Oleh: Fathimah Faizah Alkayyis
(Aktivis Dakwah Remaja)
Lagi-lagi kasus kenakalan remaja +62 semakin mewarnai bumi Indonesia. Berani melakukan berbagai hal tak senonoh, agar si doi bisa viral di media sosial. Dan kali ini, kasus yang tersorot di Negeri Khatulistiwa ini adalah kasus tentang bullying oleh anak generasi micin.
Dikutip dari KumparanNEWS (20/11/22) pukul 17.24 waktu setempat menyatakan, bahwa sebanyak enam pelajar di Kabupaten Tapanuli Selatan (TapSel), Sumatera Utara, diamankan polisi. Diduga mereka berenam melakukan aksi penganiayaan terhadap salah satu nenek-nenek di jalan yang tersebar ke dalam sebuah video. Pada awalnya, tampak para pelajar itu mendatangi korban dalam keadaan bermotor. Kemudian mereka seperti sedang membicarakan sesuatu (meski tidak terdengar jelas apa yang sedang mereka bicarakan). Tak berselang lama kemudian, salah satu dari mereka turun dari motornya dan langsung menendang korban sampai terpental ke arah tengah jalan. Sehingga berdampak naas pada nenek-nenek tadi.
Para pelajar tadi pun bahkan terlihat sempat tertawa terbahak-bahak usai melakukan hal tak berperikemanusiaan tersebut. Mereka juga mengatakan bahwa video viral itu direkam sendiri oleh salah satu dari pelajar tersebut yang pada akhirnya dikirim ke grup WhatsApp mereka.
Saat diperiksa oleh polisi, mereka mengaku hanya melakukan keisengan belaka saat menendang korban. “Jadi untuk sementara ini, (alasan menganiaya) tidak sengaja atau iseng-iseng. Para pelajar ini (mengaku) tidak ada niatan untuk melukai dan lain sebagainya,” ujar Kapolres TapSel AKBP Imam Zamroni pada Minggu, 20/11/2022.
Hal tersebut membuktikan sebuah fakta miris bahwa kebanyakan pendidikan yang ada di Indonesia hanya sekedar mengajarkan ilmu agar pintar saja. Maka tidak heran kalau banyak pelajar yang ada di Indonesia secara akal mahir tapi di sisi adab anjlok. Padahal seharusnya tugas pendidikan harus bisa mendidik dan mengajarkan tentang adab juga, agar nilai si pelajar tersebut semakin berkualitas. Sebab memang pasalnya adalah, jika si pelajar ini cerdas, seharusnya tahu mana yang boleh dan mana yang tidak. Termasuk, menendang seseorang yang umurnya lebih tua.
Jadi, seorang pelajar hanya akan dianggap sukses bila ia memenuhi dua persyaratan diatas, ilmu dan adab. Ini yang terpenting. Sebab ia dapat merefleksikan bagaimana pendidikan tersebut mendidiknya. Apakah hanya menuntut untuk cerdas atau sekedar si didikan bisa sekolah keluar negeri saja tanpa memperdulikan adabnya bagaimana. Atau, mencetak orang yang berakhlak mulia --di samping si didikan cerdas-- sehingga dapat memposisikan nilai-nilai kehidupan dengan tepat. Terkandung pula dalam nilai-nilai kehidupan itulah hak-hak manusia. Misal, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
Namun, perlu diketahui juga bahwa adanya pendidikan atau sekolah-sekolah yang ada di suatu negara, biasanya di kontrol dan dikuasai oleh negara. Negaralah yang berhak menentukan bagaimana kualifikasi dalam pendidikan itu sehingga sekolah-sekolah atau pendidikan hanya melaksanakannya saja. Intinya, jika sistemnya salah atau rusak, maka pendidikannya sudah dapat dipastikan ikut salah dan rusak. Begitu Pula sebaliknya. Jika sistemnya benar, maka pendidikannya sudah pasti ikut benar. Jadi, potret keisengan remaja tadi adalah buah dari hasil didikannya dari sekolah --sekaligus orang tua dirumah-- yang dimana sistem yang mengatur hubungan itu semua sekarang, tak lain dan tak bukan adalah Kapitalisme. Lalu, manakah sistem yang benar sehingga si pelajar secara aqliyah dan nafsiyah-nya cerdas?
Islam. Sebab hanya islam-lah satu-satunya sistem pendidikan yang berasaskan aqidah yang benar. Di dalam aqidah itu sendiri, terdapat ajaran-ajaran kehidupan manusia yang sesuai dengan fitrahnya. Seperti pentingnya simpati, empati, menolong sesama manusia--dalam kebaikan-- dan termasuk didalamnya menghormati yang lebih tua serta menyayangi yang lebih muda tadi. Sehingga lahirlah darinya anak-anak atau siswa-siswa yang berkepribadian mulia dan cerdas secara akal dan pola sikapnya.
Sehingga tak akan terjadi kasus-kasus kekurangan adab atau moral dalam masa-masa ketika Islam masih kokoh berdiri diatas bumi. Akhlak dan pola pikir yang jempolan, menghasilkan beberapa ilmuwan inspiratif terdahulu. Sebutlah Ibnu Sina yang kitabnya menjadi rujukan dunia kedokteran saat ini oleh Barat. Hal ini membuktikan bahwa dulu Barat saking ‘gelap nya sampai-sampai ilmuwan muslim menyinari mereka. Ilmuwan-ilmuwan Barat ini pula yang menjiplak semua karya-karya fantastis dari kaum muslim. Karena mereka kekurangan adab, maka mereka mengaku-ngaku bahwa merekalah penemu pertama dan mengubur sedalam-dalamnya fakta-fakta terkait asal penemuannya tersebut yang dulunya, semuanya berasal dari kaum muslimin.
Maka, wahai saudaraku, perjuangkanlah islam ini dan berkontribusilah didalamnya. Hingga ia kembali tegak untuk yang kedua kalinya di bumi yang rusak ini. Ketahuilah, sungguh sinaran ilmu Islam benar-benar memberi pengaruh yang sangat berdampak pada zaman sekarang atau masa yang akan datang.
Alasan apalagi yang menghalangi kita untuk tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Tidakkah kita ingin merasakan bagaimana pendidikan bisa mendidik generasi dengan berkualitas, apalagi secara aspek moralnya? Karena islam bukan hanya sebagai pengajar nilai-nilai kehidupan antar manusia saja, tapi juga sebagai rahmat bagi seluruh alam. Wallahu ‘a'lam bishawab.[]