ekonomi pasca pandemi masih menjadi trend perbincangan nasional. Sehingga tema yang dipilih pada peringatan Hari Ibu 22 Desember 2022 lalu tidak jauh dari  "Pemulihan Ekonomi". 


Bahkan tema utama Hari Ibu 22 Desember 2022 adalah PEREMPUAN BERDAYA INDONESIA MAJU. Sedangkan untuk melengkapi tema tersebut ada 2 sub tema, yaitu : 


1) Kewirausahaan Perempuan: Mempercepat Kesetaraan, Mempercepat Pemulihan


2) Perempuan dan Digital Economy


Sehingga tidak bisa disalahkan jika masyarakat berasumsi bahwa pemulihan ekonomi bertumpu pada perempuan. Perempuan digenjot dalam kewirausahaan dari tingkat ekonomi mikro hingga makro.


Perempuan sebagai seorang ibu tentu memiliki tanggung jawab besar terhadap kondisi keluarga dan pengasuhan anak, atau sering kita menyebutnya dengan "ummu wa robatul bait". Jika seorang perempuan harus dibebani lagi dengan pemulihan ekonomi pasca pandemi, bagaimana dia bisa fokus mendidik dan menyiapkan generasi? Meskipun ada perempuan yang multitasking, serba bisa, mengurus anak, suami, rumah tangga, dan juga bisnis. Namun, hal tersebut justru nampak eksploitasi perempuan dari segala sisi di negara ini. 


Apalagi kondisi ini diangkat dengan menjadikannya sebagai pembahasan utama dalam ajang G20. Ketua Umum Panitia Nasional Ministerial Conference on Women’s Empowerment (MCWE) G20 2022 mengatakan, pertemuan G20 mengangkat tema pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi yang merupakan titik awal dalam mengatasi berbagai permasalahan terkait perempuan dan anak.


Apakah benar demikian? Kedengarannya sangat manis sekali. Benarkah pemberdayaan ekonomi perempuan adalah untuk mengatasi masalah perempuan dan anak, atau justru menjerumuskan perempuan untuk meninggalkan kodratnya sebagai al umm wa robatul bait?


Melihat kondisi saat ini, beban perempuan semakin bertambah. Perempuan tidak hanya dituntut untuk bisa menjadi ibu dan pengatur rumah tangga, namun juga sebagai ujung tombak pemulihan ekonomi. Sehingga dalam materi ini ada beberapa poin yang perlu kita bahas, yaitu: 


1) Bagaimana kondisi perempuan saat ini hingga ia dipilih sebagai ujung tombak pemuda ekonomi? 


2) Apa pengaruhnya jika perempuan fokus pada pemulihan ekonomi? 


3) Dimanakah posisi perempuan harusnya diletakkan? 


Perempuan sebagai Ujung Tombak Pemulihan Ekonomi


Merilis Kemenpppa (23/09/2022), dalam kegiatan Kick Off Aksi Perempuan oleh Tjufoo dan Stellar Women di Jakarta, Kamis (22/09/2022), Menpppa Bintang Puspayoga menegaskan, pemulihan ekonomi nasional tidak boleh meninggalkan potensi perempuan.


Data Kominfo menyatakan bahwa kontribusi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terhadap pendapatan negara mencapai 61,1 persen pada tahun 2021. Bahkan, sebagian besar UMKM atau 64,5 persen atau 37 juta di Indonesia dikelola oleh perempuan sehingga peran womenpreneur dalam mendukung perekonomian Indonesia sangat signifikan.


Berangkat dari data fakta tersebutlah, akhirnya peluang menjadikan perempuan sebagai pemulihan ekonomi semakin luas. Perempuan dijadikan batu loncatan untuk membangun ekonomi, dan meningkatkan laju pertumbuhannya. Selain itu dari data BPS jumlah perempuan usia produktif 25 - 60 tahun ada lebih dari 60 juta jiwa. Sehingga, jika semua perempuan usia tersebut berdaya dalam perekonomian, maka tidak hanya pemulihan ekonomi yang bisa di atasi, isu resesi pun bisa ditanggulangi.

 

Apalagi, secara psikologis ditengarai bahwa perempuan adalah sosok yang ulet, telaten, dan pekerja keras. Sehingga hal ini juga mendorong dukungan dari berbagai pihak untuk menjadikan perempuan sebagai ujung tombak pemulihan ekonomi.


