Oleh: Erna Ummu Azizah
Generasi yang didamba adalah generasi yang bertakwa. Generasi pemimpin yang akan membawa perubahan terbaik di masa depan. Namun, apa jadinya jika generasi yang diharapkan justru rusak. Tergerus budaya bebas, hedonis serta matrealistis.
Tentu kita miris menyaksikan bobroknya generasi saat ini. Seperti kasus remaja di Makassar yang tergiur penjualan organ tubuh manusia. Kasus ratusan siswi SMP dan SMA di Ponorogo yang nikah dini akibat hamil di luar nikah. Kasus tewasnya remaja akibat stop paksa truk demi membuat konten. Kasus tawuran, narkoba, dan sebagainya.
Generasi hari ini telah kehilangan jati diri, minim visi, sibuk mengejar duniawi dan eksistensi serta harga diri. Inilah potret buram generasi yang jauh dari ajaran Islam. Generasi sekuler, dimana peran agama dijauhkan dari kehidupan. Akhirnya generasi pun menjadi penganut kebebasan yang kebablasan.
Dan hal ini makin parah ketika negara juga tak punya visi penyelamat generasi. Terlebih jika sistem yang diterapkan adalah kapitalis, dimana standarnya untung rugi. Maka tak heran jika yang dikejar adalah materi. Sehingga, dengan dalih pemasukan negara, diperbolehkanlah bisnis miras, hiburan (diskotik) dan lokalisasi. Tanpa peduli bahwa itu semua akan merusak generasi.
Berbanding terbalik ketika sistem Islam yang diterapkan. Generasi yang lahir pun generasi hebat dambaan umat. Generasi yang sukses dunia akhirat. Generasi ulama, ilmuwan dan pejuang Islam. Generasi yang bervisi sebagai hamba Allah (abdullah) dan khalifah Allah (khalifatullah) di muka bumi ini.
"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah (beribadah) kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyaat: 56)
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi." (QS. Al-Baqarah: 30)
Islam sangat memperhatikan kualitas generasi, sejak dalam kandungan hingga beranjak dewasa. Di mulai dari orang tua, khususnya ibu yang akan merawat dan mendidik dengan baik. Asupan makanan bergizi yang halalan thoyyiban. Juga sarana pendidikan dan lingkungan yang menunjang tercetaknya generasi yang takwa, tangguh dan berkualitas. Seperti Shalahuddin Al-Ayyubi, Muhammad Al-Fatih, Imam Syafi'i, Al-Khawarizmi, Ibnu Sinna, dan sebagainya.
Itu semua tentu butuh peran negara. Mulai dari sistem perekonomian yang menjamin warganya hidup sejahtera. Dimana para ayah mudah untuk mencari nafkah, sehingga ibu pun bisa fokus mendidik anak-anaknya tanpa dipusingkan urusan dapur dan biaya-biaya. Juga lingkungan masyarakat yang kondusif, saling peduli dan empati, serta ditegakkannya amar makruf nahi mungkar.
Selain itu, juga ditunjang sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam dengan jaminan segala fasilitasnya. Dimana pendidikan bertujuan untuk membentuk syakhsiyah (kepribadian) Islam. Sehingga lahirlah generasi yang bertakwa, taat, dan jauh dari maksiat. Karena mereka dipahamkan bahwa hidup untuk ibadah. Menuntut ilmu adalah ibadah, berbakti kepada orang tua pun ibadah. Jadi semua yang diniatkan karena Allah, dan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah, maka itu semua bernilai ibadah.
Begitu juga dalam masalah pergaulan. Generasi akan ditanamkan bagaimana wajibnya menutup aurat, menundukkan pandangan, tidak tabarruj (berdandan berlebihan), tidak berkhalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram), juga tidak ikhtilat (campur baur perempuan dan laki-laki) tanpa udzur syar'i.
Jika sudah tertanam pemahaman seperti itu, maka tentunya generasi akan terjaga dari kemaksiatan, dan sibuk dalam ketaatan. Sehingga terwujudlah peradaban Islam yang mulia. Terlebih negara dalam Islam pun akan menjadi benteng pelindung generasi. Negara dengan kekuasaannya akan menutup rapat segala akses yang dapat merusak generasi. Seperti miras, narkoba, pornografi-pornoaksi, kekerasan, juga paham-paham maupun budaya asing yang rusak dan menyesatkan.
Oleh karena itu, hanya dengan penerapan sistem Islam-lah generasi bisa terselamatkan dari kehancuran. Generasi mulia hanya dengan sistem Islam. Mari kita perjuangkan dengan tak bosan mengkaji dan selalu semangat berdakwah di tengah umat. Semoga segera tegak kembali. Sehingga tak ada lagi potret buram generasi tanpa visi.
Wallahu a'lam bish-shawwab.[]