Oleh : Fathimah Faizah Alkayyis
( Aktivis Pelajar Peduli Bangsa)
Indonesia negeri indah yang dijuluki Surga Dunia, terkenal akan kekayaan alam dan aneka macam jenis fauna dan floranya. Dengan wilayahnya yang cukup luas dan posisinya yang strategis, Indonesia begitu menggiurkan bagi negara manapun yang melihatnya. Hal ini menyebabkan negeri ini memiliki potensi untuk bisa menjadi negeri terkaya yang ada di dunia.
Namun malangnya, ternyata kekayaan yang ada tak dapat dikelola dengan baik oleh negara. Pemerintah malah membiarkannya dikeruk oleh Asing dan Aseng dalam upaya pencuriannya. Akhirnya hak milik rakyat yang berupa hasil dari kekayaan alam dari pemerintah tidak terpenuhi. Imbas dari hal tersebut tentunya berupa angka kemiskinan yang ada di Indonesia semakin membludak naik. Karena faktor kemiskinan itulah akhirnya banyak dari masyarakat yang memilih memenuhi kebutuhannya dengan jalan mengemis.
Di daerah Probolinggo, pengemis-pengemis ini berhasil menyita perhatian publik. Masalahnya, para pengemis tersebut diduga kuat sengaja diturunkan ke jalanan agar dapat mengeruk keuntungan dari hasil mengemisnya. Lokasi yang sering dijumpai adanya pengemis seperti ini adalah di traffic light jalan Brantas. "Ironisnya, pengemis itu bawa anak-anak. Para pengemis itu sudah saling kenal dan kemungkinan ada yang mengkoordinasi. Karena, setiap sore atau magrib ada mobil yang menjemput mereka", ujar salah satu warga sekitar traffic light ini, Kusnan.
Di sebelah barat traffic light tersebut ada seorang pengemis perempuan dari Kelurahan Jati, tepatnya di Kecamatan Mayangan, Kabupaten Probolinggo, nampak biasa melakukan aktivitas mengemisnya setelah anaknya pulang dari sekolah. Anaknya pun mau-mau saja ikut mengemis bersama ibunya daripada sendirian di rumah. Mereka melakukan hal demikian semata-mata karena ingin membantu sang suami atau sang ayah yang tengah mencari nafkah di rongsokan. Ibu ini pun sempat terjaring razia Satpol PP kota Probolinggo sebanyak dua kali, namun belum juga jera.
Dari fakta diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya karena faktor ekonomi yang kian menipis, membuat masyarakat tak malu untuk mengemis. Agar dapat memperoleh keuntungan yang lebih lebih besar lagi, mereka tak segan-segan mengajak anak-anak mereka untuk turut berkontribusi. Sehingga masyarakat lain yang melihat mereka merasa lebih kasihan dan iba.
Semua itu tak lain dan tak bukan adalah ulah dari sistem Kapitalisme yang mengakar di Negeri Khatulistiwa. Sebab, di dalam konsep sistem Kapitalisme tersebut menggunakan asas manfaat sebagai tolak ukur kehidupannya dan tentu saja berakibat fatal pada masyarakat dan menjadikan mereka sebagai mata duitan ataupun mudah tergiur dengan yang namanya materi.
Sama halnya dengan kasus tadi, para pengemis tersebut menghalalkan segala cara agar dapat memperoleh materi. Meskipun sebenarnya ada jalan yang lebih baik daripada mengemis, bekerja pada suatu tempat usaha misalkan. Namun karena mereka merasa terdesak dan ingin segera mendapat materi, jalan meminta-minta terasa lebih instan daripada bersusah payah. Hal itu tadi merupakan salah satu akibat bercokolnya pemikiran Kapitalis dalam benak mereka.
Lantas, apa solusi yang pas dan tepat dalam menghadapi kasus krisis ekonomi dan juga pandangan masyarakat yang materialistik?
Jawabannya adalah cari sistem yang sesuai dengan fitrah manusia. Jangan menggunakan sistem Kapitalisme sebab ia berasal dari akal manusia yang terbatas. Maka sistem yang sesuai fitrah mestilah berasal dari Sang Pencipta Manusia berupa aturan yang Diturunkan untuk diterapkan di tengah-tengah umat manusia. Sistem apakah itu? Islam.
Sebuah bukti historis mengemukakan bahwa ketika sistem Islam berdiri di muka bumi, semua aspek mengalami kemajuan dan kegemilangan yang luar biasa. Bahkan ketika zaman era Khalifah Umar bin Abdul Aziz, beliau pernah memerintahkan agar harta zakat tersebut dibagikan kepada masyarakat dalam daulah. Namun, berulang kali pula si pengelola zakat ini mengatakan, "tak ada orang miskin yang berhak menerima zakat ini ya Khalifah". Saking semua kebutuhan rakyatnya yang mencakup dua pertiga dunia terpenuhi, harta zakat pun kelebihan!
Disaat yang bersamaan pula, hewan di zaman itu semuanya saling hidup rukun antara satu sama lain. Tak ada yang namanya memangsa dan dimangsa. Karena si pemangsa sudah merasa kenyang terlebih dahulu sehingga tak mau makan hewan yang seharusnya menjadi mangsanya. Begitulah gambaran ketika Islam diterapkan, amat berbanding terbalik dengan keadaan sekarang yang menggunakan sistem Kapitalis.
Maka jika mau suasana yang nyaman, tentram, dan damai seperti tadi, haruslah ada sistem Islam di muka bumi ini. Nah, karena belum ada, sudah jadi PR kita bersama untuk menegakkannya kembali. Salah satu kontribusi kita adalah beramar ma'ruf nahi mungkar, mengupas tuntas kejahatan sistem Kapitalis dan mengajak masyarakat agar ikut serta nimbrung dalam kebenaran Islam. Allahu Akbar![]