Efek Samping Fokusnya Perempuan dalam Pemulihan Ekonomi


Pemulihan ekonomi adalah tanggung jawab negara, negaralah yang harusnya mencari cara dengan segenap upaya agar ekonomi bisa tumbuh sesuai yang diharapkan. Jika tanggung jawab dialihkan dipundak perempuan, karena perempuan dinilai mampu menggerakkan berbagai sektor ekonomi


Bisa jadi tugas perempuan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga akan terbengkalai. Tidak dipungkiri materi berlimpah untuk mereka. Namun dari yang bisa kita amati ada beberapa dampak negatif dari fokusnya para perempuan dalam pemulihan ekonomi, yaitu: 



1) Waktu berharga yang harusnya dioptimalkan untuk mendampingi tumbuh kembang anak, terpaksa dikorbankan. Belum lagi kelelahan yang dirasakan berlipat-lipat, membuat bibir para perempuan tanggu ini sulit tersenyum dan tubuhnya lelah saat seharusnya mereka banyak memeluk anaknya dan mentransfer nilai-nilai kebaikan kepada mereka, yang  akhirnya anak-anak pun diasuh oleh materi. 


2) Buruknya relasi dengan suami. Ketercukupan materi, dan kemandirian ekonomi terkadang membuat para perempuan lupa diri. Mereka menyatakan tidak butuh laki-laki. Apalagi jika dirasakan penghasilannya jauh lebih tinggi dari suami. Bisa jadi hubungan pernikahan berakhir dengan perceraian.


Sehingga ujung-ujungnya para perempuan gagal sebagai al umm wa robatul bait. Hingga generasi yang terlahir pun jauh dari kata generasi hebat. Bukankah ini juga merugikan negara, karena kehilangan generasi-generasi terbaik dari ibu-ibu hebat? Kenapa para penguasa tidak berpikir hingga yang demikian?


Posisi Strategis Perempuan


Posisi strategis perempuan dalam kondisi apapun dan bagaimanapun tidak akan berubah, yaitu sebagai Al umm wa robatul bait. Perempuan adalah para arsitek perubahan, pencetak peradaban gemilang. Karena ditangan-tangan perempuanlah generasi-generasi pilihan dididik, diasuh, dan dipersiapkan. 


Untuk mengoptimalkan fungsi politis dan strategisnya, para perempuan dan para ibu setidaknya membutuhkan tiga hal: 


Pertama, jaminan finansial yang aman untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga secara layak. 


Kedua, jaminan pendidikan untuk bekal mendidik anak menjadi generasi berkualitas pemimpin. 


Ketiga, jaminan keamanan agar proses pendidikan anak berjalan tanpa ada hambatan dan gangguan.

 

Faktanya sistem demokrasi kapitalis yang hari ini diterapkan tak mampu memenuhi apa yang para perempuan butuhkan. Justru mereka dilimpahi tanggung jawab untuk memulihkan perekonomian. 


Asas sekularisme yang batil terbukti telah melahirkan sistem hidup yang destruktif bagi kemanusiaan. Mulai dari sistem ekonomi kapitalis yang eksploitatif, memiskinkan dan membuat gap sosial sedemikian lebar. Sistem pendidikan yang materialistik karena hanya berorientasi pada kepentingan pasar, yakni mencetak buruh murah dan tenaga ahli yang minus moralitas. Sistem sosial yang serba permissif dan liberal yang kontra produktif bagi perkembangan moral generasi. Juga sistem hukum atau sanksi warisan penjajah yang mandul dan tak memberi efek jera bagi para pelaku kejahatan.

 

Semua aturan yang lahir dari asas rusak itu sudah sangat jelas menyengsarakan para perempuan, para ibu pendidik generasi. Bahkan memaksa mereka memikul banyak tanggungjawab yang sebetulnya bukan tanggungjawabnya. Bukankah tugas pemulihan ekonomi adalah tanggungjawab negara?


Khotimah


Menjadikan perempuan sebagai ujung tombak pemulihan ekonomi sepertinya memuliakan perempuan. Namun nyatanya, membuat perempuan kesulitan untuk menjalankan perannya sebagai Al umm wa robatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga). 


Para perempuan setidaknya membutuhkan tiga hal:


Pertama, jaminan finansial yang aman untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga secara layak. 


Kedua, jaminan pendidikan untuk bekal mendidik anak menjadi generasi berkualitas pemimpin. 


Ketiga, jaminan keamanan agar proses pendidikan anak berjalan tanpa ada hambatan dan gangguan.



*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم